• Login
  • Register
Sabtu, 23 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Penting Nggak Sih Menikah? Meluruskan Makna Pernikahan Perspektif Mubadalah

Banyak faktor yang mempengaruhi beberapa orang enggan untuk menikah. Salah satunya adalah status perekonomian yang setiap tahun mengalami kenaikan standar gaya hidup

Nuril Qomariyah Nuril Qomariyah
21/07/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Makna Pernikahan

Makna Pernikahan

375
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belakangan kasus perkawinan anak di Indonesia kian ramai terjadi dan beritanya berseliweran di media. Namun, kondisi ini berbanding terbalik dengan berita-berita dari Korea Selatan beberapa bulan, yakni terjadinya penurunan angka pernikahan dan keinginan untuk menikah di kalangan anak-anak muda.

Jika melihat ketertarikan generasi muda di Indonesia pada budaya Korea Selatan seperti musik, drama, fashion, dan makanan, yang menjadi pertanyaan adalah, apa makna pernikahan bagi anak muda saat ini? Kondisi menurunnya angka keinginan menikah tadi juga, apakah akan memiliki dampak pada budaya pernikahan di Indonesia?

Pertanyaan di judul tulisan ini sebenarnya muncul bukan hanya disebabkan viralnya berita dari Korea Selatan tadi, namun juga berangkat dari keresahan penulis yang sering kali mendapatkan pertanyaan tentang urgensi dari makna pernikahan, dari beberapa teman. Dari sini kemudian, pada setiap kesempatan di forum diskusi yang membahas terkait pernikahan dengan narasumber berbeda penulis berusaha untuk menyelipkan pertanyaan tersebut.

Daftar Isi

    • Meluruskan Makna Pernikahan
  • Baca Juga:
  • Pernikahan yang Maslahat dan Keberlanjutan Lingkungan
  • Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (3): Mengapa Membela Hak-hak Perempuan?
  • Kurangnya Sensitivitas APH dalam Penanganan Kasus KDRT
  • Fenomena Fatherless Country dalam Kacamata Islam
    • Memaknai Pernikahan dalam Perspektif Mubadalah

Meluruskan Makna Pernikahan

Dari jawaban-jawaban yang penulis dapatkan selama ini, mengarahkan pada satu kesimpulan yang sama, bahwa pernikahan merupakan lembaga yang sakral. Pada era saat ini sudah waktunya untuk kita meluruskan makna pernikahan. Sebagai bagian dari jalan dakwah tentang kehidupan rumah tangga Islam yang harmonis, seperti Rasulullah teladankan.

Berdasarkan unggahan katadata.co.id ada kecenderungan anak muda menunda untuk melangsungkan pernikahan. Sebagaimana ditunjukkan oleh data BPS, adanya peningkatan presentase anak muda yang melajang dan belum kawin. Hal ini berbanding terbalik dengan presentase anak muda yang ingin menikah. Presentase pemuda yang belum kawin sebesar 61,09% pada 2021. Dan mengalami kenaikan 1,27 poin dari tahun sebelumnya yang memiliki persentase 59,82%.

Baca Juga:

Pernikahan yang Maslahat dan Keberlanjutan Lingkungan

Ngaji Al-Sittīn Al-‘Adliyah (3): Mengapa Membela Hak-hak Perempuan?

Kurangnya Sensitivitas APH dalam Penanganan Kasus KDRT

Fenomena Fatherless Country dalam Kacamata Islam

Banyak faktor yang mempengaruhi beberapa orang enggan untuk menikah. Salah satunya adalah status perekonomian yang setiap tahun mengalami kenaikan standar gaya hidup. Beberapa juga beralasan enggan menjalin hubungan dan berkomitmen. Dikarenakan trauma dari pengalaman masa lalu maupun melihat banyaknya pasangan-pasangan muda yang gagal menjalani kehidupan rumah tangga.

Meluruskan makna pernikahan, bukan sebatas romantisasi saja. Lebih dari itu, harapannya adalah munculnya kesadaran dari masyarakat tentang makna pernikahan sebagaimana yang selama ini menjadi ajaran Islam. Bahwa pernikahan adalah wadah untuk beribadah yang menyatukan komitmen bersama setiap pasangan.

Memaknai Pernikahan dalam Perspektif Mubadalah

Kiai Faqihuddin Abdul Qodir penulis Buku Perempuan Bukan Sumber Fitnah, pada sesi diskusi Tadarus Subuh (03/07/2022) menyebutkan setidaknya ada tiga hal yang bisa kita lakukan untuk memaknai pernikahan secara positif sebagai jalan dakwah kita semua, yakni:

Pertama, jangan memperburuk citra pernikahan. Hal yang paling penting dan utama adalah cara kita dalam merespons, saat muncul pertanyaan yang mempertanyakan urgensi dari pernikahan. Bagaimana kita dapat menghadirkan makna pernikahan sebagai bagian ibadah bersama, bukan sebatas penyempurna agama bagi sebelah pihak saja, namun dengan adanya pernikahan menjadi ruang untuk membangun komitmen dan tanggung-jawab bersama antara suami dan istri.

Kedua, agama mengajak dan mengajarkan manusia untuk menikah secara baik-baik. Jangan beranggapan menikah akan menimbulkan masalah, menikah pasti ada masalahnya sama halnya dengan ibadah lainnya. Tapi bukan berarti kemudian memilih untuk tidak menikah, menjadikan pernikahan sebagai media dakwah nilai-nilai mubadalah dapat menjadi pilihan. Bagaimana kemudian merespon setiap masalah yang muncul di dalam pernikahan dengan berpegang teguh pada prinsip kesalingan antara suami dan istri.

Ketiga, pernikahan bukan sebatas hubungan relasi antar manusia saja, namun juga berdampak pada alam. Pernikahan juga memiliki dampak tersendiri pada kelestarian lingkungan dan perubahan iklim. Karena dari pernikahanlah keragaman (diversity) yang ada, khususnya di Indonesia akan tetap terjaga.

Keragaman ini juga berdampak pada ketahanan dari manusia itu sendiri, sehingga melalui lembaga pernikahanlah keragaman dapat terus kita upayakan keberlangsungannya. Sebab, jika ketahanan hidup manusia baik, maka akan berdampak baik pula bagi lingkungannya.

Sejalan dengan ini, Ibu Nyai Luluk Farida di salah satu forum kajiannya menyampaikan bahwa, penting atau tidaknya menikah konteksnya berbeda pada masing-masing orang. Hal ini karena ada banyak faktor yang beragam dapat memengaruhi pilihan seseorang, termasuk pilihan untuk menikah. Sehingga, yang paling utama saat memutuskan untuk menikah adalah terbaik bagi diri sendiri dan memberikan kemashlahatan bagi lingkungan sekitar. []

 

 

Tags: keluargaKeluarga MaslahahMakna Pernikahanpernikahanperspektif mubadalah
Nuril Qomariyah

Nuril Qomariyah

Alumni WWC Mubadalah 2019. Saat ini beraktifitas di bidang Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak di Kabupaten Bondowoso. Menulis untuk kebermanfaatan dan keabadian

Terkait Posts

Idgitaf

Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

22 September 2023
Kesejahteraan Ibu dan Anak

Membaca Arah RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Part I

22 September 2023
Bidadari Surga

Perempuan Bukan Bidadari Surga

21 September 2023
Anak Perempuan Jawa

Anak Perempuan Jawa: Beban Orang Tua?

20 September 2023
Pernikahan yang Maslahat

Pernikahan yang Maslahat dan Keberlanjutan Lingkungan

20 September 2023
Petugas SPBU Perempuan

Perempuan yang Meringkuk di Balik Regulasi

19 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mahnaz Afkhami

    Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka
  • Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist