Mubadalah.id – Pesan Abah KH Abdul Kholik Hasan tentang hikmah Isra Mikraj ini secara khusus saya tulis setelah mengikuti agenda sowan pengasuh dan temu alumni Ponpes Al Amanah Bahrul Ulum Tambakberas Jombang pada Kamis 9 Januari 2025 kemarin.
Jelang pergantian hari dari Rabu ke Kamis, saya tiba di stasiun Jombang pukul 23.50 wib. Tepat di tengah malam, diantarkan sama bapak tua pengendara becak motor menuju Mojokrapak. Sesaat melintasi sungai hampir di sepanjang jalan Tambakrejo hingga Mojokrapak aroma seperti jagung bakar menguar, padahal itu adalah limbah dari pabrik gula. Adikku Zubaidah yang dulu pernah mengatakan sungai di Jombang beraroma jagung bakar.
Berapa hari sebelum berangkat ke Jombang, saya dihubungi panitia agar bersedia menjadi pengurus Himmah, Himpunan Mutakharijin Mutakharijat Al Amanah Korwil Jawa Barat. Kedua panitia juga meminta saya untuk sambutan atas nama alumni.
Point pertama saya mengiyakan, lalu point berikutnya menolak karena merasa tidak pantas untuk berdiri di depan panggung utama. Ternyata itu atas permintaan Ibu Nyai. Akhirnya saya terima dengan syarat menggunakan Bahasa Indonesia, karena bahasa krama inggil Jawa Timuranku sudah banyak yang lupa.
Al Amanah telah Berubah, tapi Kenangan Kami Tidak
Sesaat begitu masuk ke asrama Al Amanah, almamater kami telah mengalami banyak perubahan. Di lantai bawah, dulu berjajar kamar mandi dan kamar mbak-mbak ndalem, yang biasanya jadi tempat saya numpang tidur lagi setelah salat subuh. Kini sudah tidak ada.
Maklum di tahun terakhir mondok, saya diminta menjadi pengurus MPS (Majelis Permusyawaratan Santri), di pondok induk Al Fathimiyyah. Setiap malam selalu ada rapat dengan pengurus lain, bahkan hingga jelang subuh. Jadi saya selalu absen kegiatan pagi di pondok agar bisa berangkat sekolah di MAN Tambakberas. Semua tempat yang saya sebutkan di atas itu hilang tak berbekas. Berganti dengan musala yang adem dan luas.
Slide kenangan demi kenangan tergambar dalam ingatan. Antri di kamar mandi sambil memegang buku atau kitab kecil nadzaman jurmiyah, imrithi dan alfiyah bagi mbak-mbak Muallimat. Warung di bawah tangga tempat kami berkumpul, makan gorengan, petis tahu dan antri mengambil makanan dan minuman di depan pintu dapur. Toko kelontong Kang Hudi yang menyediakan beragam keperluan santri, juga lenyap. Al amanah telah berubah dan banyak berbenah, tapi kenangan kami tidak.
Pesan Abah tentang Hikmah Isra Mikraj
Dalam setiap kesempatan sowan pengasuh dan temu alumni, pesan Abah Kiai dan Ibu Nyai menjadi moment yang kami tunggu, selain tentu ada bekal doa-doa dan ijazah yang beliau wariskan pada kami. Pertemuan santri dan pengasuh tidak hanya moment sentimentil silaturahmi agar kami terus terpaut, tetapi juga silaturruh, menyambung ikatan batin agar kami senantiasa terakui sebagai santri-santri beliau hingga di yaumil akhir nanti.
Kebetulan dalam pertemuan kemarin sekaligus Haul ke 3 Romo Kiai Abah KH Djamaluddin Ahmad Allahu Yarham, dan momentum bulan Rajab, maka Abah Kholik menyampaikan tiga pesan hikmah Isra Mikraj pada para alumni yang hadir.
Mikrajul Mukminin
Abah mengawali cerita dengan menuturkan pengalamannya bersama Ibu salat di Masjid Al Aqsha Palestina. Menurut Abah, kalau Rasulullah dibimbing langsung oleh Allah, bahwa Mikraj itu adalah perjalanan dari bawah ke atas, sehingga Rasulullah kita sebut juga shahibul anbiya’ wa imamul mursalin.
“Derajatnya tidak ada yang mengalahkan derajat baginda Rasul, maka salat ini disebut Mikrajul Mu’minin. Sehingga saya dan anda semua bisa melakukan Mikraj, bahkan Mikraj kita satu hari satu malam bisa lima kali. Hanya saja kadang-kadang salat kita masih dilaksanakan secara enggan, berat, karena memang salat itu sesungguhnya berat. Kecuali jika kita termasuk orang-orang yang khusyu’ yang bisa merasakan salat itu tidak berat.” Tutur Abah
Anwarul Ma’arif
Lalu pesan hikmah Isra Mikraj kedua, Abah menyampaikan bagaimana agar hati kita bisa mendapatkan anwarul ma’arif. Yakni nur-nur kemakrifatan atau ilmu-ilmu laduni, maka cara yang paling mudah adalah hati kita sudah siap menerimanya, dan hati ini adalah sesuatu yang sangat mudah untuk kotor.
Abah mencontohkan dengan melihat Kang Hudi yang duduk di samping beliau, lalu Abah menambahkan juga misalkan ketika kita melihat orang peminta-minta di jalan, lantas kita bergumam. “Orang badannya masih sehat kok mengemis.” Itu kotor.
Melihat orang yang kaya lebih dari kita itu kotor, melihat orang yang lebih tampan dari kita itu kotor, melihat orang yang hina dan lebih jelek, kotor lagi. Mudahnya begini, tabiat hati itu adalah tempatnya kotor, karena yang diinginkan hati adalah thalabul ilmi wa rizki.
“Semua orang itu pasti mencari tenar, mencari viral, mencari kemuliaan. Kadang-kadang ingin terkenal dengan menginjak orang, maka kotor demi kotor itu ada. Allah tidak ingin berlama-lama kita pisah dariNya. Karena yang membersihkan hati adalah Allah, maka ketika anda semua masuk waktu salat subuh, Allah membersihkan hati kita. Nanti setelah salat subuh hati kita kotor lagi, lewat mata, telinga, maka masuk waktu salat dhuhur, jika kita melakukannya dengan baik, akan dibersihkan lagi oleh Allah, lima kali dalam satu hari.”Terang Abah
Hikmah Salat
Abah mencontohkan sebagaimana dialog sahabat dengan baginda Rasul. “Ya Rasulalllah terangkan pada saya tentang salat.” Lalu Rasulallah membuat sebuah pertanyaan analogi, bagaimana menurut pendapatmu kalau ada seseorang yang di depan rumahnya mempunyai sungai yang jernih, dia turun ke sungai itu selama lima kali dalam satu hari, maka adakah kotoran yang tertinggal?
Lantas sahabat menjawab, bersih ya Rasul. Itulah kehendak Allah, demikian sabda Rasul. Seakan-akan Allah tidak ingin melihat kita dalam kekotoran. Allah ingin kita berada dalam suasana hati yang bersih, kalau sudah bersih hatinya pasti akan terbuka pintu-pintu keghaiban, ilmu-ilmu akan dimasukkan dalam hati kita, makrifat-makrifat yang akan Allah berikan pada kita pasti masuk dalam hati, karena hati sudah siap menerima itu dengan jalan salat yang terus menerus kita lakukan.
Berikutnya, pesan Abah bahwa tidak ada yang bisa melindungi kita semua. Mungkin, kata Abah bagi mbak-mbak yang sudah senior, sudah ada tugas melindungi anaknya, mengawasi anaknya, maka tidak ada yang bisa melindungi anak kita, murid kita, kecuali Allah Swt. Jadi pasti terlindungi terutama saat anak kita pun rajin salat.
Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. Al-‘Ankabut: 45
اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ ٤٥
“Bacalah (Nabi Muhammad) Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu dan tegakkanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Sungguh, mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Demikian pesan Abah pada kami semua, terutama terkait hikmah Isra Mikraj. Semoga kami semua, alumni Al Amanah terus mendapat kesempatan agar bisa hadir dalam pertemuan sowan pengasuh dan temu alumni di tahun-tahun berikutnya. Selain itu, semoga Abah KH Abdul Kholik Hasan dan Ibu Hj Bashirotul Hidayah serta keluarga besar Ponpes Al Amanah Bahrul Tambakberas Jombang selalu dalam lindungan Allah Swt. []