• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Pelajaran dari Lagu Nina: Harapan Orang Tua di Setiap Lembut Nada

Lagu ini mengajarkan bahwa memahami cinta itu membutuhkan keberanian untuk mendengarkan, menerima, dan bertumbuh bersama

Arie Riandry Ardiansyah Arie Riandry Ardiansyah
22/01/2025
in Kolom
0
Lagu Nina

Lagu Nina

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada Juli 2024, Band Feast baru saja merilis lagu yang berjudul “Nina”. Lagu ini menjadi hal yang baru bagi Feast. Tak seperti pada biasanya, band ini terkenal lagu-lagunya yang kritis akan isu sosial dan politik. Dalam albumnya Membangun dan menghancurkan Feast mencoba mengeksplorasi sesuatu yang baru.

Lagu Nina sendiri diambil dari nama putri gitaris Feast, Adnan Satyanugraha. Melodinya yang lembut selaras dengan lirik dan makna yang diusung. Lagu “Nina” merefleksikan kasih sayang mendalam orang tua terhadap anaknya. Nampaknya kehadiran lagu “Nina” menjadi manifestasi dari keresahan, harapan, dan cinta yang kompleks antara orang tua dan anak.

Makna di Balik Lirik “Nina”

Pada intinya, “Nina” adalah cerminan hubungan antargenerasi yang sering diwarnai oleh harapan besar, ketegangan, dan tuntutan. Liriknya, yang mengandung elemen kritik sosial dan refleksi mendalam, mengajak pendengar untuk melihat bagaimana cinta orang tua kepada anaknya tidak hanya berupa keinginan untuk melindungi, tetapi juga keinginan agar mereka bisa menjalani hidup dengan lebih baik di tengah dunia yang penuh tantangan.

Misalnya, bagian lirik seperti:

“Saat engkau tertidur, aku pergi menghibur, beda kota, pisah raga, bukan masalahku. Lihat wajahmu di layar, ku tetap bersyukur.”

Menggambarkan realitas banyak orang tua modern yang harus berpisah dari anak-anak mereka demi pekerjaan atau kewajiban lain. Meskipun raga mereka terpisah, cinta mereka tidak pernah berkurang. Teknologi, meski tidak menggantikan kehadiran fisik, menjadi penghubung yang memperlihatkan rasa syukur akan kehadiran anak dalam hidup mereka.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Harapan Orang Tua : Cinta atau Beban?

Pada lirik lainnya seperti :

“Tumbuh lebih baik, cari panggilanmu, jadi lebih baik dibanding diriku.”

Mengandung harapan mendalam agar anak-anak mereka mampu menemukan jalan hidup yang lebih baik daripada yang mereka tempuh. Namun, harapan ini bukan tanpa dilema. Dalam konteks keluarga, cinta sering kali berwujud dalam bentuk tuntutan: “Jadilah sukses,” “Hidupkan mimpi yang pernah kami gagal wujudkan,” atau bahkan, “Jangan ulangi kesalahan kami.” Tuntutan-tuntutan ini, meskipun berasal dari cinta, bisa terasa seperti beban yang tak terelakkan bagi anak.

Namun, “Nina” mengingatkan kita bahwa di balik tuntutan tersebut, ada cinta yang tulus. Orang tua ingin anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik, bukan karena mereka ingin mengontrol, tetapi karena mereka memahami kerasnya dunia. Mereka yang pernah melalui jatuh bangun hidup berharap anak-anak mereka tidak perlu mengulang kesalahan yang sama.

Refleksi tentang Ketidaksempurnaan

Bagian yang lain dari lirik ini :

“Saat engkau teringat, tengkar kita, manakala. Maaf atas perjalanan yang tidak sempurna. Namun percayalah, untukmu kujual dunia.”

Menghadirkan sisi reflektif tentang ketidaksempurnaan hubungan orang tua dan anak. Lagu ini mengakui bahwa perjalanan bersama tidak selalu mulus, penuh dengan perselisihan dan keterbatasan. Namun, cinta yang mendasari hubungan tersebut tetap menjadi komitmen yang tak tergoyahkan.

Kritik terhadap Realitas Sosial

Lagu ini juga menyentuh isu yang lebih luas: ketidakadilan sosial, tekanan ekonomi, dan tantangan zaman. Feast tidak hanya berbicara tentang hubungan personal antara orang tua dan anak, tetapi juga bagaimana sistem yang ada sering kali tidak berpihak pada generasi muda. Dalam dunia yang semakin kompetitif dan tidak merata, bagaimana harapan orang tua dapat dijalankan ketika sumber daya dan kesempatan tidak tersedia secara adil?

“Namun, selamanya diriku pasti berkutat, ‘tuk selalu jauhkanmu dari dunia yang jahat”.

Lirik ini menyiratkan kesadaran bahwa dunia luar sering kali tidak ramah. Orang tua, meskipun tahu bahwa mereka tidak bisa melindungi anak-anak mereka selamanya, tetap berusaha menciptakan ruang aman yang memungkinkan anak-anak mereka untuk tumbuh dengan damai.

Mengubah Harapan menjadi Dukungan

Lagu “Nina” mengajarkan kita pentingnya dialog antargenerasi. Alih-alih hanya menaruh harapan, orang tua perlu mendampingi dan memahami anak-anak mereka. Generasi muda, pada gilirannya, juga perlu mengakui bahwa harapan orang tua berasal dari pengalaman dan cinta yang mendalam. Dengan saling mendengarkan, harapan yang awalnya terasa seperti beban dapat berubah menjadi bentuk dukungan yang saling menguatkan.

Lagu “Nina” lebih dari sekadar ungkapan kasih sayang orang tua kepada sang anak. “Nina” juga bisa dimaknai sebagai proses pendewasaan. Sebab suatu saat kita pun akan menjadi “Nina”.

Pada akhirnya, dari lagu ini kita belajar bahwa cinta orang tua bukanlah tentang kontrol, tetapi tentang keinginan untuk melihat anak-anak mereka menjalani hidup yang lebih baik. Dan dari sisi anak, lagu ini mengajarkan bahwa memahami cinta itu membutuhkan keberanian untuk mendengarkan, menerima, dan bertumbuh bersama. []

 

 

Tags: kasih sayangkeluargaLagu Ninamusikparentingpola asuhRelasi
Arie Riandry Ardiansyah

Arie Riandry Ardiansyah

Mahasiswa Studi Agama Agama, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Manusia suka makan, minum, berpikir cuma sedikit

Terkait Posts

Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version