• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Netizen Indonesia: Berbeda Pendapat, Langsung Sikat

Imam Syafii berkata, “pendapatku benar tetapi mengandung kemungkinan salah. Pendapat orang lain keliru, tetapi mungkin benar.”

Aprillia Susanti Aprillia Susanti
01/06/2021
in Publik
0
Pendapat

Pendapat

196
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perbedaan adalah keniscayanan. Beda pendapat adalah kelaziman. Klasik tapi kayaknya sulit ya untuk diterapkan? saya terkadang dibikin heran dengan kelakukan warganet yang gampang sekali menulis kata kasar, mengatakan sesat/kafir, atau bahkan doxing (merujuk pembongkaran identitas pribadi tanpa izin yang bersangkutan) pada orang yang beda pendapat.

Microsoft pada Februari kemarin mengeluarkan laporan tahunan yang mengukur tingkat kesopanan netizen bertajuk Digital Civility Index (CDI). Laporan ini menyebut bahwa negara Indonesia menjadi negara dengan netizen paling tidak sopan, berada di urutan nomer 29 dari 32 negara. Survei Microsoft terbukti benar karena setalah laporan tersebut dirilis, Instagram Microsoft panen hujatan netizen Indonesia yang tak terima hasil tersebut.

Lalu pada April kemarin, Instagram mubadalah.id menjadi ramai sekali saat mengunggah perihal Perempuan Haid Boleh Berpuasa yang ditulis oleh Kyai Imam Nakha’i. Di kolom komentar netizen (yang mungkin kebanyakan belum membaca tulisan keseluruhan) menyebut tulisan ini sesat, tak berdasar, membuat perpecahan bahkan melenceng dari syariat Islam.

Padahal postingan tersebut hanya sebatas infografis awalan saja belum keseluruhan tulisan.  Hal ini menunjuakan bahwa sebagain (atau mayoritas) masyarakat belum siap adanya perbedaan dalam hal apapun baik itu tentang tafsir hadist, tafsir agama, keyakinan bahkan hasil survei sekalipun. Mungkin disebabkan jari yang lebih cepat berkomentar daripada mata yang membaca.

Kondisi macam ini sebenanya sudah lama terjadi, dalam ingatan saya terlintas bagaimana cendekiawan Muslim, Quraish Shihab, dihujat saat menunjukan tasfir tentang hijab dari berbagai pandangan.  Padahal dari kedalam ilmu pun tak usah diragukan. Beliau merupakan salah satu tamu kehormatan Al-Ahzar Mesir dan seorang penulis dengan karya terkenalnya, Tafsir Al-Misbah. Sayangnya, oleh beberapa kelompok pandangan yang tidak “umum” tersebut diplintir sedemikian rupa hingga mencap Quraish Shihab sebagai sesat dan anti-jilbab.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Padahal boleh saja berbeda pendapat toh itu dijamin di konstitusi negara, namun alangkah baiknya sebagai muslim yang berakal bisa menghormati sebuah perbedaan, apalagi pendapat dari seorang ulama. Muhammad bin Abdul Rahman al-Dimasyqi, seorang ulama mazhab Syafii, menegaskan dalam kitab Rahmatul Ummah fi Ikhtilafil Aimmah bahwa perbedaan pendapat di kalangan ulama merupakan rahmat bagi umat. Sebab mereka telah melakukan ijtihad dengan mengerahkan seluruh daya intelektual dan spiritual guna mencari kebenaran.

Marah dengan pandangan yang berbeda menunjukan bahwa umat muslim makin tertinggal. Tidak usah menyalahkan kelompok yang dicap liberal atau produk westernisasi karena biang ketertinggalan umat muslim hari ini ada pada dirinya sendiri. Menurut Ahmet Kuru, Guru Besar Ilmu Politik San Diego State University, untuk menjadi umat muslim yang maju perlu memilik sikap yang terbuka, menjunung keragaman, kreatfif, kompetitif dan toleran.

Ia menekankan bahwa berpikiran terbuka, demokratis, dan toleran bukanlah produk barat namun itu adalah nafas Islam yang sesungguhnya. Bahkan Fatima Mernissi, cendekiawan asal Mesir menyebus muslim generasi pertama (abad 11-12) menjadikan nilai-nilai demokrasi sebagai makanan kesehariannya. hemat saya, ini  bisa menjadi penegasan bahwa sikap open minded bukanlah produk barat namun sejalan dengan semangat Islam itu sendiri.

Dari peristiwa tersebut kenapa kita tidak belajar menghargai perbedaan dalam hal apapun itu termasuk perbedaan dalam tafsiran agama. Kenapa kita lantas mencak-mencak jika ada pendapat berbeda, padahal kerendahan hati adalah yang utama. Jika pun tak bisa menerima perbedaan, tak bisakah jari ini mengetik hal yang baik-baik saja?

Terakhir, mari coba kita renungkan perkataan dari Imam Syafii perihal beda pendapat,  “pendapatku benar tetapi mengandung kemungkinan salah. Pendapat orang lain keliru, tetapi mungkin benar.” Semoga kita menjadi orang yang bijak dalam berpendapat dan menilai orang lain. []

Tags: IndonesiakeadilanKesehatan MentalKesetaraanmedia sosialnetizenPerdamaiantoleransi
Aprillia Susanti

Aprillia Susanti

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version