• Login
  • Register
Senin, 20 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Rokok dan Jerat Patriarki yang Tidak Disadari

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
22/01/2020
in Publik
0
patriarki, perempuan

Ilustrasi: Google

82
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Beberapa hari lalu, postingan foto selfie Juri MasterChef Indonesia Renatta Moeloek yang diunggah oleh akun lambenyinyir_official menuai ratusan komentar. Beberapa di antaranya menyayangkan kenapa juri acara kompetisi memasak ini punya kebiasaaan merokok. Di lain waktu, bias gender terhadap perokok perempuan juga terjadi  di Tangerang Selatan. Hal ini berawal dari viralnya jepretan papan pengumuman di Universitas Pamulang/Unpam dengan kata-kata berikut, “mahasiswi/perempuan dilarang merokok di lingkungan kampus. Sanksi akan dikeluarkan”.

Sontak larangan tersebut memantik berbagai komentar dari publik, termasuk tudingan bahwa kampus telah menerapkan kebijakan bernada diskriminatif. Menanggapi kecaman publik, pihak Unpam sendiri menyatakan bahwa masyarakat salah memahami pesan yang dipasang di area internal lembaga pendidikan itu. Larangan merokok sebenarnya berlaku bukan hanya perempuan saja, tetapi juga pada perokok laki-laki. Papan pengumuman tadi hanya menegaskan bahwa kebijakan institusi tidak terbatas gender.

Terlepas dari pro-kontra pemasangan papan peringatan tersebut dan kurangnya ruang merokok yang disediakan di tempat publik, perlu diakui bahwa stigma perokok laki-laki dan perempuan, utamanya di Indonesia sangat jauh berbeda. Dengan perbandingan angka yang mencolok: 76,2 % perokok laki-laki dan 3,6 % dan perokok perempuan, merokok bagi perempuan jelas bukan hal yang lumrah di negeri ini. Padahal bila dilihat secara objektif, dampak negatif merokok tidak jauh berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Namun nyatanya stereotype buruk lebih ditekankan kepada perempuan dibandingkan laki-laki. Mengapa?

Data global menunjukkan bahwa hanya ada sekitar 6% perokok perempuan. Apakah ini berarti perempuan jauh lebih aware tentang isu kesehatan dan lebih paham mengenai bahaya rokok? Ternyata tidak juga. Laporan dari badan kesehatan dunia atau WHO mengklaim sebaliknya.

Tren merokok bagi perempuan memang menurun, selain dikarenakan stigma negatif yang mengelilinginya: dicap sebagai perempuan nakal, rawan mandul, hingga ancaman kanker. Namun hal ini tidak otomatis menjadikan kaum perempuan menjadi lebih sehat dan aman dari bahaya rokok.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

Baca Juga:

Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

Statistik WHO menunjukkan bahwa dari hampir 7 juta orang perokok aktif meninggal tiap tahunnya, jumlah perokok pasif yang terpapar dan kemudian meninggal pun sudah mencapai angka 1,2 juta individu, jauh lebih tinggi dibandingkan orang yang terbunuh karena kecelakaan lalu lintas.

Situasi tersebut jelas menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan sama-sama dirugikan akibat kebiasaan merokok. Tapi, lingkungan sosial kita justru memotret keduanya dengan image yang jauh berbeda. Ketika saya menjumpai seorang perempuan yang merokok di tempat umum, beberapa teman sontak berkomentar dengan nada sinis, “cewek-cewek kok merokok sih?!”

Bandingkan dengan bapak-bapak yang terkadang tidak melihat situasi ketika mereka mulai menyalakan cerutunya bahkan ketika dihadapakan dengan adanya ibu hamil dan anak-anak sekalipun. Seringkali publik menganggap hal ini lumrah saja. Sama halnya ketika laki-laki dengan enteng mengisap rokok di dalam rumah. Semua orang mafhum. Bahkan merokok akrab dilekatkan dengan kejantanan, keren, dan diasumsikan sebagai hal yang ‘laki banget’.

Merokok juga dianggap sebagai cara penghilang stress paling ampuh. Makanya tidak heran banyak laki-laki kecanduan merokok. Candu, utamanya pada rokok juga lebih identik dengan kaum adam. Salah satu alasannya, masyarakat ‘memaksa’ laki-laki untuk tegar dan menyembunyikan emosi mereka. ketika sakit, tersakiti, atau menanggung beban personal yang berat, nyeri jiwa tersebut tidak boleh ditampakkan. Tak ayal, mitos tentang lelaki yang kuat adalah laki-laki tanpa emosi, mengakar kuat dalam budaya kita sehari-hari.

Begitu pula ketika perempuan merokok, yang dilihat dan dipersepsi negatif bukan rokok itu sendiri, tapi malah pribadi perempuan tersebut. Sama halnya dengan ketika perkosaan terhadap perempuan terjadi, bukan pelakunya yang disorot, namun justru si korban: pakaian apa yang dikenakan, bagaimana perilakunya?

Padahal jika kita mau objektif, merokok harus dilihat sebagai hak pribadi tiap insan. Namun pilihan personal tersebut tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kehidupan sosial bermasyarakat yang menuntut kita untuk menerapkan prinsip mubaadalah atau kesalingan, yakni jika kita mau diperlakukan dengan nyaman, kita juga harus berlaku sama.

Bagi perokok, ia perlu melihat tempat di mana ia merokok, hindari merokok di depan ibu hamil dan anak-anak. Termasuk juga, meminta anak di bawah umur untuk membelikan rokok. Sedangkan bila kita tidak merokok, hargai mereka yang merokok dengan tidak menghakimi mereka secara negatif, dan sampaikan secara baik-baik bila kita tidak nyaman di sekelilingnya.

Jika prinsip utama tersebut diterapkan, bukankah akan tercipta suasana yang bahagia dan membahagiakan?[]

Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Perempuan Harus Berpolitik

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

19 Maret 2023
Pembahasan Childfree

Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini

18 Maret 2023
Bimbingan Skripsi, Kekerasan Seksual

Panduan Bimbingan Skripsi Aman dari Kekerasan Seksual

17 Maret 2023
Kekerasan Simbolik

Bibit Kekerasan Simbolik di Lembaga Pendidikan

16 Maret 2023
Berbuat Baik pada Non Muslim

Meneladani Akhlak Nabi dengan Berbuat Baik pada Non Muslim

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Rethink Sampah

    Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Webinar Zakat Peduli Perempuan Korban Kekerasan akan Digelar Nanti Malam
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Tujuan Perkawinan Dalam Al-Qur’an
  • Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu
  • Meminang Siti Khadijah Bint Khwailid

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist