Mubadalah.id – Pada Senin 29 April 2024 malam, Timnas Indonesia kalah dalam pertandingan melawan Uzbekistan di Piala Asia U-23 2024. Kekalahan itu rupanya menghadirkan kontoversi lantaran penonton melihat adanya keganjilan dalam permainan. Saat ini, media sosial pun ramai membicarakan kekalahan Timnas Indonesia mulai dari kalangan pemuda-pemudi, bapak-bapak, bahkan perbincangan kaum ibu-ibu di beranda rumah.
Kekecewaan atas kekalahan ini tidak hanya datang dari laki-laki saja yang mayoritas memang menggandrungi permainan ini. Namun juga datang dari kaum perempuan. Hanya saja kekecewaan itu bukan ditujukan pada para Timnas, melainkan kepada sang wasit yang menganulir gol dari Muhammad Ferrari.
Selain itu Sang Wasit juga nampak merugikan Tim Garuda kita karena memberikan kartu merah kepada Rizky Ridho. Kekesalan warga tidak sampai di situ saja, tapi juga kepada Tim Uzbekistan yang sering terjatuh saat pertandingan berlangsung. Ketika Garuda Squad hendak menolong, pemain tersebut malah menepis tangannya. Menyebalkan sekali, ya…
Teruntuk Tim Indonesia, netizen ramai-ramai mengucapkan terima kasih atas perjuangan dan semangat yang tak pernah pupus. Ucapan dan semangat dari masyarakat rupanya banjir diutarakan tidak saja oleh pecinta sepak bola dari kalangan laki-laki, tetapi juga dari kalangan perempuan.
Antusias Perempuan dalam Pertandingan U-23 Asia 2024
Maraknya berbagai ekspresi kekesalan warga +62 yang berseliweran di platform media sosial rupanya menyatukan minat hampir seluruh masyarakat Indonesia pada sepak bola. Bahkan, saya pribadi dan teman-teman di Pondok pun yang cukup awam soal permainan ini mendadak menjadi tertarik.
Sebelumnya saya memang sudah mulai memperhatikan Timnas saat kemenangan berturut-turut melawan Australia, Yordania, dan Korea Selatan. Kemenangan yang ketiga memang cukup menarik perhatian lantaran sang pelatih yang berasal dari negeri ginseng tersebut.
Selain saya, tentunya banyak juga perempuan yang mulai tertarik dengan sepak bola. Bibi saya sendiri, sejak lama menyukai dan sangat menggandrungi permainan ini. Bibi saya bahkan hafal para pemain timnas dan mengenal istilah-istilah dalam sepak bola.
Selain para perempuan menyukai dan menggandrungi sepak bola, ada juga kaum perempuan datang sebagai supporter lantaran ada pemain yang disukai atau pemainnya itu adalah keluarga/kerabatnya. Ada juga yang memang hanya sebatas menonton saja tanpa menggemari atau menggandrunginya. Seperti saya, misalnya, heheee…
Sepak Bola tidak Hanya Identik dengan Laki-laki
Meski identik dengan laki-laki, nyatanya kaum perempuan juga banyak yang antusias terhadap sepak bola. Sejak lama sudah ada kaum perempuan menyambut baik permainan sepak bola dan begitu berlangsungnya perubahan zaman, pesepak bola perempuan mulai berkiprah dalam olahraga ini.
Di Indonesia sendiri, sepak bola wanita telah ada pada tahun 1969 yang ditandai dengan terbentuknya Tim Putri Priangan. Kiprahnya juga masih berusaha menjajaki level terbaik dari olahraga ini dan masih semangat berlatih keras untuk memenangkan Piala Asia Wanita.
Eksistensi Pemain Putri juga cukup tersohor baik di kalangan laki-laki maupun perempuan. Seperti halnya pemain laki-laki, Tim Putri memiliki skill dan keahlian dalam bermain. Hal ini mengindikasikan bahwa olahraga dan permainan sepak bola tidak selalu bagi laki-laki.
Terkait perempuan dan sepak bola ini, saya teringat kenangan saat kecil di mana saya dan teman-teman ingin bermain bola di lapangan sekolah. Namun salah seorang guru justru menyeletuk, “Untuk apa? Itu, kan permainan laki-laki.” Siapa sangka jika guru olahraga sependapat dengan guru tersebut yang membuat saya dan teman-teman tidak jadi bermain.
Sepak Bola Menjadi Salah Satu Faktor Pemersatu Bangsa
Adanya anggapan tersebut lantaran stereotip yang lazim terjadi di kalangan masyarakat. Sehingga meski ada perempuan yang sangat menggandrungi sepak bola, mayoritas tidak bisa menjadi seorang pemain entah di sekolah atau di manapun.
Dia hanya menjadi penikmat, penggemar dan penonton semata. Meski sebatas hanya sebagai penggemar dan penonton, kesamaan menyukai sepak bola rupanya menjadi salah satu faktor yang menyatukan warga negara Indonesia. Entah itu dalam minat, kecintaan, atau juga pandangan.
Saya sempat membaca kata-kata dari akun @nugarislucu yang berbunyi, “Bukan sebab ceramah, bukan quote bijak, bukan pula fatwa. Bangsa ini bersatu sebab sepak bola. Ah, lucunya bangsaku. Terima kasih, Tuhan.”
Pernyaataan tersebut benar adanya. Masyarakat akan berbondong-bondong saling mendukung Timnas ketika ada pertandingan. Semuanya menjelma menjadi supporter yang berkumpul menyatukan tekad untuk memberi semangat maupun doa.
Mereka tidak hanya bersorak ramai di tribun lapangan. Mereka bahkan menggelar layar tancap, infokus, atau televisi besar untuk menonton bersama-sama baik di rumah warga, lapangan desa, maupun balai desa. Yang menonton memang kebanyakan dari laki-laki. Tapi para perempuan tak ketinggalan ikut serta menonton entah ikut nimbrung di perkumpulan, televisi, maupun di handphone.
Kata-kata Novelis Andrea Hirata dalam salah satu novelnya juga senada dengan fakta ini, “Jika ada hal lain yang sangat menakjubkan di dunai ini selain cinta, adalah sepak bola.”
Rasa cinta yang besar terhadap permainan ini menjadi salah satu bentuk refreshing dan penghilang penat warga. Problema dan berita-berita negatif tentang bangsa ini menjadi teralihkan sejenak berkat unjuk kebolehan Para Pemain Timnas di Stadion Nasional.
Semuanya fokus pada harap dan doa untuk kemenangan Timnas Indonesia. Harapan itu masih berlanjut sampai Garuda Indonesia bertanding pada gelanggang berikutnya, yakni Indonesia melawan Irak.
Begitulah, sepak bola terbukti dapat menyatukan bangsa Indonesia, mulai dari laki-laki hingga perempuan, yang tua maupun yang muda, ibu-ibu dan bapak-bapak. Sepak bola memang menjadi salah satu hal terindah yang Tuhan ciptakan untuk umat manusia. []