• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Para Mentor Kehidupan yang Muncul dalam Wujud Sahabat

Di dunia yang semakin individualistis ini, menemukan sahabat yang juga berperan sebagai mentor adalah anugerah yang tak ternilai.

Rifa Anis Fauziah Rifa Anis Fauziah
11/01/2025
in Personal
0
Mentor Kehidupan

Mentor Kehidupan

1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

Mubadalah.id – Orang bilang kehidupan di dunia perkuliahan adalah kehidupan yang tidak menyenangkan, pertemanan yang tulus hanya sebuah angan, banyak sekali yang datang hanya untuk memanfaatkan.

Namun berbeda dengan kehidupan perkuliahanku, di saat deadline tugas menghimpit diriku di antara kehidupan perantauan yang sangat jauh dari keluarga tersayang, aku menemukan sosok-sosok yang lebih dari sekedar teman belajar-mereka menjadi mentor kehidupan yang hadir dalam balutan persahabatan.

Pertemuan yang Tidak Terduga 

Sebagai angkatan korona yang awal perkuliahan dimulai dari 2021, itu menjadi masa yang paling membosankan. Karena hanya bisa berkuliah via online saja, hanya bisa melihat teman sekelas atau bahkan seangkatan hanya lewat room zoom, itu aja kalau pada on cam. Hal berbeda lagi sama orang yang nggak suka on cam sampai jalan 2 semester aja tidak tahu muka dari teman kita yang bernama si A, atau si B.

Semester awal itu menjadi masa yang penuh kecanggungan dan adaptasi. Saya bertemu dengan sosok-sosok yang menjadi pilar penting dalam perkuliahan ini di tengah kebingunganku memikirkan siapa yang akan menjadi teman kelompokku saat presentasi nanti dan bagaimana jika perkuliahan tiba-tiba berubah menjadi offline.

Awalnya kami hanya berkomunikasi karena sama jadwal kelas, satu pondok, satu wali dosen, yang mana mengharuskan kami untuk terus berkomunikasi. 

Kami tidak bertemu secara bersamaan dalam persahabatan kami yang berdelapan orang ini, melainkan melalui rangkaian pertemuan yang saling terhubung. Aku pertama kali berteman dekat dengan Fadhil di awal kuliah, kemudian Fadhil memperkenalkanku pada Wawan yang juga berteman dekat dengan llham, Albar, Junda, Nafila, juga Sofia.  Dari kesinambungan itulah sehingga aku menyebut mereka mentor kehidupan yang muncul dalam wujud sahabat. 

Lebih Dari Sekadar Bantuan Akademis

Yang membuat persahabatan ini ternilai istimewa adalah bagaimana kita semua saling membantu bukan hanya urusan akademis saja. Ketika ada salah satu dari kami yang kebingungan menemukan judul skripsi, ada yang lain memberikan semangat dan dukungan yang tak ternilai.

Setiap dari kami memiliki keunikannya tersendiri, ada yang mengajarkan pentingnya keseimbangan antara kuliah dan kehidupan sosial. Ada yang menunjukkan bagaimana menghadapi tekanan dengan tenang, dan ada pula yang memperlihatkan arti sesungguhnya dari kerja keras dan dedikasi.

Menumbuhkan Kepercayaan Diri 

Salah satu nilai yang penting dalam persahabatan ini adalah belajar untuk terus percaya diri. Kami selalu mendorong saya untuk keluar dari zona nyaman, mengambil tantangan baru, dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Masa-masa skripsi mungkin menjadi masa terberat bagi kami, bagaimana tidak, beberapa dari kami tidak terlalu menyukai jurusan yang mereka pilih ini, namun mereka tetap bersungguh-sungguh menyelesaikan apa yang telah mereka mulai.

Perjalanan kuliah memang tentang mengejar gelar dan ilmu pengetahuan, tetapi melalui persahabatan ini. Saya mendapatkan pendidikan kehidupan yang jauh lebih berharga. Mereka mungkin masuk ke dalam hidup saya sebagai teman kuliah. Tetapi mereka telah bertransformasi menjadi mentor kehidupan yang membentuk siapa saya hari ini.

Dalam setiap langkah ke depan, pelajaran dan nilai yang mereka tanamkan akan selalu menjadi kompas yang menuntun perjalanan hidup saya.

Di dunia yang semakin individualistis ini, menemukan sahabat yang juga berperan sebagai mentor adalah anugerah yang tak ternilai. Mereka mengingatkan kita bahwa pertumbuhan terbaik terjadi ketika kita memiliki orang-orang yang tidak hanya mendukung mimpi kita. Tetapi juga berani menantang kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. []

Tags: BersahabatKesalinganMakna SahabatMentor KehidupanpersahabatanRelasiuin walisongo semarang
Rifa Anis Fauziah

Rifa Anis Fauziah

Mahasiswi ilmu al Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID