• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Rinreati dan Sekolah Perempuan AMAN di Sulawesi Tengah

Sekolah Perempuan AMAN Indonesia di wilayah Poso, Malei, Pamona, dan Tentena didirikan secara berkala dengan visi misi perdamaian akibat adanya konflik antar beragama yang terjadi di Poso pada tahun 2000.

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
19/03/2021
in Publik
0
Sekolah Perempuan

Sekolah Perempuan

59
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Indonesia merupakan negara yang multikultural. Banyak produk budaya yang dihasilkan oleh masyarakat dan juga berbagai aliran agama yang dianut oleh 270 juta jiwa ini. Mempertahankan keberagaman tentu tidak sulit dan juga tidak bisa dibilang mudah. Apalagi di wilayah-wilayah yang sering terjadi konflik antar umat beragama sejak belasan tahun silam seperti di Poso, Sulawesi Tengah. Inilah mengapa sekolah perempuan harus hadir disana.

Banyak tragedi yang terjadi akibat adanya konflik antara umat Islam dan umat Kristen di Poso. Hal ini membuat masyarakat menderita. Seperti ibu yang kehilangan buah hatinya, rumah yang tak dapat disinggahi lagi oleh banyak keluarga, serta para pencari nafkah yang mayoritas adalah petani dan nelayan kehilangan mata pencahariannya. Hal ini pula lah yang dirasakan oleh Rinreati Kanino.

Meski kini konflik telah berakhir dengan adanya perjanjian Malino, namun tentu hidup tak lagi semudah seperti sedia kala ketika tak ada konflik. Meski masih memiliki suami, Rinreati harus menjalani peran ganda dalam hidupnya, membesarkan anak, mencari nafkah, dan mengerjakan pekerjaan domestik setiap harinya. Masalah bertambah ketika ia jatuh sakit. Ia tak dapat mengerjakan aktivitas kesehariannya dan itu membuat suaminya marah.

Rinreati sadar bahwa kemarahan suaminya dipicu dari faktor ekonomi yang selama ini membelenggu keluarga mereka. Sebelum ia mengenal Sekolah Perempuan yang digagas oleh AMAN Indonesia di beberapa wilayah di Indonesia seperti Sulawesi Tengah, Temanggung, Bogor, Yogyakarta, Jember, Sampang, Jakarta, yang ia lakukan hanyalah meratapi kehidupannya dan berdoa agar suatu hari ia bisa terbebas dari belenggu ini.

Sekolah Perempuan AMAN Indonesia didirikan pada tahun 2007 dan untuk di wilayah Sulawesi Tengah awal mula didirikannya pada tahun 2009. Sekolah ini didirikan dengan misi untuk mengedukasi dan memberdayakan perempuan di tingkat lingkup paling kecil dalam masyarakat. Selain itu misi lainnya adalah membangun kesadaran kritis dan kepedulian sosial pada perempuan dan masyarakat.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Misi selanjutnya adalah menjadikan perempuan sebagai pemimpin dalam membangun gerakan perdamaian, dan misi yang terakhir yaitu menjadikan perempuan sebagai subjek dan pelaku pembangunan berkelanjutan.

Sekolah Perempuan AMAN Indonesia di wilayah Poso, Malei, Pamona, dan Tentena didirikan secara berkala dengan visi misi perdamaian akibat adanya konflik antar beragama yang terjadi di Poso pada tahun 2000. Kegiatan di Sekolah Perempuan ini pada dasarnya adalah memberikan penguatan peran perempuan dalam pembangunan perdamaian.

Suatu ketika Rinreati mengetahui dari temannya tentang Sekolah Perempuan AMAN Indonesia. Ia sangat ?.;’kakan hal tersebut, baginya, kabar tersebut adalah jawaban dari Tuhan atas doa-doanya selama ini. Ia pun ikut aktif sebagai salah satu perempuan yang mengikuti setiap agenda yang diadakan di Sekolah Perempuan AMAN Indonesia. Hal baru yang ia dapatkan di Sekolah Perempuan AMAN Indonesia adalah kini ia mampu menjadi fasilitator perdamaian untuk para kelompok tani di desanya.

Dengan pedoman panduan dan materi-materi yang ia dapatkan selama mengikuti agenda Sekolah Perempuan, kini ia mampu berkiprah dan berkontribusi di tengah masyarakat, berinteraksi dengan masyarakat luas, dan menjadi pioner perdamaian di wilayahnya. Tidak cukup menjadi fasilitator, Ia juga mendaftarkan diri untuk menjadi relawan di kelurahan Pamona.

Tahapan-tahapan yang ia lalui ini akhirnya membuahkan hasil untuk permasalahan finansial di keluarganya. Kini ia diangkat menjadi pegawai negeri sipil di kelurahan Pamona. Dari kisah Rinreati kita dapat belajar bahwa dengan menjadi pribadi yang mau berubah, berupaya, dan tangguh serta terus mengasah kemampuan diri, maka kita akan sanggup menghadapi segala permasalahan yang ada.

Bahkan dari kisah ini kita juga disuguhkan bahwa pada kenyatannya perempuan adalah manusia yang utuh dan dapat menjadi subjek perubahan bagi lingkungan sekitarnya, selama ia diberikan pendidikan yang layak, diberikan hak yang sama, serta diberikan kepercayaan bahwa ia mampu dan berdaya untuk menjadi agen perubahan khususnya dalam hal perdamaian.

Kini Sekolah Perempuan AMAN Indonesia di Sulawesi Tengah tersedia sebanyak 14 sekolah di berbagai desa di wilayah Poso. Tahun 2011 Sekolah Perempuan Malei Lage berganti nama menjadi Sekolah Perempuan Sintuwu Raya. Tidak hanya berkontribusi untuk mendorong perempuan aktif dalam menjalankan misi perdamaian, Sekolah Perempuan AMAN Indonesia di wilayah Sulawesi Tengah juga menjadi jalan pembuka untuk para perempuan didikannya menjadi bagian dari organisasi maupun institusi pemerintah setempat, seperti yang dialami oleh Rinreati.

Selain itu, Sekolah Perempuan AMAN Indonesia di wilayah Sulawesi Tengah juga mengirimkan peserta untuk hadir dan terlibat aktif dalam musrembang sampai tingkat kecamatan dan juga hadir dalam kegiatan Internastional Forum MDG’syang diadakan di Bali pada April 2013. Saat ini Sekolah Perempuan AMAN Indonesia wilayah Sulawesi Tengah memiliki perkebunan organik di Tentena.

Semoga kedepannya, semakin banyak Sekolah Perempuan AMAN Indonesia lainnya yang hadir dan lahir di berbagai wilayah Indonesia, agar mampu memberikan dukungan untuk setiap perempuan untuk dapat mengaktulisasikan dirinya menuju kehidupan yang lebih baik, baik untuk dirinya pribadi, maupun untuk masyarakat luas. []

Tags: Aman IndonesiaPerdamaianperempuanSekolah Perempuantoleransi
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui iffiarahman@gmail.com.

Terkait Posts

Isu Iklim

Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

3 Juli 2025
KB sebagai

Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama

3 Juli 2025
Poligami atas

Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

3 Juli 2025
Konten Kesedihan

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

3 Juli 2025
SAK

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

2 Juli 2025
Wahabi Lingkungan

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID