• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina Berikan Ruang untuk Belajar dengan Mereka yang Berbeda Agama

Ruang perjumpaan ini dapat memperluas pemahaman saya tentang dunia dan kehidupan. Saya merasa lebih toleran dan mampu melihat segala sesuatu dengan perspektif yang beragam

Fuji Ainnayah Fuji Ainnayah
27/10/2023
in Personal
0
Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina

Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina

799
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina menjadi salah satu pesantren yang menurut saya sangat unik. Karena dalam sistem pembelajaran di pesantren ini, selain mengaji kitab kuning, kerap kali melibatkan para santrinya untuk ikut terlibat dalam berbagai kegiatan, salah satunya adalah kegiatan lintas iman.

Saya sebagai salah satu santri di Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina sering dilibatkan oleh pengasuh kami, Abi Marzuki Wahid dan Bunda Nurul Bahrul Ulum untuk mengikuti berbagai kegiatan lintas iman.

Namun sebelum kami dilibatkan dalam berbagai kegiatan lintas iman, terlebih dahulu Abi Marzuki Wahid dan Bunda Nurul Bahrul Ulum membekali kami untuk belajar soal toleransi, pluralisme dan kebangsaan.

Dengan belajar soal toleransi, pluralisme dan kebangsaan tersebut, membuat saya memiliki pondasi dan pandangan bahwa mereka yang berbeda agama adalah sama sebagai manusia. Bahkan kita sebagai orang Islam wajib untuk menghormati, dan menghargai mereka yang berbeda dengan kita.

Terlebih, perbedaan ini, kata Abi Marzuki adalah sebuah keniscayaan. Sehingga kita tidak boleh menolak keniscyaan yang telah Allah Swt ciptakan. Yang perlu kita lakukan menurut Abi Marzuki, kita harus merawat, dan menjaga perbedaan ini dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Baca Juga:

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

Manusia Bukan Tuan Atas Bumi: Refleksi Penggunaan Energi Terbarukan dalam Perspektif Iman Katolik

Noble Silence: Seni Menghormati Waktu Hening untuk Refleksi Keimanan

Forum 17an Gusdurian

Sebagai santrinya, Abi marzuki sering mengajak kami untuk terlibat dalam berbagai kegiatan lintas iman. Dengan mengikuti kegiatan tersebut, harapanya adalah ilmu yang telah didapat itu bisa kita praktikkan langsung di lapangan.

Artinya, di pesantren ini, kita tidak hanya diajarkan soal teori saja, melainkan kita juga harus terjun langsung, bagaimana kita berinteraksi dengan mereka yang berbeda dengan kita.

Dalam hal ini, misalnya saya pernah mengikuti forum 17an Gusdurian yang bertempat di Aula Gereja Bunda Maria. Dalam forum 17an ini, saya bersama teman-teman SUPI belajar langsung bagaimana kami semua berinteraksi dengan mereka yang berbeda dengan kita. Kami bertemu dengan beberapa teman-teman dari Kristen, Hindu dan Budha.

Bahkan forum 17an yang bertema “Beda Setara, Kita Saudara” itu menghadirkan langsung beberapa narasumber di antaranya: Abi Marzuki Wahid, Romo Antonius Haryanto dan Ibu Roziqoh.

Perayaan Natal

Selain forum 17an, saya juga pernah terlibat dalam perayaan Natal. Tepat pada tanggal 25 Desember 2022, kami dari SUPI bersama teman-teman dari Gusdurian Cirebon menghadiri perayaan Natal.

Waktu itu kami mendatangi dua gereja yang ada di Cirebon. Pada pukul 09.00 pagi, kami datang ke Gereja Pantekosta. Setelah selesai di Gereja Pantekosta, sekitar jam 12.00 kami melanjutkan ke Gereja Bunda Maria untuk mengikuti perayaan Natal.

Setelah itu, kami diajak makan. Pada saat makan inilah kami berbincang bersama Romo Hary, dan teman-teman Gusdurian.

Pengalaman berinteraksi langsung dengan yang teman-teman, bahkan para romo ini lah yang membuat saya menjadi menjadi terbuka dan nyaman. Ternyata mereka yang berbeda itu orangnya ramah dan baik-baik. Bahkan dengan ruang perjumpaan ini, membuat stigma negatif dengan mereka yang berbeda itu sirna.

Kemah Titik Temu

Setelah mengikuti perayaan Natal, saya juga pernah ikut dalam kegiatan Kemah Titik Temu. Dalam kegiatan ini, menjadi ruang kolaboratif yang beragam dan seru bagi masyarakat sipil, organisasi masyarakat, pelajar, mahasiswa, jurnalis, buruh, komunitas, pekerja seni, dan aktivis lintas isu dari berbagai kalangan, untuk berjumpa, berbagi gagasan, berjejaring dan bersolidaritas bersama.

Selain itu, Kemah Titik Temu juga menghadirkan ruang-ruang penting seperti sharing dan diskusi, workshop, dan FGD yang meliputi berbagai topik seputar kebebasan beragama dan berkeyakinan, kekerasan berbasis ekstremisme, keragaman gender seksualitas, klinik hukum, kampanye non-violence direct action, serta ruang ekspresi yang meliputi mural, pertunjukan seni dan budaya, lapak warga dan kuliner rakyat.

Kemah ini juga akan bermuara pada lahirnya deklarasi bersama para pemuka agama, masyarakat, organisasi masyarakat sipil, pekerja seni, dan komunitas rakyat yang berkomitmen pada pemenuhan Hak Asasi Manusia.

Maka dengan berbagai kegiatan yang pernah saya ikuti, ternyata membuat pandangan saya lebih terbuka kepada mereka yang berbeda. Saya sangat merasakan kebahagiaan, kesenangan dan kenyamanan.

Memperluas Pengetahuan

Bahkan tidak hanya itu, ruang perjumpaan ini dapat memperluas pemahaman saya tentang dunia dan kehidupan. Saya merasa lebih toleran dan mampu melihat segala sesuatu dengan perspektif yang beragam. Saya juga merasa lebih menghargai perbedaan dan lebih mampu menjalin hubungan yang baik dengan mereka yang berbeda agama.

Selain itu, saya juga merasa senang dan terinspirasi karena dapat belajar dari cerita, pengalaman, dan pemikiran mereka. Bahkan saya juga dapat mengetahui bagaimana nilai-nilai agama yang mereka ajarkan.

Hal ini lah yang membantu saya untuk memahami dan menghargai perbedaan, serta membuka pikiran saya terhadap sudut pandang yang beragam.

Oleh sebab itu, melalui ruang-ruang perjumpaan yang Abi Marzuki dan Bunda Nurul berikan ini memperkuat pondasi saya untuk lebih mencintai dan menyayangi mereka yang berbeda dengan kita.

Bahkan dengan modal tersebut, saya sebagai santri memiliki peran penting untuk selalu menyebarkan pesan perdamaian, toleransi, kerukunan, dan keberagaman.

Bahkan, KH. Husein Muhammad selalu berpesan kepada kami, bahwa pesan toleransi dan kedamaian ini untuk selalu kita sebarkan. Karena pesan ini, akan menjadi sendi-sendi dalam kehidupan seluruh umat manusia.

Dengan begitu, kita akan menjadi jembatan penghubung untuk memperkuat persaudaraan dan kebersamaan dalam masyarakat yang multikultural. Sehingga akan terciptanya ruang-ruang yang membangun masyarakat untuk saling menghargai dan menghormati segala perbedaan. []

Tags: agamabelajarberbedaPesantren Luhur Manhajiy Fahminaumat
Fuji Ainnayah

Fuji Ainnayah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version