• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Putri Pembayun dan Upaya Kerajaan Mataram Menaklukkan Mangir

Dalam upaya Mataram meluaskan pengaruhnya di tanah Jawa, tidak hanya tokoh laki-laki saja yang terlibat, melainkan juga terdapat sosok perempuan yang menjadi tumpuan keberhasilan penaklukkan suatu daerah

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
16/10/2022
in Pernak-pernik
0
Putri Pembayun dan Upaya Kerajaan Mataram Menaklukkan Mangir

Putri Pembayun dan Upaya Kerajaan Mataram Menaklukkan Mangir

723
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh Mataram (Islam) seperti Pangeran Sutawijaya atau Senopati Ingalaga (pendiri Kerajaan Mataram), Panembahan Krapyak (raja kedua Mataram), Pangeran Purbaya, Pangeran Puger, dan lain-lain, nama Putri Pembayun memang tidak sementereng mereka (tokoh sezamannya). Namun, itu bukan berarti Pembayun tidak punya jasa dalam kebesaran Mataram.

Kebesaran Mataram dahulu tidak lepas dari berbagai keberhasilan menaklukkan daerah-daerah di Jawa. Ekspansi yang sudah dimulai sejak masa awal berdirinya kerajaan. Waktu itu, memang adalah masa-masa perebutan dominasi kekuasaan antara Demak, Pajang, hingga Mataram dan berbagai daerah lain di tanah Jawa. Sehingga, umumnya tokoh-tokoh yang terkenal di zaman itu adalah mereka yang terlibat aktif dan sering meraih kemenangan di medan perang. Dan, dalam upaya Mataram meluaskan pengaruhnya di tanah Jawa, tidak hanya tokoh laki-laki saja yang terlibat, melainkan juga terdapat sosok perempuan yang menjadi tumpuan keberhasilan penaklukan suatu daerah.

Salah satu taktik yang dijalankan Senopati dalam ekspansinya adalah “siasat”. Misalnya, dalam penaklukkan Madiun, sebagaimana dijelaskan dalam Babad Tanah Jawi versi W.L. Olthof, ketika Senopati melihat kekuatan tempur Madiun beserta sekutunya yang besar, sementara prajuritnya tinggal sedikit, kemudian memutuskan menjalankan siasat dengan berpura-pura menyerah untuk mengelabui Bupati Madiun dan sekutunya. Dan, akhirnya Senopati pun berhasil menaklukkan daerah tersebut.

Selain Madiun, diketahui Mangir juga merupakan satu daerah yang ditaklukkan dengan jalan siasat. Dalam upaya penaklukkan Mangir itu Putri Pembayun menjadi tokoh sentral keberhasilan siasat Mataram.

Cerita Putri Pembayun dan penaklukkan Mangir tidak dijelaskan dalam Babad Tanah Jawi, tapi diceritakan dalam Babad Mangir, yang menurut Purwadi dalam Babad Ki Ageng Mangir: Intrik Politik Istana Demi Melanggengkan Kuasa Keraton Mataram, bahwa dalam penulisan Babad Mangir terdapat kecenderungan untuk menjelaskan kekalahan Ki Ageng Mangir dari Senopati.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

Jejak Tokoh Muslim Penyandang Disabilitas

Ceritanya ketika Senopati Ingalaga baru saja mendirikan istana di Kota Gede, penguasa Mangir tidak mau datang menghadap raja di istana. Padahal, para penguasa di daerah lain, seperti Kedu, Bagelan, Pati, Jepara, Madiun, Kediri, Pajang, dan Semarang, telah menunjukkan ketaatan mereka dengan menghadap Senopati di istana. Namun, agaknya Ki Ageng Mangir memilih untuk tidak mau tunduk di bawah Mataram.

Purwadi, sebagaimana dia mengutip Djoko Suryo, menjelaskan dalam Babad Ki Ageng Mangir, bahwa ada tiga alasan kenapa Ki Ageng Mangir tidak mau tunduk pada Senopati. Pertama, masalah keyakinan, bahwa Ki Ageng Mangir tidak mau menyembah selain Allah SWT sebagaimana pernyataannya: “Pen Allah kang anderbeni bumi, aku suwita ing Allah huta’ala, ora ngaula Senopati, jer pada titahing Pangeran (Bukankah Allah yang memiliki bumi ini, aku hanya menyembah kepada Allah SWT saja, bukan kepada Senopati, karena Senopati hanyalah sesama umat Tuhan).”

Kedua, Ki Ageng Mangir ingin mempertahankan tanah warisan nenek moyangnya. Leluhurnya yang telah susah payah membuka wilayah tersebut tanpa pertolongan siapa pun juga, sehingga dia berpikir kenapa harus diserahkan kepada orang lain. Ketiga, Ki Ageng Mangir merasa sangat kuat untuk menghadapi Senopati. Keyakinan Ki Ageng Mangir itu bukanlah suatu ke-geer-an, sebab diketahui bahwa Ki Ageng Mangir dengan pusaka warisan berupa tombak yang bernama Kyai Baruklinthing adalah sosok yang amat sakti.

Ki Ageng Mangir yang konflik dengan Senopati ini adalah Ki Ageng Mangir III. Jadi, sebelum Mataram berdiri, Mangir memang sudah berdiri. Semasa Kerajaan Pajang masih berkuasa dan hingga Mataram berdiri, Ki Ageng Mangir II sudah menunjukkan keengganannya menghadap istana. Keadaan itu, tidak berubah sampai Ki Ageng Mangir III menggantikan ayahnya. Dan, pusaka Kyai Baruklinthing yang dibanggakan Ki Ageng Mangir III adalah warisan turun-temurun dari Ki Ageng Mangir I.

Senopati juga tidak meremehkan kekuatan Ki Ageng Mangir. Dia sangat waspada, sehingga berpikir dua kali jika akan bentrok secara langsung dalam peperangan. Dalam kebingungannya, Senopati mengundang Adipati Mandaraka dan bertanya, “Siapa yang layak diutus ke Mangir? Aku harap dia tidak menimbulkan rasa curiga dan ‘kuat secara lahir dan batin’.”

Adipati Mandarika pun memberi saran, “Jika paduka setuju biar Raden Ajeng Pembayun yang menjalankan tugas ini. (Disertai) Adipati Martalaya menjadi dalang didampingi Jaya Supanta. Suradipa menjadi panjak. Sedang, Sang Adirasa menyamar menjadi penggender agar bisa mengawasi dan melindungi putri yang diakuinya sebagai anak.”

Atas usulan itu, Senopati pun mengutus anak tertuanya, Putri Pembayun, untuk menjalankan tugas rahasia menaklukkan Mangir. Tugas sang putri adalah mengajak Ki Ageng Mangir untuk mau datang ke istana. Tugas yang nampak sederhana, namun sejatinya sulit dan sangat beresiko. Semua tokoh Mataram kala itu tahu bahwa Ki Ageng Mangir yang sakti itu menolak keras titah untuk menghadap raja.

Singkat cerita, Ki Ageng Mangir III, seorang pemuda gagah dan berani, takluk pada kepandaian dan kecantikan Putri Pembayun. Sehingga, Ki Ageng Mangir ingin menikahi Putri Pembayun, dan bersama sang putri pergi menghadap Senopati di istana. Malang nasib Ki Ageng Mangir, sesampai di istana, dalam keadaan tidak memegang senjata apa pun, dia malah dibunuh oleh Senopati. Dan, kematian Ki Ageng Mangir pun dirahasiakan.

Sebenarnya, Putri Pembayun menerima misi menaklukkan Mangir dengan berat hati. Dia terpaksa menerima misi sebagai intelijen Mataram, karena merupakan perintah raja yang sekaligus ayahnya.

Selain itu, siapakah yang cocok menjalankan misi tersebut jika bukan dirinya?

Purwadi dalam Babad Ki Ageng Mangir, menjelaskan bahwa puja pangastawa tarak brata adalah ketekunan seseorang dalam melakukan semadi, sehingga dia mempunyai kekuatan batin yang mengungguli kebanyakan orang. Laku ini dapat dicapai dengan cara mengurangi kenikmatan lahiriah. Hal ini sering dilakukan oleh para leluhur trah Mataram, dan Putri Pembayun termasuk salah satu ahlinya, oleh karena itu Pembayun sebagai putri sekar keraton diakui para juru spiritual Jawa memiliki daya kuasa spiritual.

Karena itu, penunjukan Putri Pembayun dalam tugas intelijen menaklukkan Mangir, bukan semata asal tunjuk atau sekadar menjadikannya sebagai martir. Senopati mengarahkan kepada Adipati Mandarika agar orang yang diutus ke Mangir haruslah sosok yang “kuat secara lahir dan batin”. Dan, pilihan pun jatuh kepada Putri Pembayun, karena sosok yang dipandang dapat menjalankan misi tersebut adalah sang putri.

Putri Pembayun sukses menjalankan misinya, dan menambah ekspansi Mataram atas tanah Jawa. Bagaimanapun, pengorbanan dan kegigihan Putri Pembayun membela negerinya itu juga merupakan jasa besar dalam membangun kebesaran Mataram. []

Tags: Kepemimpinan PerempuanNusantaraPeradaban IslamPutri Pembayunsejarah
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version