• Login
  • Register
Selasa, 21 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Perceraian Bisa Dihindari Kok, Bagaimana Bisa?

Meneladani kehidupan rumah tangga orang lain adalah baik, selama yang diteladani adalah sikap-sikap hidup yang baik. Kita harus punya prinsip menjadi 'diri sendiri', proses rumah tangga yang betul dijalani dengan nikmat dan penuh seni.

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
15/07/2021
in Keluarga
0
Perceraian

Perceraian

68
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari kemarin saya silaturahim ke Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan. Selain karena ingin mengetahui beberapa info ter-up date kondisi kehidupan masyarakat, hari itu juga rencana mau ada syukuran. Sesekali saya juga ‘kepo’ ke beberapa orang yang sedang berkunjung ke KUA, tentang biaya nikah, jumlah pernikahan, usia pernikahan para calon pengantin, termasuk angka perceraian.

Sepanjang yang saya amati, perceraian sering terjadi, konon kebanyakan karena faktor ekonomi. Selain itu karena KdRT, kualitas bersebadan yang menurun dan lain sebagainya. Nafkah suami yang diberikan istri kurang. Apa betul demikian? Memang betul, cuma bukan persoalan yang mendasar. Adalah pemahaman tentang makna pernikahan dan rumah tangga yang kurang dimengerti. Tentang cara pandang dan penyikapan.

Meskipun persoalan ekonomi penting, tetapi persoalannya kita menikah bukan semata-mata karena urusan ekonomi. Uang dan harta. Karena menikah hanya diukur dengan uang dan harta, tidak aneh jika di antara kita cepat marah dan frustasi manakala uang dan harta yang didapat tidak mencukupi. Cukup atau tidak adalah soal kualitas syukur. Ada sepasang istri-suami berpenghasilan 200 ribu perbulan dan ada yang berpenghasilan 20 juta perbulan. Bagi sebagian banyak orang, tentu akan memilih berpenghasilan 20 juta ketimbang yang 200 ribu.

Padahal sungguh benar nyata, bahwa ada sepasang istri-suami yang penghasilan 20 juta tetapi tidak berbanding lurus dengan kualitas rumah tangganya. Bukan hanya selalu merasa kurang, tetapi juga rumah tangganya rentan diterpa percekcokan, anak-anak yang susah diatur, kesehatan yang semakin menurun dan seterusnya. Itu artinya tidak ada syukur dalam hidupnya. Padahal keberlimpahan harta bukanlah jaminan dan sama sekali tidak identik dengan biduk rumah tangga yang berkualitas.

Cara pandang dan sikap yang arif jauh lebih berharga daripada uang. Komitmen saling bersyukur dan memahami jauh lebih berarti ketimbang urusan materi. Kesehatan, anak-anak yang saleh-salehah, jauh lebih mahal daripada harta yang banyak sekalipun. Pemahaman kita terlalu instan dan pragmatis. Kita terjebak pada urusan harta semata. Siang dan malam menghabiskan waktu hanya untuk mencari uang tanpa jelas halal-haramnya, riba atau bukan.

Kalau saja istri dan suami mampu bersikap demikian, jika saat ini keduanya sedang diuji oleh Allah sedang tidak punya uang sepeserpun, keduanya akan selalu menghadapinya dengan tenang dan tawakal. Bagi sebagian orang mungkin dikira omong kosong, ya silakan. Tetapi kita yang sudah maupun belum menikah harus belajar hidup dengan arif, belajar bagaimana agar mental kita siap manakala sudah berumah tangga.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

Baca Juga:

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

Fatalnya, kita selalu mengidentikkan kebahagiaan dengan uang yang banyak. Kita juga sering kali mengukur kebahagiaan rumah tangga kita dengan rumah tangga orang lain. Akhirnya kita pun sering dilanda gelisah karena rumah tangganya tidak seperti orang lain. Meneladani kehidupan rumah tangga orang lain adalah baik, selama yang diteladani adalah sikap-sikap hidup yang baik. Kita harus punya prinsip menjadi ‘diri sendiri’, proses rumah tangga yang betul dijalani dengan nikmat dan penuh seni.

Sehingga dengan demikian, saya kok ragu kalau kemudian sampai ada suami yang tega menceraikan istrinya, atau istri yang tega menggugat cerai suaminya. Apalagi anak-anaknya sedang tumbuh besar, tentu mereka semakin butuh kasih sayang dari orang tuanya. Kalau saja pernikahan dan rumah tangga bisa dinikmati dengan segala risikonya secara bersama, yakin seberat apapun permasalahan tidak akan berujung pada perceraian. Sebab acap kali perceraian terjadi hanya karena persoalan sepele: kesalahpahaman. []

Tags: istrikeluargaKeluarga BahagiaKesalinganorang tuaperceraianperkawinansuami
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Generasi Strawberry

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

16 Maret 2023
Positive Vibes Keluarga

Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga

15 Maret 2023
Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

Tiket Masuk Majlis Rasulullah Saw adalah Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

14 Maret 2023
Terburu-buru Segera Menikah

Bestie, Jangan Terburu-buru untuk Segera Menikah

11 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rethink Sampah

    Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan Juga Wajib Bekerja
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist