Mubadalah.id – Mesir adalah negeri kuno dengan sejuta peninggalan sejarah yang bernilai abadi. Sungai Nil yang terbentang jauh sampai Sudan, kota-kota cantik nan eksotis, seperti Luxor, Memphis, Karnak, dan Thebes, dan yang paling terkenal adalah piramida dan sphinx sebagai bukti sejarah dari peradaban besar itu.
Ketika orang-orang Islam-Arab memasuki Mesir, penduduk asli di sana seluruhnya beragama Kristen, meski di sana juga terdapat peninggalan agama-agama lama yang bermacammacam selain Kristen.
Dalam beberapa hal, ritual-ritualnya memengaruhi ritual-ritual Kristen. Yang tersisa hingga kini dan masih cukup besar, sekitar sepuluh persen, adalah Kristen Koptik (Qibthi).
Mesir kini menjadi negara Islam terkemuka di dunia. Di sana, ada universitas tertua di dunia dan sangat terkenal, Al-Azhar. Universitas ini menjadi pusat keilmuan Islam internasional sejak 1.000 tahun yang lalu dan telah melahirkan ratusan ribu ulama besar.
Pikiran-pikiran dan buku-buku mereka menjadi rujukan masyarakat Muslim di seluruh dunia sepanjang masa.
Dalam kurun waktu yang cukup panjang itu, otoritas keagamaan Al-Azhar tak pernah terusik untuk meruntuhkan peradaban non-Muslim yang penuh pesona itu.
Konon, kuburan para Fir’aun masih berdiri kukuh. Gereja-gereja kuno dan sejumlah sinagog, tempat sembahyang umat Yahudi, masih berdiri megah. Kini, di sampingnya berdiri masjid-masjid besar dan megah pula.
Beberapa gereja Kristen dan sinagog berdiri di samping Masjid Amr bin ‘Ash Ra.. Panglima besar kaum Muslimin yang menaklukkan negeri itu tidak mengutak-atiknya. Ia memberikan keleluasaan beribadah kepada masing-masing penganut agama Samawi itu.
Di antaranya, Gereja St. Sergius yang berdiri pada abad ke-3 M. Gereja itu dibangun di sebuah gua yang dulu menjadi tempat singgah Nabi Isa As. dan Bunda Maryam Ra. dalam pelariannya ke Mesir saat dikejar-kejar Raja Herodes, penguasa Romawi di Palestina.
Berdampingan
Keberadaan masjid yang berdampingan dengan gereja dan sinagog itu menunjukkan hidup berdampingan dalam tatanan yang saling menghormati dalam kedamaian.
Sahabat rasul itu tahu persis bahwa Islam memberikan kebebasan dalam beragama. Apalagi ketiga agama Samawi itu adalah agama yang dibawa oleh keluarga Nabi Ibrahim As.
Ketika Natal tiba, seluruh warga negeri ini seakan larut dalam kegembiraan bersama. Mereka memperlihatkan dengan nyata makna kebersamaan dan persaudaraan. Meski memiliki keyakinan dan agama berbeda-beda.
Di Sana, juga ada semacam tradisi di mana pemimpin tertinggi agama Islam dan pemimpin tertinggi agama Kristen saling mengucapkan selamat dan menyampaikan simpati pada hari raya masing-masing.
Pemimpin Islam mengucapkan “selamat Hari Natal” dan pemimpin tertinggi Kristen mengucapkan “selamat Idulfitri”. Mereka tetap dalam keyakinan dan keimanannya masing-masing.
Grand Syaikh Al-Azhar, Sayyid Muhammad Thanthawi, selalu hadir dalam perayaan Natal umat Kristen Koptik di sana. Ini momen penting bagi perwujudan persaudaraan umat manusia, perdamaian bangsa, dan penghormatan atas segala jenis perbedaan. []