• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Rahmah El Yunusiyyah Mengibarkan Merah Putih di Padang Panjang

Haru menyelimuti dada semua yang menyaksikan upacara itu. Ada yang mengatakan bahwa pengibaran Merah-Putih di halaman Diniyyah Puteri Padang Panjang terjadi pada 19 Agustus dan ada juga yang bilang pada 20 Agustus

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
15/08/2022
in Figur, Rekomendasi
0
Rahmah El Yunusiyyah

Rahmah El Yunusiyyah

326
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak hanya his-story, namun juga her-story. Suatu fakta sejarah yang tidak bisa kita elakkan, bahwa perempuan Nusantara dengan penuh keberanian turut serta dalam perjuangan kemerdekaan. Ada yang bergerak di garis belakang dan ada yang ikut maju ke garis depan. Satu dari banyaknya nama perempuan pejuang itu adalah Rahmah El Yunusiyyah.

Febrian Fachri dalam esai “Rahmah El Yunusiyyah, Perempuan Pejuang dari Padang Panjang,” mengutip perkataan Fauziah Fauzan El Muhammady–Direktur Diniyyah Puteri Padang Panjang, “Orang mengatakan beliau (Rahmah El Yunusiyyah) multitalenta, punya kecerdasan jamak, seorang guru agama, seorang pemimpin, pejuang perang, bundo kanduang, dan dia juga seorang bidan.”

Daftar Isi

    • Rahmah El Yunusiyyah Berani Menolak Tawaran Belanda
  • Baca Juga:
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan
  • Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik
  • Pentingnya Peranan dan Kontribusi Ulama Perempuan
  • Dunia Islam Menunggu Kelahiran Banyak Ulama Perempuan
    • Diniyyah Puteri Padang Panjang Mengibarkan Bendera Merah-Putih

Rahmah El Yunusiyyah Berani Menolak Tawaran Belanda

Multitalent Rahmah El Yunusiyyah disertai keberanian yang tinggi dan semangat memajukan nasib bangsanya, khususnya kaum perempuan. Dia berani menolak tawaran Belanda untuk kerjasama pembangunan Diniyyah Puteri dan melawan ordonansi sekolah liar yang penjajah terapkan. Dengan gagah dia menentang praktik jugun ianfu–perempuan Nusantara yang menjadikan budak nafsu tentara Jepang di masa penjajahan. Rahmah membela nasib perempuan kala itu.

Dalam urusan membela nasib kaum perempuan dan perjuangan kemerdekaan, tak ada keraguan sedikit pun di hatinya. Rahmah El Yunusiyyah adalah perempuan pejuang yang tidak kenal kata takut dan gentar dalam setiap gerakannya. Untuk perjuangan kemerdekaan, khususnya gerakan memajukan nasib perempuan, dia selalu berani menerobos setiap badai.

Dalam buku Perempuan yang Mendahului Zaman, sebuah novel biografi tentang Rahmah El Yunusiyyah yang Khairul Jasmi susun, menceritakan bahwa, pada 19 Agustus 1945, Engku Sjafe’i–salah satu tokoh di Sumatera–mendapat kabar kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga:

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

Pentingnya Peranan dan Kontribusi Ulama Perempuan

Dunia Islam Menunggu Kelahiran Banyak Ulama Perempuan

Malamnya, Engku Sjafe’i segera mengumpulkan tokoh-tokoh sentral Sumatera, khususnya Padang Panjang, di rumah Rasyidin. Satu dari nama yang ia undang dalam pertemuan itu adalah Rangkayo Rahmah El Yunusiyyah. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa: “Kita merdeka dan Sumatera mengakui proklamasi itu dan kita bagian dari Indonesia, bangsa yang bulat satu.”

Meski telah mendapat kabar Indonesia merdeka, orang-orang masih bimbang, ragu, untuk mengibarkan bendera Merah-Putih. Mengibarkan Merah-Putih pasca proklamasi tidak semudah sekarang. Penjajah masih berkeliaran, kalau ditembak bagaimana? Nyawa urusannya.

Namun Rahmah El Yunusiyyah tanpa ragu mengumpulkan murid-muridnya di Diniyyah Puteri. Dan, kemudian menyampaikan kabar yang teramat menggembirakan: “Anak-anak sekalian, baru saja tadi malam saya bertemu Engku Sjafe’i dan para tokoh di rumah Engku Dokter Rasyidin. Engku Sjafe’i memberitahu, bangsa kita telah merdeka, Indonesia merdeka.”

Diniyyah Puteri Padang Panjang Mengibarkan Bendera Merah-Putih

Mendengar kabar dari perempuan panutan mereka, para murid Diniyyah Puteri dengan semangat berteriak “Merdeka”. Kumpulan perempuan tersebut–Rahmah dan murid-muridnya–saat itu juga tanpa rasa ragu segera bertindak menyiapkan upacara pengibaran Merah-Putih di halaman sekolah Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Segera mereka siapkan bendera. Kain Merah mereka rajut secepat mungkin, namun tetap dengan penuh ketelitian, dengan bahan dan alat yang ada di sekolah, dan untuk kain Putih mereka pakai kain kerudung murid Diniyyah Puteri. Mereka gunakan bahan terbaik yang ada saat itu untuk membuat bendera Merah-Putih.

Setelah bendera siap, segera dilaksanakan upacara pengibaran Merah-Putih di halaman Diniyyah Puteri. Bendera penjajah mereka turunkan saja dengan serampangan, mereka ganti dengan Merah-Putih yang mereka naikkan dengan sebaik mungkin. Orang-orang yang lewat, “Berhenti. Tercengang. Nanap. Takut. Rakyat menyaksikan dengan dada bergemuruh, Etek Amah, semoga tak celaka Jepang tembak. Rakyat yang berkaki telanjang itu kelu Mata mereka memandang bendera baru tersebut” mulai dinaikkan.

Haru menyelimuti dada semua yang menyaksikan upacara itu. Ada yang mengatakan bahwa pengibaran Merah-Putih di halaman Diniyyah Puteri Padang Panjang terjadi pada 19 Agustus dan ada juga yang bilang pada 20 Agustus. Yang mana pun, yang jelas pasca proklamasi kemerdekaan, Rahmah El Yunusiyyah berserta murid-murid Diniyyah Puteri adalah yang pertama mengibarkan bendera Merah-Putih secara resmi di Padang Panjang, bahkan menurut Khairul Jasmi di Sumatera.

Kabar Indonesia merdeka dan Rahmah El Yunusiyyah yang melakukan upacara pengibaran Merah Putih di Diniyyah Puteri tersebar dengan cepat. Sehingga, semakin banyak Merah-Putih yang berkibar di Padang Panjang setelahnya. []

Tags: IndonesiakemerdekaanNusantarapahlawan nasionalulama perempuan
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Perayaan Nyepi

Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

22 Maret 2023
Peminggiran Peran Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

21 Maret 2023
Warisan Gusdur

3 Warisan Gus Dur, Cak Nur, dan Buya Syafi’i Menurut Prof. Musdah Mulia

20 Maret 2023
Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Perempuan Harus Berpolitik

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

19 Maret 2023
Pembuktian Perempuan

Cerita tentang Raisa; Mimpi, Ambisi, dan Pembuktian Perempuan

18 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menjadi Minoritas

    Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist