• Login
  • Register
Rabu, 9 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pilih Al Qur’an atau Pancasila?

Kalau saya ditanya , hari ini, berpijak pada Al Qur'an atau Pancasila?  Saya jawab kedua duanya adalah dasar, keduanya adalah pokok. Al Qur'an dasar syari'ah sedang Pancasila adalah dasar Negara.

Imam Nakhai Imam Nakhai
06/07/2021
in Hikmah
0
Pancasila

Pancasila

184
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sambil berkirim Fatihah kepada sahabat sahabat tercinta yang dipanggil terlebih dahulu oleh Allah, untuk meningkatkan imun, disempatkan membaca dawuh dawuh Al Ghazali dalam beberapa kitabnya.

Judul di atas walaupun tidak langsung dibahas oleh Al Ghazali, namun ada beberapa perdebatan yang mirip dan bahkan memiliki substansi yang sama. Dalam beberapa kitab Al Ghazali, telah dibahas tentang isu; apakah (1) berpijak pada Naql (an nash) atau Akal (Al aqlu)? (2) mempedomani syar’iy (ilmu yang digali dari sumber syari’ah)  atau aqliy (ilmu yang digali melalui nalar)?

Perdebatan yang disajikan dan telah didamaikan oleh Al Ghazali 1000 tahun yang lalu, muncul lagi beberapa bulan terahir bukan dikalangan ulama’, tetapi dikalangan birokrasi, yaitu pertanyaan  “pilih Al Qur’an/ syar’iy? Atau Pancasila/aqliy?”.

Pertanyaan di atas memang sulit dijawab, apalagi oleh orang awam. Jika menjawab, pilih Al Qur’an maka dianggap tidak nasionalis, tidak NKRI. Jika pilih Pancasila maka dianggap thagut tersesat karena lebih mengutamakan produk akal ketimbang Al Qur’an.

1000 tahun yang lalu, ulama juga berdebat keras soal itu, sampai hadir Al Ghazali yang mencoba menemukan titik temunya. Al Ghazali menyatakan:

Baca Juga:

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

المعقول والمنقول كل واحد منهما اصل مهم لا تعارض بين العقل والشرع. ومن كذب العقل فقد كذب الشرع إذ بالعقل عرف صدق الشرع ولو لا صدق دليل العقل لما عرفنا الفرق بين النبي والمتنبي والصادق والكذب وكيف يكذب العقل بالشرع وما ثبت الشرع الا بالعقل؟

Akal dan Naql keduanya adalah sama sama pokok/dasar yang penting, tidak ada kontradiksi antara akal dan syari’at. Orang yang mendustakan akal maka sungguh mendustakan syari’ah. Karena dengan akallah kebenaran syari’ah dikenali. Jika bukan karena kebenaran dalil akal niscaya kita tidak mengetahui perbedaan Nabi dengan orang yang mengaku nabi, antara yang jujur dan pendusta. Maka bagaimana akal didustakan berdasar syari’ah, sementara syari’ah hanya bisa dibuktikan oleh akal?

Pernyataan Al Ghazali ini mencoba menjembatani antara dua sisi ekstrim, penghamba teks dengan mengabaikan akal dan penghamba akal dengan mengabaikan teks. Bagi Al Ghazali keduanya sama sama pokok, sama sama asal, sama sama dasar yang tidak perlu dan tidak bisa dipertentangkan. Dalam teks Al Ghazali yang lain dinyatakan:

إن العلم على قسمين أحدهما شرعي والآخر عقلي وأكثر العلوم الشرعية عقلية عند عالمها وأكثر العلوم العقلية شرعية عند عارفها

Ilmu ada dua macam, pertama syar’iy dan kedua aqliy. Sebagian besar ilmu ilmu syari’at bersifat aqliyah (rasional) bagi yang mengetahuinya, dan sebagian besar ilmu ilmu aqliy bersifat syar’iy bagi yang mengenalinya.

Jadi bagi Al Ghazali, moyoritas ilmu ilmu agama itu ya bersifat aqliy, ya rasional, sebaliknya ilmu ilmu aqliy itu ya bersifat syar’iy (digali dari sumber syari’ah). Karena bagi Al Ghazali, ayat ayat Allah bukan hanya yang tertulis dalam Al Qur’an, tetapi juga yang tertulis di jagat raya (as suthur Al ilahiyyah)

Seandainya, kawan kawan yang mengikuti Tes Wawasan Kebangsaan kemarin pernah baca Al Ghazali , atau setidaknya mengikuti pengajian Gus Ulil Abshar Abdalla , pastilah bisa menjawab dengan baik. He he.

Kalau saya ditanya , hari ini, berpijak pada Al Qur’an atau Pancasila?  Saya jawab kedua duanya adalah dasar, keduanya adalah pokok. Al Qur’an dasar syari’ah sedang Pancasila adalah dasar Negara. Yang menarik Al Qur’an sebagai dasar syari’ah justru memerintahkan untuk mematuhi Pancasila sebagai dasar negara. Persis dengan bahwa ayat ayat Al Qur’an justru memerintahkan untuk membaca ayat ayat yang tertulis di jagat raya. Hasil pembacaan akal  dari jagat raya menghasilkan pengetahuan yang diperintahkan oleh ayat Al Qur’an untuk dibaca. Semoga lebih jelas. Insya Allah. []

 

Tags: Dasar NegaraIndonesiaPancasilaSyariat IslamTes Wawasan Kebangsaan
Imam Nakhai

Imam Nakhai

Bekerja di Komnas Perempuan

Terkait Posts

Pengalaman Biologis Perempuan

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

9 Juli 2025
Perjanjian Pernikahan

Perjanjian Pernikahan

8 Juli 2025
Kemanusiaan sebagai

Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

8 Juli 2025
Kodrat Perempuan

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

8 Juli 2025
relasi laki-laki dan perempuan yang

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

8 Juli 2025
IBu

Kasih Sayang Seorang Ibu

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?
  • Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang
  • Perjanjian Pernikahan
  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID