Di penghujung abad 20 ada banyak kesepakatan internasional telah diratifikasi sebagai peta jalan dan landasan aksi menuju penguatan dan pengarusutamaan gender bagi perempuan. Upaya ini bermula dari tahun 1952. Salah satu diantaranya adalah The Beijing Declaration and Platform for Action. Deklarasi ini memiliki arti yang sangat penting sebagai kerangka aksi dan acuan dokumen strategis dalam pemberdayaan dan kemajuan perempuan, penegakan HAM serta keterlibatan perempuan dalam pembangunan.
Terdapat 12 isu terkait perempuan yang diusungkan dalam Deklarasi Beijing ini, memberikan gambaran bahwa secara universal problem yang dialami perempuan di seluruh dunia adalah sama. Inilah kemudian yang memunculkan istilah Feminisme Global yang kita kenal sekarang.
Pada perkembangannya 12 isu strategis ini beririsan dan berkaitan erat dengan perkembangan teknologi digital hingga saat ini. Di mana perkembangannya mengalami akselerasi yang cukup signifikan dalam sepuluh tahun terakhir, yang menyebabkan hampir seluruh elemen masyarakat dunia mampu mengakses teknologi digital dengan mudah.
Meskipun akses pada teknologi digital ini dapat membantu dalam menyuarakan gerakan-gerakan kesetaraan untuk perempuan. Namun, di sisi lain juga berdampak pada munculnya gender gap yang masih dapat dibilang cukup tinggi antara peranan perempuan dan laki-laki di dalamnya. Bahkan tak jarang perempuan terdiskriminasi dan menjadi objek dari teknonologi itu sendiri. Dari sini kemudian teknologi seakan menjadi lahan provokasi dan seksualisasi untuk objektivikasi perempuan, yang dipandang menjadi makhluk nomer dua.
Kondisi ini kemudian, belakangan memunculkan istilah cyberfeminisme. Ramai digunakan sebab menjadi budaya baru dalam gerakan feminis. Cyberfeminisme sendiri diusung untuk mengimbangi perkembangan teknologi digital yang sangat pesat dan tidak bisa dielakkan lagi. Beberapa aktivitas aksi ataupun edukasi beralih menjadi berbasis teknologi internet. Hal ini mau tidak mau harus dilakukan untuk menyeimbangi bentuk kekerasan dan ketidakadilan pada perempuan yang juga beralih menggunakan media teknologi digital juga.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran bentuk kekerasan pada perempuan khususnya, jika di awal tahun 2000an semua sebatas kekerasan fisik, kemudian muncul kekerasan seksual, dan di satu tahun terakhir ini bentuk kekerasannya berbasis online dan siber. Ironis memang, perkembangan teknologi yang ada tidak benar-benar dioptimalkan untuk hal-hal positif yang memberikan kebermanfaatan bagi kemajuan. Justru ketidakadilan dan kekerasan terhadap perempuan mengalami peningkatan.
Kondisi ini pula yang melatar belakangi politik global feminis mengangkat tiga isu penting dalam menanggapi gender gap yang masih sering terjadi pada perempuan dalam penggunaan teknologi. Mulai dari isi konten media, infrastruktur dan akses media yang beragam, pendidikan-training-lapangan pekerjaan-dan organisasi media dalam level pengambilan keputusan. Ketiga isu ini dimunculkan, sebagai bagian dari upaya untuk menempatkan perempuan dalam relasi setara dalam teknologi digital yang terus berkembang di seluruh dunia.
Perkembangan teknologi digital, sudah seharusnya benar-benar dioptimalkan untuk mengoptimalkan 12 isu strategis yang sudah disusun pada saat Deklarasi Beijing yang disepakati oleh 189 negara 25 tahun yang lalu. Mulai dari bidang perempuan dan kemiskinan, pendidikan dan pelatihan bagi perempuan, perempuan dan kesehatan, kekerasan terhadap perempuan, perempuan-perempuan dalam konflik senjata, perempuan dan ekonomi, perempuan dalam kedudukan pemegang kekuasaan dan pengambilan keputusan, mekanisme-mekanisme institusional untuk kemajuan perempuan, hak-hak asasi perempuan, perempuan dan media massa, perempuan dan lingkungan, serta anak-anak perempuan.
Isu-isu kritis dari Deklarasi Beijing dari menjadi sebuah manifestasi dari berbagai permasalahan yang bersinggungan langsung dengan perempuan. Dari sini terlihat kompleksitas dari problem ketidak adilan yang dialami perempuan perlu disorot dan memperoleh perhatian lebih. Deklarasi ini dirumuskan dengan harapan awal di atas tadi, mampu membuat perempuan terbebas dari ketidakberdayaan sebab tirani sistem patriarki yang sudah mengakar di masyarakat.
Mengoptimalkan perkembangan teknologi digital sebagai upaya pemeraatan dan pemenuhan dari 12 isu di atas tentunya akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi perempuan. Di mana gerakan ini dapat menjadi suatu upaya dan kesadaran bersama bahwa problem setiap perempuan di seluruh dunia adalah sama, tinggal bagaimana kita mau untuk melakukan #gerakbersama dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi perempuan sebagai manusia seutuhnya. []