• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Peran Menarik Dua Kakak dalam Film Keluarga Cemara

Mahrus eL-Mawa Mahrus eL-Mawa
11/12/2022
in Kolom
0
Peran Menarik Dua Kakak dalam Film Keluarga Cemara

Sumber gambar: Visinema Pictures via Youtube.

102
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Dalam film lebar Keluarga Cemara (CK), hasil alih wahana dari serial sinetron TV ke layar lebar film bioskop terlihat menarik dan terdapat beberapa yang menarik diulas. Kali ini saya ingin mengulas sekilas saja tentang peran atau pengaruh sang Kakak. Dalam sebuah keluarga, secara sosiologis, kakak itu pengganti orang tua atau pembimbing adik-adiknya.

Dalam film ini ada dua kakak, yaitu kakak ipar isteri, Fajar, seorang lelaki dan kakak dalam KC, Euis, seorang perempuan. Tulisan ini terinspirasi dari ulasan Abdul Rosyidi yang sudah mengulas film ini dengan renyah di mubaadalahnews.com. Saran saya untuk pembaca, baca tulisan itu juga karena saya hanya menambahkan saja.

Pertama, saya ingin menyoroti perpindahan dari kota (Jakarta) ke kampung (Bogor). Kepindahan Film Keluarga Cemara ini akibat ulah kakak ipar (kakak lelaki dari isteri KC) yang meng-agun-kan rumah KC ke salah satu rentenir. Tanpa ada komunikasi dengan adik iparnya. Kecuali komunikasi pada suami (Abah). Itupun dengan cara penipuan yang legal, ada surat kuasa. Hati-hati dengan model begini bisa terjadi di manapun. Kepercayaan kadang dibalas dengan kecurangan.

Pemilihan kampung di Bogor juga menarik di tengah isu lingkungan yang nyaris kurang mendapat perhatian publik. Apalagi, di akhir cerita, rumah tidak jadi dijual, walaupun karena mempertimbangkan anak-anaknya yang suka tinggal di situ, ada kebersamaan. Begitulah yang dirasakan Ara, sebagai anak terkecil yang jarang sekamar dengan kakaknya Euis dan jarang kumpul dengan Abah (bapaknya).

Kedua, ada yang menarik dari peran Euis, Kakak Ara dalam KC. Sebagai anak Jakarta, Euis mencoba adaptasi dengan kehidupan di kampung. Mulai dari tempat tinggal, jenis makanan, mainan, sekolahan, hingga harus berjualan emping karena tuntutan keluarga.

Baca Juga:

Kak Owen Hijaukan Bogor Lewat Aksi Menanam 10.000 Pohon

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

Teks Lengkap Ceramah Nyai Dr Hj Nur Rofiah, Bil. Uzm di Masjid Istiqlal Jakarta

Di antara semua itu, saya ingin menyoroti adaptasi di sekolah dan berjualan emping. Di sekolah, Euis sebagai anak Jakarta sangat pandai dalam berbahasa Inggris. Terlihat saat beberapa siswa siswi untuk perkenalan, semuanya kagok dan tidak tuntas. Tentu, ini bias orang kota. Ada kesan siswa yang sekolah SMP di kampung tidak bisa bahasa Inggris.

Hal positif lain dari peran Euis dalam film ini, akhirnya dia mau berjualan emping di sekolahnya. Awalnya dia malu sekali, maklum anak gedongan dari Jakarta, kok jualan, di sekolahannya lagi. Setelah ada beberapa kawan perempuannya yang empati pada Euis, baru dia tidak malu-malu lagi. Bahkan seperti sudah menjadi tugas harian Euis untuk membawa emping setiap berangkat sekolah.

Peran Kakak di atas ternyata luar biasa dalam film ini. Yang satu berakibat bangkrutnya keluarga, dan yang satunya lagi, mencoba membangkitkan secara ekonomi keluarga.

Masa lalu, memang susah sekali dihilangkan, seperti pada Euis yang menjadi penari dalam klubnya di Jakarta. Dia harus berani melawan larangan Abah untuk bertemu kawan-kawannya dari Jakarta. Bahkan HP-nya disita sekolah. Tapi itu tak menyurutkan langkahnya untuk bertemu teman-temannya. Masa Lalu yang indah memang berat ditinggalkan.

Walaupun akhirnya, Euis dapat hidup adaptasi di Bogor dan menemukan teman-teman barunya, tidak hanya perempuan tapi juga lelaki. Kesetiakawanan teman-temannya juga terasa saat rumahnya mau dijual. Untungnya di akhir film, rumah tidak jadi dijual. Sehingga Keluarga Cemara ini memilih hidup sederhana di kampung yang alamnya indah, asri dan keren di pegunungan.

Selain itu, yang tak kalah asyik adalah mencermati peran isteri Abah, Emak yang juga tak kalah pentingnya dalam film KC. Dialah unsur penting dalam kebahagiaan keluarga di tengah himpitan ekonomi.

Dalam keluarga, peran satu orang dengan lainnya pasti saling mendukung dan melengkapi. Tidak ada yang merasa superior dan hebat sendirian. Begitulah lumrahnya sebuah keluarga. Film ini seperti mengingatkan kita sendiri. Daya inilah yang membuat penonton di dalam gedung film banyak yang terbawa perasaaan, sedih tapi kemudian terbahak-bahak. Demikian ulasan singkat ini, semoga bermanfaat.[]

Tags: AraBogorEuisFilmJakartakampungKeluarga Cemarakotamahrus
Mahrus eL-Mawa

Mahrus eL-Mawa

Terkait Posts

Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID