• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Hikmah Puasa Menumbuhkan Kasih dan Sabar untuk Semua

Abdul Rosyidi Abdul Rosyidi
24/05/2018
in Kolom
0
hikmah puasa menumbuhkan kasih

hikmah puasa menumbuhkan kasih

19
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada bulan Ramadan setiap muslim diwajibkan berpuasa, menahan diri dari mulai subuh hingga matahari terbenam. Penahanan diri ini juga dimaknai sebagai masa pendidikan agar setiap muslim menjadi insan yang bertakwa serta kembali ke inti sejati agama yakni mengasihi semua orang. Itulah hikmah puasa menumbuhkan kasih dan sabar untuk sesama.

Puasa mengajarkan muslim merasakan penderitaan orang lain melalui rasa lapar dan haus. Ketersiksaan yang disengaja ini bertujuan agar setiap muslim bisa turut merasa penderitaan orang lain.

Baca juga: Menjaga Keseimbangan Puasa

Keletihan itu pun menumbuhkan empati dan membunuh nafsu-syahwat. Bukan hanya nafsu yang berkait dengan makan, minum atau bersenggama, lebih jauh nafsu untuk menyakiti dan mendominasi orang lain.

Orang yang berpuasa diharapkan akan mendapatkan hikmah-batiniyah, tak sekadar urusan fisik. Puasa bukan melulu tentang ibadah kasat mata, lebih jauh adalah olah jiwa. Kita sudah diingatkan Rasullullah Saw. agar jangan berpuasa hanya dalam tataran fisik saja.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Beliau bercerita bahwa di antara kita, banyak yang puasanya hanya memperoleh lapar dan dahaga belaka (HR Ibnu Majah).

Dalam ayat puasa, QS Al-Baqarah ayat 183, tersurat dengan jelas bahwa tujuan berpuasa yakni mendidik orang beriman menjadi manusia yang bertakwa. Bertakwa lazim diartikan sebagai menjalankan perintah dan menghindari larangan Allah.

Sahabat Nabi, Umar bin Khathab pernah berkata: barang siapa bertakwa kepada Allah, maka ia akan selalu menghilangkan kemarahannya.

Pesan bahwa puasa melatih kepekaan rasa saling mengasihi antar sesama manusia sudah amat jelas. Bertakwa bukan melulu tentang larangan dan aturan yang rigid melainkan lebih pada rasa keberserahan kepada Allah. Saat seseorang sudah sedemikian berserah diri, maka tidak ada yang lebih tinggi antara satu hamba dengan hamba yang lain. Yang tinggi hanya Allah.

Baca juga: Agar Puasa Kita Tidak Sia-sia

Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam Ayat-ayat Puasa dan Perspektif Mubadalah mengatakan, puasa diharapkan dapat mewujudkan orang-orang yang bertakwa, yakni yang mempunyai komitmen keimanan yang kuat, mampu menahan diri, dan memiliki daya tahan tangguh, baik secara fisik, psikis maupun spiritual.

Dengan begitu, orang yang berpuasa diharapkan akan menghadirkan segala kebaikan dan menghindarkan segala keburukan. Menjadi pribadi yang penuh kasih sayang bagi semua manusia dan semesta (rahmatan lil ‘alamin).

Kasih sayang yang dihadirkan puasa sangat istimewa karena ia tumbuh dari rasa iman, niat yang tulus dan kedekatan dengan Sang Pemilik Kehidupan. Dalam salah satu hadits qudsinya, melalui Nabi Muhammad, Allah berfirman:

“Puasa itu untukku, dan Aku yang akan memberikan ganjarannya, disebabkan seseorang menahan syahwatnya dan makannya serta minumnya karena-Ku, dan puasa itu adalah perisai… “ (HR Bukhari, Muslim, Imam Malik, Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah).

Rasa dekat (dengan Allah), sifat penuh kasih, berserah diri, menerima, dan pasif –yang lekat dengan ibadah puasa—kalau kita cermati sejatinya merupakan manifestasi sifat-sifat feminin. Setidaknya itulah menurut Sachiko Murata dalam The Tao of Islam.

Tafsiran bebasnya, puasa mendorong muslim menghayati dan mengaktualisasikan sifat-sifat feminin dalam kehidupannya.

Baca juga: Sachiko Murata

Puasa seperti ingin mengentaskan muslim dari hiruk pikuk dunia yang begitu bersifat maskulin, penuh dengan persaingan tak bersahabat, kuasa menguasai, kerakusan, terpisah dan jauh (dari Allah), egois, dan mendominasi.

Dorongan tersebut bukan untuk menjadikan sisi feminin lebih dominan melainkan agar terjadi keseimbangan di antara keduanya.

Pada akhirnya, puasa adalah kawah candradimuka yang ‘memaksa’ setiap muslim untuk memiliki keseimbangan antara sifat-sifat feminin (Jalal) dan maskulin (Jamal).

Keseimbangan itulah yang niscaya membentuk insan kamil, manusia sempurna. Cita ideal yang kurang lebih sama dengan tujuan puasa: manusia bertakwa. Wallahu a’lam.[]

Tags: islamkasihMubadalahmuratamuslimpuasarahmattao of islam
Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi, editor. Alumni PP Miftahul Muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version