• Login
  • Register
Minggu, 2 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Hikmah Puasa Menumbuhkan Kasih dan Sabar untuk Semua

Abdul Rosyidi Abdul Rosyidi
24/05/2018
in Kolom
0
hikmah puasa menumbuhkan kasih

hikmah puasa menumbuhkan kasih

10
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada bulan Ramadan setiap muslim diwajibkan berpuasa, menahan diri dari mulai subuh hingga matahari terbenam. Penahanan diri ini juga dimaknai sebagai masa pendidikan agar setiap muslim menjadi insan yang bertakwa serta kembali ke inti sejati agama yakni mengasihi semua orang. Itulah hikmah puasa menumbuhkan kasih dan sabar untuk sesama.

Puasa mengajarkan muslim merasakan penderitaan orang lain melalui rasa lapar dan haus. Ketersiksaan yang disengaja ini bertujuan agar setiap muslim bisa turut merasa penderitaan orang lain.

Baca juga: Menjaga Keseimbangan Puasa

Keletihan itu pun menumbuhkan empati dan membunuh nafsu-syahwat. Bukan hanya nafsu yang berkait dengan makan, minum atau bersenggama, lebih jauh nafsu untuk menyakiti dan mendominasi orang lain.

Orang yang berpuasa diharapkan akan mendapatkan hikmah-batiniyah, tak sekadar urusan fisik. Puasa bukan melulu tentang ibadah kasat mata, lebih jauh adalah olah jiwa. Kita sudah diingatkan Rasullullah Saw. agar jangan berpuasa hanya dalam tataran fisik saja.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran
  • Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

Baca Juga:

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Gerakan Perempuan Melestarikan Tradisi Nyadran

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

Beliau bercerita bahwa di antara kita, banyak yang puasanya hanya memperoleh lapar dan dahaga belaka (HR Ibnu Majah).

Dalam ayat puasa, QS Al-Baqarah ayat 183, tersurat dengan jelas bahwa tujuan berpuasa yakni mendidik orang beriman menjadi manusia yang bertakwa. Bertakwa lazim diartikan sebagai menjalankan perintah dan menghindari larangan Allah.

Sahabat Nabi, Umar bin Khathab pernah berkata: barang siapa bertakwa kepada Allah, maka ia akan selalu menghilangkan kemarahannya.

Pesan bahwa puasa melatih kepekaan rasa saling mengasihi antar sesama manusia sudah amat jelas. Bertakwa bukan melulu tentang larangan dan aturan yang rigid melainkan lebih pada rasa keberserahan kepada Allah. Saat seseorang sudah sedemikian berserah diri, maka tidak ada yang lebih tinggi antara satu hamba dengan hamba yang lain. Yang tinggi hanya Allah.

Baca juga: Agar Puasa Kita Tidak Sia-sia

Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam Ayat-ayat Puasa dan Perspektif Mubadalah mengatakan, puasa diharapkan dapat mewujudkan orang-orang yang bertakwa, yakni yang mempunyai komitmen keimanan yang kuat, mampu menahan diri, dan memiliki daya tahan tangguh, baik secara fisik, psikis maupun spiritual.

Dengan begitu, orang yang berpuasa diharapkan akan menghadirkan segala kebaikan dan menghindarkan segala keburukan. Menjadi pribadi yang penuh kasih sayang bagi semua manusia dan semesta (rahmatan lil ‘alamin).

Kasih sayang yang dihadirkan puasa sangat istimewa karena ia tumbuh dari rasa iman, niat yang tulus dan kedekatan dengan Sang Pemilik Kehidupan. Dalam salah satu hadits qudsinya, melalui Nabi Muhammad, Allah berfirman:

“Puasa itu untukku, dan Aku yang akan memberikan ganjarannya, disebabkan seseorang menahan syahwatnya dan makannya serta minumnya karena-Ku, dan puasa itu adalah perisai… “ (HR Bukhari, Muslim, Imam Malik, Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah).

Rasa dekat (dengan Allah), sifat penuh kasih, berserah diri, menerima, dan pasif –yang lekat dengan ibadah puasa—kalau kita cermati sejatinya merupakan manifestasi sifat-sifat feminin. Setidaknya itulah menurut Sachiko Murata dalam The Tao of Islam.

Tafsiran bebasnya, puasa mendorong muslim menghayati dan mengaktualisasikan sifat-sifat feminin dalam kehidupannya.

Baca juga: Sachiko Murata

Puasa seperti ingin mengentaskan muslim dari hiruk pikuk dunia yang begitu bersifat maskulin, penuh dengan persaingan tak bersahabat, kuasa menguasai, kerakusan, terpisah dan jauh (dari Allah), egois, dan mendominasi.

Dorongan tersebut bukan untuk menjadikan sisi feminin lebih dominan melainkan agar terjadi keseimbangan di antara keduanya.

Pada akhirnya, puasa adalah kawah candradimuka yang ‘memaksa’ setiap muslim untuk memiliki keseimbangan antara sifat-sifat feminin (Jalal) dan maskulin (Jamal).

Keseimbangan itulah yang niscaya membentuk insan kamil, manusia sempurna. Cita ideal yang kurang lebih sama dengan tujuan puasa: manusia bertakwa. Wallahu a’lam.[]

Tags: islamkasihMubadalahmuratamuslimpuasarahmattao of islam
Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi, editor. Alumni PP Miftahul Muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon.

Terkait Posts

Anak Kehilangan Sosok Ayah

Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

2 April 2023
Kasus KDRT

Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat

1 April 2023
Sepak Bola Indonesia

Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

1 April 2023
Keberkahan Ramadan, Kemerdekaan Indonesia

Kemerdekaan Indonesia Bukti dari Keberkahan Ramadan

31 Maret 2023
Agama Perempuan Separuh Lelaki

Pantas Saja, Agama Perempuan Separuh Lelaki

31 Maret 2023
Resep Awet Muda Istri

Kerja Sama dengan Suami Bisa Menjadi Resep Awet Muda Istri

31 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Kehilangan Sosok Ayah

    Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ini Jumlah Mahar Pada Masa Nabi Muhammad Saw
  • Mahar Adalah Simbol Cinta dan Komitmen Suami Kepada Istri
  • Ketika Anak Kehilangan Sosok Ayah dalam Kehidupannya
  • Keheningan Laku Spiritualitas Manusia Pilihan Tuhan
  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist