• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Santri dan Perlawanan terhadap Kolonialisme

Perlawanan kaum santri terhadap kekuatan kolonial terbukti dengan beberapa peristiwa di abad ke-19. Beberapa di antaranya adalah Perang Padri (1819-1832 M), Perang Ponegoro (1825-1830 M)

Redaksi Redaksi
22/10/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Santri

Santri

705
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada masa penjajahan, masyarakat santri berperan sebagai bagian dari kekuatan perlawanan terhadap kolonialisme dengan mengimplementasikan jihad di jalan Allah Swt.

Pada masa Kolonial, Islam menjelma menjadi kekuatan sosial yang mampu memberikan daya dorong kepada masyarakat untuk melakukan perubahan.

Daya dorong tersebut tampak dari berbagai perlawanan rakyat yang berlatar belakang Islam dan upaya untuk membangun suatu organisasi pergerakan yang bergerak secara sistematis.

Islam telah menjadi magnet dan daya tarik masyarakat untuk melakukan transformasi sosial dan perlawanan terhadap kolonialisme.

Perlawanan kaum santri terhadap kekuatan kolonial terbukti dengan beberapa peristiwa di abad ke-19. Beberapa di antaranya adalah Perang Padri (1819-1832 M), Perang Ponegoro (1825-1830 M), dan yang terlama adalah Perang Aceh (1873-1912 M).

Baca Juga:

Peran Pesantren dalam Kehidupan Kartini

Pesan Abah KH Abdul Kholik Hasan: Hikmah Isra Mikraj yang Patut Kita Renungi

Masa Depan Majelis Masyayikh: Profil 8 Kiai dan Bu Nyai Pengasuh Periode 2021-2026

Puluhan Ribu Santri Gelar Aksi Damai di Polda DIY Pulang Tanpa Jejak Sampah

Dalam perang Diponegoro, pengikut yang paling menonjol berasal dari santri perdikan. Babad Diponegoro menceritakan banyak hal keterlibatan Kiai Mlangi dalam gerilyanya. Kiai Mojo (1792-1849 M), salah satu pengikut Diponegoro membawa sekelompok besar santri dari daerah Mojo, Baderan, dan Pulo Kadang.

Dalam sebuah survei kita temukan daftar nama sekitar 200 kaum santri yang bergabung dengan Ponegoro, 22 nama berasal dari orang yang kembali setelah menunaikan haji. Tidak sedikit dari mereka yang bergelar Syekh atau Syarif.

Kemudian, ada pula pendukung Diponegoro dari pejabat masjid dan pemimpin pondok pesantren dari Bagelen, Kedu, Mataram, Pajang, Ponorogo, dan Madiun.

Selain perlawanan tersebut, tercatat pula perlawanan oleh penganut tarekat seperti yang terjadi di Cianjur (1885 M), Cilegon Banten (1888 M). Serta peristiwa Garut (1919 M).

Kemudian, perlawanan santri tidak hanya mereka lakukan melalui perang, tetapi melalui syair, seperti gerakan KH. Ahmad Rifai (17861871 M) yang melakukan perlawanan melalui tulisan. Ia wafat saat di Tondano. []

Tags: KolonialismePerlawananSantri
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version