Seringkali kita mendengar penceramah agama mengungkapkan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Sehingga dari tulang yang bengkok itu perempuan sangat lentur. Karena alasan ini, perempuan dianggap lemah dan harus dilindungi oleh laki-laki karena penciptaan perempuan diambil dari bagian laki-laki. Pandangan sebagian besar muslim ini mengacu pada teks hadist yang artinya:
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu diatas satu jalan. Bila engkau ingin benikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namu padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.” (HR. Muslim).
Hadist sahih ini diyakini oleh sebagian besar muslim, bahwa perempuan memang diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Artinya tidak diciptakan secara khusus sendiri. Meski hadist ini sahih, dalam al-Qur’an sebaliknya secara jelas Allah berfirman bahwa manusia, baik laki-laki maupun perempuan diciptakan dari dzat yang sama.
Al-Qur’an tidak menjelaskan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Justru laki-laki dan perempuan dicipatakan masing-masing dari unsur dan dzat yang sama. Inilah kemudian yang harus dipahami bahwa tidak ada perbedaan antara penciptaan laki-laki dan perempuan.
Firman Allah SWT dalam surat al-An’am ayat 2 yang artinya : “Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun demikian kamu masih meragukannya.”
Firman dalam surat al-An’am ini hanya salah stau dari beberapa ayat al-Qur’an yang telah banyak memberikan penjelasan bagi umat islam bahwa penciptaan manusia di bumi ini, antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan. Islam sangat memulikan keberadaan perempuan, bukan berarti menjadikan perempuan kelas kedua dari laki-laki.
Memuliakan bukan juga menguasai perempuan, melainkan memberikan hak dasarnya sebagai perempuan, yang dimulai dari memahami bahwa perempuan tidak diciptakan dari sebagian tubuh laki-laki. Pemaknaan yang berakibat bias pada diri perempuan harus digeser dengan pemaknaan yang lebih luas tanpa berpihak pada jenis kelamin tertentu.
Maka, merendahkan atau menomerduakan perempuan sebagai second sex dengan dasar bahwa perempuan mulanya diciptakan dari tulang rusuk laki-laki tidaklah benar. Penfsiran yang kurang tepat ini harus ditambahi dengan berbagai sumber yang lebih mendasar seperti dalam al-Qur’an bagi umat islam, kemudian melihat konteks turunnya hadist tersebut secara rinci.
Dalam Taurat dijelaskan dengan jelas bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, seperti yang tertuang dalam Kejadian 2:21 “Dari tulang rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu”. 2.23 “Lalu berkata manusia itu :” Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.”
Dasar-dasar inilah yang kemudian banyak digunakan oleh sebagian besar umat beragama dari islam dan kristen meyakini bahwa perempuan memang benar diciptakan dari tulang rusuk adam, tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Jika demikian, bukan berarti posisi perempuan menjadi nomer dua dari laki-laki karena penciptaan dirinya diambil dari laki-laki.
Konsep ini mungkin bisa menjadi analogi bagi laki-laki untuk bersikap dengan perempuan agar tidak kasar, “tulang rusuk yang bengkok” memiliki makna tersirat bahwa perempuan hatinya lembut dan jangan berbuat kasar kepadanya, akan tetapi sama halnya dengan perempuan pun juga tidak boleh berbuat kasar pada laki-laki. Sikap atau perlakukan baik tidak memandang jenis kelamin.
Kiranya konsep “perempuan tercipta dari tulang rusuk laki-laki” jika untuk memuliakan perempuan, maka perempuan juga harus memuliakan laki-laki. Jika makna “tulang rusuk” ini agar perempuan tidak diletakkan pada tempat tinggi agar tidak sombong, atau tidak diletakkan dibawah agar tidak di injak-injak. Maka sama halnya dengan laki-laki juga tidak diletakkan pada tempat yang tinggi, juga tidak ditempat bawah agar tidak dinjak-injak.
Maka dalam al-Qura’an menegaskan, bahwa manusia diciptakan dari dzat yang sama ini ingin menunjukkan, bahwa tidak ada perbedaan penciptaan manusia serta tidak ada pembedaan yang menjadikan perempuan menduduki kelas kedua setelah laki-laki. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam memperoleh kehidupan yang baik. Memperoleh penghormatan dan perlakuan baik juga adil.[]