• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Rahmah El Yunusiyyah Mengibarkan Merah Putih di Padang Panjang

Haru menyelimuti dada semua yang menyaksikan upacara itu. Ada yang mengatakan bahwa pengibaran Merah-Putih di halaman Diniyyah Puteri Padang Panjang terjadi pada 19 Agustus dan ada juga yang bilang pada 20 Agustus

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
15/08/2022
in Figur, Rekomendasi
0
Rahmah El Yunusiyyah

Rahmah El Yunusiyyah

343
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya his-story, namun juga her-story. Suatu fakta sejarah yang tidak bisa kita elakkan, bahwa perempuan Nusantara dengan penuh keberanian turut serta dalam perjuangan kemerdekaan. Ada yang bergerak di garis belakang dan ada yang ikut maju ke garis depan. Satu dari banyaknya nama perempuan pejuang itu adalah Rahmah El Yunusiyyah.

Febrian Fachri dalam esai “Rahmah El Yunusiyyah, Perempuan Pejuang dari Padang Panjang,” mengutip perkataan Fauziah Fauzan El Muhammady–Direktur Diniyyah Puteri Padang Panjang, “Orang mengatakan beliau (Rahmah El Yunusiyyah) multitalenta, punya kecerdasan jamak, seorang guru agama, seorang pemimpin, pejuang perang, bundo kanduang, dan dia juga seorang bidan.”

Rahmah El Yunusiyyah Berani Menolak Tawaran Belanda

Multitalent Rahmah El Yunusiyyah disertai keberanian yang tinggi dan semangat memajukan nasib bangsanya, khususnya kaum perempuan. Dia berani menolak tawaran Belanda untuk kerjasama pembangunan Diniyyah Puteri dan melawan ordonansi sekolah liar yang penjajah terapkan. Dengan gagah dia menentang praktik jugun ianfu–perempuan Nusantara yang menjadikan budak nafsu tentara Jepang di masa penjajahan. Rahmah membela nasib perempuan kala itu.

Dalam urusan membela nasib kaum perempuan dan perjuangan kemerdekaan, tak ada keraguan sedikit pun di hatinya. Rahmah El Yunusiyyah adalah perempuan pejuang yang tidak kenal kata takut dan gentar dalam setiap gerakannya. Untuk perjuangan kemerdekaan, khususnya gerakan memajukan nasib perempuan, dia selalu berani menerobos setiap badai.

Dalam buku Perempuan yang Mendahului Zaman, sebuah novel biografi tentang Rahmah El Yunusiyyah yang Khairul Jasmi susun, menceritakan bahwa, pada 19 Agustus 1945, Engku Sjafe’i–salah satu tokoh di Sumatera–mendapat kabar kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Malamnya, Engku Sjafe’i segera mengumpulkan tokoh-tokoh sentral Sumatera, khususnya Padang Panjang, di rumah Rasyidin. Satu dari nama yang ia undang dalam pertemuan itu adalah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa: “Kita merdeka dan Sumatera mengakui proklamasi itu dan kita bagian dari Indonesia, bangsa yang bulat satu.”

Meski telah mendapat kabar Indonesia merdeka, orang-orang masih bimbang, ragu, untuk mengibarkan bendera Merah-Putih. Mengibarkan Merah-Putih pasca proklamasi tidak semudah sekarang. Penjajah masih berkeliaran, kalau ditembak bagaimana? Nyawa urusannya.

Namun Rahmah El Yunusiyyah tanpa ragu mengumpulkan murid-muridnya di Diniyyah Puteri. Dan, kemudian menyampaikan kabar yang teramat menggembirakan: “Anak-anak sekalian, baru saja tadi malam saya bertemu Engku Sjafe’i dan para tokoh di rumah Engku Dokter Rasyidin. Engku Sjafe’i memberitahu, bangsa kita telah merdeka, Indonesia merdeka.”

Diniyyah Puteri Padang Panjang Mengibarkan Bendera Merah-Putih

Mendengar kabar dari perempuan panutan mereka, para murid Diniyyah Puteri dengan semangat berteriak “Merdeka”. Kumpulan perempuan tersebut–Rahmah dan murid-muridnya–saat itu juga tanpa rasa ragu segera bertindak menyiapkan upacara pengibaran Merah-Putih di halaman sekolah Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Segera mereka siapkan bendera. Kain Merah mereka rajut secepat mungkin, namun tetap dengan penuh ketelitian, dengan bahan dan alat yang ada di sekolah, dan untuk kain Putih mereka pakai kain kerudung murid Diniyyah Puteri. Mereka gunakan bahan terbaik yang ada saat itu untuk membuat bendera Merah-Putih.

Setelah bendera siap, segera dilaksanakan upacara pengibaran Merah-Putih di halaman Diniyyah Puteri. Bendera penjajah mereka turunkan saja dengan serampangan, mereka ganti dengan Merah-Putih yang mereka naikkan dengan sebaik mungkin. Orang-orang yang lewat, “Berhenti. Tercengang. Nanap. Takut. Rakyat menyaksikan dengan dada bergemuruh, Etek Amah, semoga tak celaka Jepang tembak. Rakyat yang berkaki telanjang itu kelu Mata mereka memandang bendera baru tersebut” mulai dinaikkan.

Haru menyelimuti dada semua yang menyaksikan upacara itu. Ada yang mengatakan bahwa pengibaran Merah-Putih di halaman Diniyyah Puteri Padang Panjang terjadi pada 19 Agustus dan ada juga yang bilang pada 20 Agustus. Yang mana pun, yang jelas pasca proklamasi kemerdekaan, Rahmah El Yunusiyyah berserta murid-murid Diniyyah Puteri adalah yang pertama mengibarkan bendera Merah-Putih secara resmi di Padang Panjang, bahkan menurut Khairul Jasmi di Sumatera.

Kabar Indonesia merdeka dan Rahmah El Yunusiyyah yang melakukan upacara pengibaran Merah Putih di Diniyyah Puteri tersebar dengan cepat. Sehingga, semakin banyak Merah-Putih yang berkibar di Padang Panjang setelahnya. []

Tags: IndonesiakemerdekaanNusantarapahlawan nasionalulama perempuan
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version