Mubadalah.id – Bulan Ramadhan kedatangannya selalu disambut dengan sukacita dan bahagia oleh umat muslim khususnya di Indonesia. Penyambutan ini diselenggarakan dengan berbagai peringatan maupun tradisi khas budaya Indonesia. Sebagian besar kegiatannya melibatkan peran alam untuk mengungkapkan rasa syukur seperti tradisi Padusan yaitu kegiatan mandi dengan niat untuk menyucikan diri yang biasanya dilakukan di sungai atau pantai.
Kemudian ada tradisi Ramadhan lainnya seperti Malamang, yakni membuat nasi lemang pada ruas-ruas bambu secara gotong royong di daerah Sumatra Barat, dan masih banyak tradisi lokal yang melibatkan peran alam untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Alam dan lingkungan begitu banyak memberikan manfaat kepada manusia. Bahkan, perannya sangat dibutuhkan oleh manusia. Di bulan Ramadhan ini, alam dan lingkungan banyak membantu manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia mulai dari bahan makanan, tempat tinggal, hingga keperluan untuk tradisi. Namun, apakah manusia juga memberikan manfaat kepada lingkungan?
Selama ini kita melihat banyak sekali kerusakan lingkungan dan alam yang tak ada henti-hentinya. Sampah plastik yang mulai mencemari air dan tanah, perubahan iklim yang ekstrem, penggundulan hutan, penambangan ilegal, hingga kelangkaan bahan pangan akibat cuaca yang tidak mendukung.
Tidak semua manusia dapat memberikan manfaat kepada alam dan lingkungan. Terkadang, alam dan manusia merupakan simbiosis mutualisme dimana keduanya saling menguntungkan. Namun, alam dan manusia bisa juga merupakan simbiosis parasitisme dimana salah satu diuntungkan dan salah satunya dirugikan.
Hubungan manusia dengan alam merupakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia membutuhkan hasil alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan alam membutuhkan pelestarian dari manusia agar tetap lestari. Jika salah satunya merugikan, maka terjadi ketidakseimbangan hubungan antara alam dan manusia. Jika ketidakseimbangan hubungan antara alam dan manusia terus terjadi maka dunia akan hancur.
Bulan Ramadhan menjadi tempat kita untuk berlomba-lomba mencari kebaikan dan pahala. Hubungan hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah), dan hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia) kita tingkatkan untuk menguatkan iman dan ukhuwah. Namun, bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan di bulan Ramadhan ini?
Kita bisa melihat bahwa bulan Ramadhan ini masih banyak kerusakan lingkungan dan alam yang terjadi. Meningkatnya sampah di bulan Ramadhan menjadi permasalahan utama yang tidak kunjung terselesaikan. Hal ini diperparah oleh pengelolaan sampah yang sangat buruk sehingga membuat sampah meningkat tak terkendali dan tidak dapat diatasi.
Bulan Ramadhan dapat menjadi sarana bagi kita untuk meningkatkan hubungan kita dengan alam dan lingkungan. Kita dapat berlomba-lomba untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan. Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk melestarikan alam dan lingkungan saat bulan Ramadhan seperti membeli takjil dan makanan berbuka menggunakan wadah sendiri, membawa botol air minum sendiri, membawa tas belanja dari kain yang dapat digunakan berulang-ulang, menolak penggunaan sedotan plastik, menghabiskan makanan, dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Hal-hal kecil sederhana yang dimulai dari diri sendiri untuk mengurangi kerusakan alam dan lingkungan menjadi hal penting yang sangat berarti. Ketika kita turut menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan itu berarti kita menjadi seorang hamba yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Tanpa alam dan lingkungan, mustahil bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika alam dan lingkungan rusak, tidak dapat dipungkiri bahwa bencana dan musibah dapat menimpa manusia.
Bulan Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk kita bermuhasabah diri mengenai kesadaran akan alam dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai Qur’an yang terkandung di dalam surah Al-Baqarah ayat 11 yang berisi mengenai perintah Allah agar manusia tidak berbuat kerusakan di bumi. Allah merahmati alam semesta untuk manusia, namun manusia malah berbuat kerusakan. Musibah dan bencana yang terjadi pada manusia hakikatnya adalah hasil dari perbuatan manusia itu sendiri.
Mari menjadikan bulan Ramadhan sebagai sarana untuk berbuat kebaikan khususnya membangun kesadaran dan hubungan yang baik dengan lingkungan. Sebagai hamba, kita memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikan apapun yang diciptakan Allah di bumi untuk makhluk-Nya. []