• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina: Pesantren yang Ramah Terhadap Perempuan

Termasuk saat mengaji sekalipun. Kami bisa duduk bersampingan dengan santri laki-laki. Sehingga dengan posisi seperti inilah, kami bisa mencatat dan mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh para guru kami.

Hanifah Nabilah Hanifah Nabilah
08/05/2024
in Personal
0
Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina

Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina

718
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina Cirebon merupakan salah satu dari sekian banyak pesantren di Cirebon, yang menurutku menjadi pesantren yang ramah terhadap perempuan.

Mengapa menjadi pesantren yang ramah terhadap perempuan? Karena di pesantren ini, kami sebagai santri perempuan diberikan akses dan ruang yang sama dengan santri laki-laki.

Misalnya saat ngaji. Biasanya bagi sebagian besar pesantren yang pernah saya singgahi, pasti akan memisahkan antara santri laki-laki dan perempuan. Bahkan kalaupun digabung pasti posisi perempuan berada di belakang laki-laki dan ada hijab (penutup) untuk memisahkannya.

Sehingga kondisi inilah yang kerap kali membuat santri perempuan tidak bisa melihat langsung guru, atau ketika menjelaskan tidak bisa mencatat dengan baik.

Kondisi seperti ini, artinya pesantren masih menempatkan santri perempuan sebagai kelas dua. Karena yang utama adalah santri laki-laki. Sehingga di sana jelas ada bentuk diskriminasi kepada santri perempuan.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi kami, di Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina. Di sini kami sebagai santri perempuan diberikan akses seluas-luasnya oleh pesantren.

Termasuk saat mengaji sekalipun. Kami bisa duduk bersampingan dengan santri laki-laki. Sehingga dengan posisi seperti inilah, kami bisa mencatat dan mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh para guru kami.

Selain soal mengaji, kami santri perempuan kerapkali diberikan kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan, baik yang ada di dalam pesantren maupun di luar pesantren.

Menjadi Ketua Pelaksana

Saat ada kegiatan di dalam pesantren, kami santri perempuan sudah tidak lagi ditempatkan sebagai bagian konsumsi. Melainkan, menjadi ketua pelaksana, yang mengkoordinir acara.

Sehingga dengan penempatan seperti inilah, dapat melatih dan menyadarkanku, bahwa perempuan juga memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk mengaktualisasi hidupnya. Termasuk, saat ia menjadi ketua pelaksana, artinya ia akan mengkoordinir semua orang yang berada di bawahnya, termasuk para santri laki-laki.

Kondisi seperti ini mungkin akan sulit kita temui di beberapa pesantren lainnya. Sosok santri perempuan yang menjadi pemimpin dari setiap kegiatan.

Bahkan baru-baru ini, karena aku juga sedang belajar di Intitut Studi Islam Fahmina (ISIF), presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) yang baru terpilih kemarin adalah perempuan.

Artinya, soal kepemimpinan di kampus maupun di pesantren, perempuan sangat mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi seorang pemimpin. Sehingga hal inilah menjadi alasan mengapa aku menyebut Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina sebagai pesantren yang ramah perempuan.

Terlebih, pengasuh kami, Abi Marzuki Wahid dan Bunda Nurul Bahrul Ulum selalu mengajarkan ku tentang nilai-nilai yang ada di pesantren. Di antaranya nilai soal keadilan, kesetaraan, toleransi, kemanusiaan, kemaslahatan, kesalingan (mubadalah), dan kebersamaan.

Juga, termasuk setiap santri untuk saling menghormati, menghargai, dan memuliakan satu dengan lainnya. Bahkan pesantrenku, sangat mengecam semua tindak kekerasan kepada perempuan.

Sehingga dengan hal inilah, menjadi pondasi bagiku, ketika keluar nanti aku harus bisa menerapkan semua nilai yang telah aku dapatkan selama di pesantren. []

Tags: perempuanpesantrenPesantren Luhur Manhajiy Fahminaramah
Hanifah Nabilah

Hanifah Nabilah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version