Mubadalah.id – Berbeda dengan sebelumnya, pada episode ketiga film 17.3 About A Sex akan membahas tentang selektif tidaknya memilih pasangan yang dapat memberikan efek panjang bagi kesehatan reproduksi jangka panjang.
Berbeda dengan dua episode sebelumnya, di sini kita akan mendapat suguhan langsung dampak yang bisa kita rasakan saat gampang memilih pasangan tanpa melihat latar belakang kesehatan reproduksinya terlebih dahulu.
Melalui pengalaman yang film 17.3 About A Sex bagikan, kita bisa melihat bahwa ada fakta nyata yang perlu diangkat, problem sosial yang bisa kita refleksikan, dan pelajaran yang harus kita ungkap. Terlebih judul yang penulis naskah berikan adalah “Apakah perempuan tidak boleh punya banyak pengalaman?”
Gonta-ganti Pasangan
Pada episode kali ini, tokoh utama yang akan kita kuak bersama ceritanya adalah Yuna. Ia merupakan salah satu sahabat Sakura, selain Tsumugi. Selama ini, Yuna sudah berhubungan intim bersama lima orang yang berbeda, satu orang saat ia masih SMP, dan empat lainnya saat ia sudah menginjak SMA. Berawal dari satu pertanyaan yang ia lontarkan pada kedua sahabatnya,“Apa menurut kalian seorang perempuan tidak boleh kalau punya banyak pengalaman?”
Ia mengaku, hanya melakukan hubungan intim kepada orang yang disukainya. Meskipun demikian, ia telah melakukan hubungan intim bersama beberapa orang yang berbeda. Nahasnya, tidak semua orang dari lima lelaki yang ia sebutkan berstatus menjadi pasangan. Bahkan pasangan terakhirnya, ia temukan lewat aplikasi pencari jodoh yang harusnya bisa diakses oleh orang-orang berusia 18 tahun ke atas.
Yuna pun melakukan hubungan intim dengan pasangan terakhirnya. Padahal mereka baru berkenalan selama seminggu. Ketika Sakura dan Tsumugi khawatir dengan keadaan sahabatnya yang demikian, Yuna mengatakan bahwa baru kali ini ia benar-benar sangat menyukai seseorang.
Menyadari Sesuatu
Berawal dari rasa aneh yang Yuna rasakan di rumah, sampai ia harus pergi ke kamar mandi berkali-kali. Begitupun saat berada di sekolah, remaja perempuan ini masih merasakan perih dengan terus memegangi perutnya dengan erat. Lantas saat Yuna telah merasakan puncaknya sakit yang tak bisa ia tahan saat tengah pelajaran di kelas. Ia harus izin untuk istirahat di UKS sendirian.
Sakura dan Tsumugi pun bertanya-tanya, “Ada apa dengan Yuna?”. Mereka sampai berpikir bahwa Yuna telah hamil. Akhirnya Sakura mencoba pergi ke ruang laboratorium untuk mencari jawaban. Di sana ia bertemu dengan Asahi Yu dan mengajaknya berdiskusi tentang keadaan seorang teman yang kesakitan.
Di UKS sendiri, saat tengah merasakan perih di salah satu area tubuhnya, Sakura dan Tsumugi datang menjenguk. Sakura mulai mengintrogasi Yuna, baik apakah yang sakit bukanlah perut, melainkan alat kelaminnya, begitupun apakah ada ruam di bagian yang sama. Yuna sontak kaget dengan pertanyaan tersebut, bagaimana bisa Sakura mengerti kondisi tubuhnya yang demikian.
Sakura pun menjawab, jangan-jangan Yuna telah mengalami penyakit menular seksual (PMS). Yuna sempat tidak percaya, sampai Sakura memberikan hasil bacaannya dalam sebuah buku yang ia telah ia bawa sebelumnya. Yuna pun bingung, dengan siapa ia mengalami PMS.
Padahal terakhir berhubungan intim pun pasangannya menggunakan kondom saat berhubungan intim dengannya. Lantas kemudian ada satu pertanyaan mendasar darinya, “Apakah menggunakan kondom benar-benar aman?”
Melakukan Pemeriksaan
Esoknya Yuna dan kedua sahabatnya pergi ke rumah sakit untuk menjalani check up. Yuna pun menjalani pemeriksaan dokter dengan mengecek area kelamin yang mengalami ruam dan mencoba menggunakan tes antigen untuk memastikan jenis penyakit. Saat hasilnya sudah keluar, Dokter perempuan tersebut mendiagnosa bahwa Yuna mengalami herpes genital.
Gejalanya bisa dilihat mulai 2-10 hari setelah berhubungan intim. Dan meskipun menggunakan kondom, penyakit herpes genital masih bisa menular kepada orang lain, lebih-lebih pada perempuan. Karena lelaki sendiri, mayoritas tidak memperlihatkan gejalanya dengan jelas.
Pada konteks Yuna, kata dokter, penyakitnya masih belum terlalu parah, dan masih bisa menjalani pengobatan dengan obat. Namun jika ia mengalami demam, atau merasa semakin sakit, ia harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Mendengar keadaannya, Yuna sedikit lega karena tidak akan meninggal karena mengalami PMS. Namun di sisi lain, ia jadi bingung karena telah tertular penyakit dari Shota (pasangan terakhirnya). Ia sempat tidak mempercayai hal itu, dan bingung harus mengatakan apa pada Shota.
Melihat Yuna merasa resah, Tsumugi akhirnya membeberkan kebohongan Shota (pasangan terakhir Yuna) yang sempat ia lihat. Yakni tentang pekerjaan yang katanya di kantor IT ternyata hanya pegawai restoran biasa. Begitupun lelaki itu juga menggandeng perempuan yang merupakan teman kerja sendiri.
Esoknya Yuna pun melabrak Shota dan mengata-ngatainya telah menularkan penyakit seksual di depan perempuan yang sempat Tsumugi lihat saat mereka tengah bekerja. Yuna pun tidak menutupi bahwa dirinya telah tertular, dan mengatakan kepada si perempuan untuk hati-hati akan tertular penyakit yang sama.
Belajar Dari Kesalahan
Yuna akhirnya belajar, bahwa ketika memilih pasangan baru, ia harus lebih dulu periksa kesehatan seksual bersama, sehingga hal ini bisa menghindarinya dari penularan penyakit seksual. Ia turut mengatakan bahwa melakukan pemeriksaan penyakit seksual bersama pasangan sebelum kencan merupakan sesuatu yang biasa masyarakat Swedia lakukan.
Melakukan pemeriksaan penyakit seksual bukanlah sesuatu yang tabu. Malah bisa mengantisipasi kesehatan diri sebelum memutuskan untuk berhubungan intim dengan pasangan.
Di Indonesia sendiri, kasus penularan penyakit seksual selama tahun 2018-2022 telah mengalami pelonjakan sebanyak 70%. Tiap tahun, Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbang ribuan pasien PMS, yang mana lelaki paling mendominasi di dalamnya.
Belajar dari film 17.3 About A Sex episode 3 ini kita bisa memetik pesan pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan seksual sejak dini dengan pasangan. Kita tidak tahu latar belakang pasangan kita seperti apa. Apakah ia mendapatkan penularan dari orang tua, atau seringkali bergonta-ganti pasangan saat berhubungan intim.
Layanan Tes PMS
Pada konferensi pers virtual bertajuk “Melindungi Anak dari Penyakit Menular Seksual” sendiri. Jubir Kementerian Kesehatan RI, dr. Mohammad Syahrir, juga telah menyatakan bahwa pemerintah telah memastikan ketersediaan layanan tes HIV di sebagian besar fasilitas kesehatan.
Dia menjelaskan bahwa hampir semua puskesmas dan rumah sakit kini menyediakan layanan untuk pemeriksaan penyakit menular seksual (PMS). Bahkan di antaranya juga bersifat gratis bagi masyarakat.
Selain itu, tes HIV juga bisa dilakukan di beberapa tempat, seperti di Kantor penyedia layanan kesehatan, klinik kesehatan atau pusata kesehatan masyarakat, PMS atau klinik kesehatan seksual, departemen kesehatan setempat, klinik keluarga berencana, pusat kesehatan VA, program pencegahan atau pengobatan penyalahgunaan zat, serta apotek.
Layanan sudah pemerintah penuhi. Lantas sekarang perlu tindakan gencar untuk lebih selektif memilih pasangan tidak hanya berdasarkan hal-hal yang bersifat lahiriyah belaka. Namun kesehatan seksual juga perlu menjadi bahan pertimbangan agar tidak menimbulkan permasalahan jangka panjang dengan kehidupan bersama pasangan nantinya. []