Mubadalah.id – Puasa adalah Ibadah yang sangat baik, untuk kesehatan maupun secara spiritual. Olehnya puasa bukan hanya disyaria’atkan kepada umat Islam, namun juga umat umat terdahulu. Namun, tidak “semua puasa” dianjurkan di dalam Islam. Puasa adalah ibadah. Dan ibadah tidak diterima kecuali diajarkan oleh syari’at. Islam mengajarkan beberapa puasa, ada yang wajib ditunaikan dan ada yang sunnah dikerjakan. Bahkan juga ada yang haram dan makruh dilakukan, seperti puasa khusus di bulan Rajab.
Satu-satunya puasa yang diwajibkan kepada umat Islam adalah puasa Ramadan. Selainnya tidak ada yang wajib kecuali atas dasar dinadzarkan.
Sedangkan puasa yang diharamkan karena dilarang oleh syari’at, yaitu; (1) Puasa Hari Raya Idulfitri tanggal 1 Syawal dan Iduladha tanggal 10 Dzul hijjah, (2) Puasa hari tasyriq yaitu tgl 11, 12 dan 13 Dzul hijjah, (3) Puasa yang dibuat-buat atau bid’ah, seperti puasa tgl 12 Rabi’ul awal untuk memperingati kelahiran Nabi, (4) Puasa tanggal 27 Rajab untuk memperingati isra’ mi’raj Nabi,
(5) Puasa Sunnah yang menyebabkan terabaikannya hak orang lain, seperti puasa istri tanpa izin suami, atau puasa suami yang menyebabkannya tidak bisa mencari nafkah istri, puasa pejabat yang berakibat menelantarkan hak rakyat, dan lain-lain (6) Puasanya pegawai atau pekerja yang menyebabkan terabaikannya kemaslahatan karena puasanya.
Sementara puasa yang disunnahkan, karena ada dalil yang menganjurkannya, antara lain (1) puasa 6 hari di bulan Syawal, (2) puasa Arafah tanggal 9 Dzil Hijjah, (3) Puasa Asyura’ tanggal 10 Muharram dan Tasu’ah tanggal 9 Muharram, (4) Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, (5) Puasa di bulan-bulan Haram, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab, (6) Puasa 3 hari di tiap-tiap bulan, (7) puasa hari Senin dan Kamis, lalu Puasa Daud.
Selain itu, ada puasa yang hukumnya dimakruhkan, karena ada dalil yang melarangnya, namun tidak tegas. Puasa yang dimakruhkan antara lain;
Pertama, Puasa ad Dahr, yaitu puasa setahun terus menerus dan berlanjut tahun berikutnya terus menerus. Kedua, Mengkhususkan puasa bulan Rajab, sementara bulan sebelumnya seperti dzul hijjah, Dzul Qa’dah dan Muharram tidak puasa. Hanya puasa khusus bulan Rajab. Puasa semacam ini makruh hukumnya.
Sayyidina Umar pernah memukul orang orang yang khusus puasa di bulan Rajab, dan meletakkan makanan dihadapannya seraya memerintahkan agar ia memakannya. Sebab bulan Rajab adalah bulan khusus yang diagungkan oleh masyarakat Jahiliyyah, begitu kata Umar bin Khattab.
Ketiga, khusus puasa di hari Jum’at dan Sabtu, sementara hari lainnya tidak puasa. Keempat, puasa tapi tidak shalat. Perlu ditegaskan di sini, bahwa puasa yang dimakruhkan di bulan Rajab adalah jika seseorang khusus puasa di bulan Rajab, sementara bulan lainnya tidak puasa. Jika bukan bulan sebelumnya puasa, atau puasa di bulan Rajab namun tidak sebulan penuh, misalnya puasa tgl 1, tanggal 2 tidak, tanggal 3 puasa lagi, tgl 4 tidak dan seterusnya, maka tidak makruh. Wallahu ‘alam. []