• Login
  • Register
Rabu, 25 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Perbedaan Pandangan Ulama Dalam Menyikapi Isu Gender

Kaum konservatif memandang bahwa ketentuan literal dalam teks-teks suci adalah final. Sementara kaum progresif menganggap teks mengandung arti yang dinamis dan befproses untuk menjadi secara terus menerus

Redaksi Redaksi
22/05/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Ulama

Ulama

665
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perbedaan pandangan ulama Islam dalam menyikapi isu gender bahkan isu-isu ketimpangan relasi yang lain, terjadi antara lain akibat perbedaan mereka dalam cara memahami teks-teks suci.

Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan : “Al-Qur’an adalah teks-teks suci yang tidak bisa bicara sendiri. Yang bicara adalah orang”.

Ini mengandung arti bahwa teks-teks hanya dapat dimengerti atau dipahami artinya oleh manusia yang hidup dalam ruang dan waktunya masing-masing.

Cara memahami teks dalam tradisi Islam dikenal dengan dua istilah: “Tafsir” dan “Ta’wil”. Dua kata ini sering dimaknai secara sama, yaitu menjelaskan, mengungkapkan atau menerangkan sesuatu. Akan tetapi secara terminologis keduanya berbeda.

Secara ringkas dapat dikemukakan bahwa Tafsir lebih berkaitan dengan “riwayat”, informasi, nukilan atau sumber berita, sementara ta’wil berkaitan dengan “dirayah” (pemahaman), isi/substansi berita. Abu Nasr al-Qusyairi mengatakan:

Baca Juga:

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

”Dalam tafsir yang kita utamakan adalah mengutip dan mendengar, sedangkan dalam ta’wil yang kita utamakan adalah mengeksplorasi pengetahuan (ijtihad)”.?

Dalam tafsir pemaknaan tekstual/literal lebih kita perhatikan dan kurang memberikan perhatian pada makna alegoris atau metaforis.

Kemudian, dalam teori mereka jika sebuah kata dapat kita maknai secara literal dan metafora, maka yang harus kita utamakan adalah arti literal.

Ta’wil

Sementara dalam ta’wil teks, sebagian para ulama bersepakat tidak semata kita lihat pada arti literalnya. Melainkan menganalisis makna substansif, pada maksud dan tujuannya.

Di sini tampak bahwa ta’wil menghendaki lebih dari sekedar memahami teks dari makna tekstualnya, melainkan pada logika dan filsafatnya. Ta’wil amat identik dengan hermeneutik.

Lebih jauh dari sekedar memahami teks dari aspek makna teks itu sendiri, pemahaman atas teks, menurut sebagian ulama teori ta’wil, juga meniscayakan pengetahuan tentang konteks yang menyertai isu itu sendiri dan konteks sosial, budaya dan politiknya yang melingkupinya.

Imam al-Syathibi, mengatakan bahwa untuk memahami teks suci al-Qur’an, diperlukan pengetahuan tentang sejumlah kondisi dan konteks, antara lain, bahasa, audiens dan situasi-situasi di luarnya.

Pemahaman atas konteks di luar teks adalah niscaya. Tanpa hal ini kita sama sekali tidak dapat memahami al-Qur’an secara genuine dan komprehensif dan akan kehilangan relevansinya. Ini berbeda dengan teori tafsir.

Peristiwa yang melatarbelakangi munculnya teks dan konteks sosio-historis yang menyertainya, menurut teori tafsir. tidak terlalu signifikan. Yang utama adalah makna literal teks sendiri.

Jika kita menghubungkan teori pembacaan teks ini pada dua aliran di atas, maka jelas sekali bahwa aliran konservatif lebih cenderung mengambil teori pembacaan Tafsir sebagai cara memahami teks-teks agama, sementara aliran progresif memilih sebaliknya.

Dari sini pula kita sering mengatakan bahwa aliran konservatif adalah kaum literalis dan tradisionalis, sedangkan aliran progresif adalah kaum rasionalisliberalis.

Kaum konservatif memandang bahwa ketentuan literal dalam teks-teks suci adalah final. Sementara kaum progresif menganggap teks mengandung arti yang dinamis dan befproses untuk menjadi secara terus menerus. []

Tags: islamIsu GenderMenyikapipandanganperbedaanulama
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Khitan perempuan

Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan

24 Juni 2025
Fitnah Perempuan

Mengkaji Ulang Fitnah Perempuan dalam Pandangan Agama

24 Juni 2025
Tubuh Perempuan Sumber Fitnah

Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah

23 Juni 2025
fikih perempuan

Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih

23 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

23 Juni 2025
Debat Agama

Kisah Salim dan Debat Agama

23 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bias Kultural

    Bias Kultural dalam Duka: Laki-Laki Tak Boleh Sepi, Perempuan Harus Mengisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingkah Melabeli Wahabi Lingkungan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berbagi dan Selfie: Mengkaji Etika Berbagi di Tengah Dunia Digital
  • Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!
  • Bias Kultural dalam Duka: Laki-Laki Tak Boleh Sepi, Perempuan Harus Mengisi
  • Membongkar Dalil Lemah di Balik Khitan Perempuan
  • Bukan Tak Mau Menikah, Tapi Realitas yang Tak Ramah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID