• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Perayaan Hari Ayah Nasional : Mengingatkan Kembali Peran Ayah

Porsi pengasuhan yang seimbang antara ayah dan ibu akan memaksimalkan proses tumbuh kembang anak

Siti Nisrofah Siti Nisrofah
14/11/2023
in Publik
0
Hari Ayah Nasional

Hari Ayah Nasional

799
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Selamat Hari Ayah Nasional! Kalimat yang cukup ramai di berbagai platform media sosial hari ini. Meskipun tidak sefamiliar Hari Ibu, namun Hari Ayah tetap berkesan bagi sebagian orang.

Hari ini, 12 November 2023 beberapa aplikasi nasional menampilkan gambar seorang ayah dengan anaknya dalam halaman beranda. Tidak ketinggalan, tertulis jelas kalimat “Selamat Hari Ayah” di atas gambar tersebut. Selain itu, di salah satu media sosial yang sangat santer unsur trendingnya juga banjir ucapan “Selamat Hari Ayah”.

Ramai Ucapan Hari Ayah di Platform Media Sosial

Namun, setelah saya baca lebih banyak, tidak sedikit dari mereka yang merindukan sosok sekaligus peran ayah dalam hidupnya. Beberapa tulisan yang saya kutip dari cuitan netizen “Jangan tanyakan tentang ayahku, jika ku ceritakan mungkin air mataku tidak akan berhenti menangis, aku sangat iri melihat orang yang tumbuh dewasa dengan bimbingan seorang ayah.”

Sekali lagi, “Selamat Hari Ayah untuk orang-orang yang tidak punya banyak kenangan tentang ayahnya dulu. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik”. Namun, tidak sedikit pula netizen yang dengan haru menceritakan perjuangan ayahnya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Ada juga kok yang menceritakan pengalaman sederhana bersama ayahnya dulu yang ternyata menjadi kenangan indah hingga saat ini.

Budaya di Indonesia memang memposisikan seorang ayah menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga. Akibatnya, waktu bersama keluarga bahkan anak hanya tersisa sedikit. Jadi teringat salah satu cuitan netizen “Selamat Hari Ayah, meskipun ayahku seperti Bang Toyib.”

Baca Juga:

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Tidak bermaksud menyudutkan peran maupun tanggung jawab salah satu pihak. Namun, tugas pengasuhan anak adalah tugas sekaligus tanggung jawab bersama antara ibu dan ayah. Seringkali, stigma di masyarakat masih menilai bahwa ketika anak masih bayi, ia hanya membutuhkan sosok ibunya. Padahal kehadiran ayah juga sangat penting untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak.

Tidak perlu lama atau bahkan terus-menerus bersama anak, karena rasanya juga sangat tidak mungkin. Mengingat, ayah juga punya tanggung jawab mencari nafkah. Namun, titik tekannya adalah kualitas waktu saat kebersamaan ayah dengan anak.

Melansir dari media Kumparan.com, bahwa minimnya waktu berkomunikasi antara anak dengan orang tuanya (ayah) berpotensi pada hilangnya keakraban, kedekatan, dan keharmonisan antara ayah dan anak.

Pentingnya Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak

Melansir dari media Hellosehat.com, cara interaksi ayah dengan anak biasanya cenderung menggunakan pertanyaan yang memiliki unsur 5W+1H (what, why, where, when, who, how). Dengan pola tersebut, anak terlatih untuk berkomunikasi secara tanggung jawab dalam proses interaksi bersama orang lain.

Ada sebuah riset dari Jurnal Plos One termuat dalam artikel Hellosehat.com yang menjelaskan bahwa kedekatan yang terjalin antara ayah dengan anak sedini mungkin, sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan kecerdasan intelektual yang lebih tinggi dibanding dengan anak yang porsi kedekatan dengan ayahnya lebih sedikit.

Anak yang sering berinteraksi dengan ayahnya akan memiliki kecerdasan emosional yang cukup baik. Artinya, anak memiliki kemampuan dalam mengelola emosinya. Serta anak mudah beradaptasi terhadap lingkungan barunya.

Sedangkan anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah akan cenderung memiliki masalah perilaku dalam lingkungan sekolah. Bahkan fakta psikologis menyebutkan bahwa anak perempuan yang tidak terlalu dekat dengan ayahnya akan bersifat terlalu mandiri dan individualis.

Pada intinya, porsi pengasuhan yang seimbang antara ayah dan ibu akan memaksimalkan proses tumbuh kembang anak. Maka sangat tepat jika kita merayakan bersama Hari Ayah Nasional yang jatuh setiap 12 November untuk mengingatkan kembali peran ayah dalam keluarga.

Anak yang mendapat kasih sayang dari orang tua secara utuh akan merasa cukup dan tidak perlu mencari perhatian dari pihak luar. Justru ia akan memiliki tingkat percaya diri yang tinggi, sehingga tidak ragu untuk mengeksplor kemampuannya.

Ayah dan ibu memiliki pola asuh yang berbeda. Dengan demikian anak akan mendapatkan wawasan yang lebih luas jika antara ayah dan ibu sama-sama membantu mengiringi perkembangan anak. []

Tags: Hari Ayah NasionalkeluargaparentingpengasuhanPeran Ayah
Siti Nisrofah

Siti Nisrofah

Hanya orang biasa :')

Terkait Posts

Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Kritik Tambang

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

4 Juli 2025
Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID