• Login
  • Register
Senin, 5 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Biografi Sachiko Murata: Rujukan Spiritualitas Feminim dalam Islam

Jasa terbesar Sachiko Murata adalah gagasan spiritualitas feminin dalam Islam. Ia juga menjadi rujukan dalam tema ecofeminism

Mubadalah Mubadalah
09/03/2022
in Figur
0
Sachiko Murata

Sachiko Murata

110
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sachiko Murata dilahirkan di Jepang pada tahun 1943. Perkenalannya dengan Islam dimulai semasa menjadi mahasiswi yang tengah mempelajari Hukum Keluarga di Universitas Chiba,Tokyo. Rasa keingintahuan Sachiko tergugah ketika mengetahui bahwa Hukum Keluarga Islam membolehkan seorang laki-laki mempunyai empat isteri sembari pada saat yang sama diharapkan bisa tetap mempertahankan kedamaian dan keharmonisannya sekaligus.

Setelah menyelesaikan studinya dan bekerja setahun di sebuah badan hukum di Tokyo, rasa keingintahuannya semakin menggebu terutama ketika seorang sahabatnya dari Iran menawarkan akan mengusahakan beasiswanya untuk mempelajari hukum Islam di Universitas Teheran, Iran.

Ia menghabiskan waktu selama 12 tahun di Iran untuk mempelajari Sastra Persia, Hukum Islam, ushul al-fiqh, tasawuf dan filsafat Islam. Gelar Ph.D. didapatnya pada Fakultas Sastra di Universitas Teheran dengan disertasi tentang peran perempuan dalam Hafi Paykar, yaitu puisi karya Nizami. Kemudian ia mempelajari ilmu fikih dan ushul al-fiqh di Fakultas Teologi. Namun revolusi sosial di Iran menyebabkan ia memutuskan meninggalkan Iran pada 1979 saat baru saja mengerjakan disertasinya dengan tema “Perbandingan Hukum Keluarga Islam dengan Ajaran Konfusius tentang Keluarga.”

Ia telah menghasilkan tiga karya, The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationship in Islam Thought (1992), Chinese Gleams of Sufi Light: Wang Tai-yü’s Great Learning of the Pure and Real and Liu Chih’s Displaying the Concealment of the Real Realm, dan The Vision of Islam (1994).

Jasa terbesar Sachiko Murata yang perlu dihargai adalah gagasan spiritualitas feminin dalam Islam. Sebab, sisi feminin dari kehidupan Islam hampir tidak banyak mendapat perhatian dari para cendekiawan Muslim, yang rata-rata memang didominasi kaum pria. Di sini, kontribusi terpenting Sachiko adalah ia mencoba menepis mazhab ecofeminism, yang menonjolkan keunggulan kualitas feminin dan menganggap kualitas maskulin selalu dalam artian negatif.

Daftar Isi

  • Baca Juga:

Baca Juga:

Menurut ecofeminism, alam yang disebut bumi pertiwi (Mother Nature), adalah sumber dari segala sesuatu. Ecofeminism menganggap manusia mempunyai esensi abadi, yaitu kesadaran (consciousness). Kesadaran ini adalah bagian integral dari alam, di mana esensi keseluruhannya adalah satu. Namun, peradaban modern dikatakan telah memisahkan kesadaran manusia dari alam, sehingga segala sesuatunya menjadi terfragmentasi, terpisah, teratomisasi. Manusia melihat manusia lainnya sebagai ego-ego yang saling berkompetisi. Manusia dan alam menjadi begitu terisolasi, yaitu menjadi subyek dan obyek. Sehingga, terjadilah penguasaan dan eksploitasi alam oleh manusia.

Watak penguasaan dan eksploitasi ini, menurut ecofeminism, disebabkan oleh pemujaan manusia pada “Tuhan Maskulin” (“the Father God”), dan kurang memuja “Tuhan Feminin” (“the Mother God”). Akibatnya, manusia mengidentifikasikan dirinya dengan “the Father God” sebagai yang kuasa, aktif, terpisah, independen, jauh, dan dominan. Sedangkan pemujaan terhadap “Tuhan Feminin”, menurut filsafat ini, bertujuan untuk merealisasikan eksistensi asal segala sesuatu; yaitu ibu, bumi, kosmos, “Mother Nature”, “the Mother God”. Penyembahan ini membuat manusia mengidentifikasikan dirinya sebagai yang dekat, kasih, penerima, pemelihara, pasif, berserah diri, dan segala kualitas feminin lainnya. Kualitas-kualitas feminin ini akan menjadikan manusia sadar bahwa elemen dalam diri manusia, antar-manusia, bumi, langit, seluruh kosmos, pada esensinya adalah satu yang berasal dari “the Mother God”.

Ecofeminism memang mengakui adanya Tuhan, tetapi Tuhan yang mereka persepsikan pada akhirnya juga hanya menimbulkan sikap superioritas baru. Bahkan, secara tidak langsung mereka menciptakan pola hierarkis baru yang menempatkan kualitas feminin ada di puncak kebenaran. Kemudian, pertanyaan krusial muncul: apakah kualitas maskulin diciptakan untuk selalu dan selamanya jelek, atau kualitas feminin selalu dan selamanya baik? Lalu bagaimana dengan fakta bahwa alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan?

Murata dalam The Tao of Islam-nya mengoreksi secara tajam kekeliruan filsafat ecofeminism. Menurutnya, Tuhan—sebagaimana dimanifestasikan dalam al-asma’ al-husn—mengandung nama-nama Keagungan atau jalal (maskulinitas) dan nama-nama keindahan atau jamal (feminitas). Berbeda dengan ecofeminism yang berat sebelah terhadap simbolisasi Tuhan “feminin”, Murata menunjukkan bahwa Tuhan, melalui nama-nama-Nya, adalah keseimbangan antara Yang Agung, Yang Kuasa, dan sebagai Yang Dekat, Pengasih, Penyayang, Penerima. Sehingga, dualitas yang tampaknya berlawanan itu pada hakikatnya adalah keseimbangan dan merupakan satu kesatuan.

Dalam tataran relasi maskulinitas dan feminitas, Murata menunjukkan bahwa keduanya mempunyai sisi positif dan negatif. Namun keduanya saling melengkapi. Keseimbangan dan saling melengkapi ini seharusnya tercipta baik di dalam alam lahiriah maupun batiniah. Dengan kata lain, esensi tujuan hidup manusia, baik laki-laki maupun perempuan, adalah untuk menjadi insan al-kamil  (manusia sempurna), yaitu manusia yang dapat menyatukan sisi ilahiah jamal dan jalal menjadi kamal (sempurna). Konsekuensi logisnya adalah laki-laki dan perempuan haruslah saling melengkapi dan tidak boleh ada proses eksploitasi dalam relasi keduanya dalam tataran apapun.

Penulis: Prof. Dr. Hj. Sri Suhandjati Sukri, at al.
Sumber: Ensiklopedi Islam & Perempuan (Penerbit NUANSA, 2009).

Tags: SACHIKO MURATA
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Perkembangan Islam di Gorontalo

Peran Putri Owutango dalam Perkembangan Islam di Gorontalo

3 Juni 2023
Maria Ulfah Santoso

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

2 Juni 2023
Ayu Lasminingrat

Ayu Lasminingrat, Pionir Pendidikan Perempuan dari Sunda

31 Mei 2023
Rayyanah Barnawi

Kenalin Nih, Rayyanah Barnawi: Perempuan Muslim yang Meneliti di Luar Angkasa

30 Mei 2023
Nyi Hajar Dewantara

Nyi Hajar Dewantara : Kesalingan Suami-Istri Dalam Mewujudkan Cita-Cita Perjuangan

29 Mei 2023
Mariam Al-Ijliya

Mariam Al-Ijliya : Astronom Perempuan Abad Ke-10

27 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji

    Taushiyah Mengantar Jamaah Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein
  • Belajar Welas Asih Lewat Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist