• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Series “Gadis Kretek”: Tentang Independensi, Kebebasan dan Kompetensi Perempuan

Pada dunia kretek, masyarakat masih memandang perempuan tidak layak untuk menjadi bagian penting dalam produksi kretek

Khoniq Nur Afiah Khoniq Nur Afiah
08/11/2023
in Film
0
Gadis Kretek

Gadis Kretek

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Barangkali series dari film Gadis Kretek adalah gambaran tentang kemerdekaan dan kebebasan perempuan mengekspresikan kompetensi perempuan. Di mana selama ini banyak disuarakan oleh para aktivis perempuan.

Series yang diangkat dari sebuah novel karya Ratih Kumala memiliki nuansa yang sangat dekat dengan kondisi perempuan. Di mana ia merindukan kebebasan untuk mengekspresikan kompetensi yang dimiliki. Jeng Yah sebagai tokoh utama dari film tersebut memiliki karakter yang kuat sebagai perempuan yang menginginkan kebebasan.

Pada dunia kretek, masyarakat masih memandang perempuan tidak layak untuk menjadi bagian penting dalam produksi kretek. Yakni peracik saus rokok. Jeng Yah bergulat di sana dengan mitos dan pandangan tentang hal tersebut, berusaha melawan dan mendobraknya.

Kesempatan demi kesempatan selalu ia upayakan untuk mewujudkan mimpi besarnya sebagai peracik saus. Hingga akhirnya ia berhasil melakukannya dan mampu melahirkan kesuksesan. Namun, semua kesuksesan dan keberhasilan tidak ia nikmati sepenuhnya.

Perlawanan atas Stigma

Sebagai penonton, saya melihat secara jelas bagaimana seorang perempuan yang terkendala untuk mengekspresikan kemampuannya atau keahliannya hanya karena dia seorang perempuan. Realita hari ini masyarakat kita masih demikian.

Untuk menyelesaikan semua kendala yang ia miliki, Jeng Yah memiliki kapasitas yang cukup untuk melakukan berbagai upaya sebagai bentuk perlawanan. Pengetahuan yang mapan tentang dunia kretek dan karakter independen memberikan kekuatan kepada Jeng Yah untuk melakukan perlawanan atas stigma “perempuan tak mampu menjadi peracik saus kretek”.

Baca Juga:

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Hal lain yang saya sorot dari menonton Gadis Kretek yakni tentang perempuan dalam memilih pasangan. Dalam memilih pasangan, di antara kita terkadang fokus melihat sesuatu yang berada di luar diri. Misalnya, mengikuti preferensi masyarakat secara umum. Bukan sesuai dengan kebutuhan diri yang sesungguhnya.

Namun, apa yang Jeng Yah lakukan sebaliknya. Ia sulit jatuh cinta dengan laki-laki sebab dia tidak menemukan seseorang yang bisa membantu memenuhi kebutuhannya dan memberikan kebebasan padanya. Bahkan ayahnya pun merasa kaget saat mendengar dia telah merasakan jatuh cinta dengan Mas Raya.

Memilih Pasangan

Jeng Yah menilai bahwa Mas Raya layak ia cintai dan menjadi pasangannya sebab treatment yang diberikan mengandung kebebasan. Barangkali kita bisa belajar dari Jeng Yah dalam memilih pasangan. Memilih dengan alasan sesuai dengan kebutuhan dan baik untuk keberlangsungan kehidupan perempuan selanjutnya. Ini bagian yang bisa kita lakukan untuk merealisasikan hidup bahagia pasca menikah.

Walaupun akan ada konflik pasca pernikahan. Namun karena kita telah memilih pasangan yang memiliki frekuensi yang sama dan memberikan kebebasan sekaligus mendukung untuk  mengembangkan kemampuan yang kita miliki. Satu langkah hal yang akan memperumit telah kita hindari terlebih dahulu.

Terlepas dalam cerita tersebut Mas Raya gagal menjadi suaminya, namun sebenarnya ia adalah salah satu yang layak untuk terpilih dan pantas dicintai oleh Jeng Yah. Terlebih karena kerelaan yang Mas Raya berikan kepada Jeng Yah untuk mendapatkan kebebasan yang selama ini ia mimpikan menjadi peracik saus.

Stigma Perempuan Perokok

Selain tentang pemilihan pasangan, film ini juga bagi saya menyinggung tentang stigma perempuan perokok sebagai sosok yang tidak bermoral. Jeng Yah sebagai sosok yang mencintai dan mendalami dunia rokok diceritakan dengan begitu apik dengan pengetahuan dan moral yang ia miliki.

Bagaimana dia sangat piawai untuk berinteraksi dan menghormati pada pegawai serta orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia tidak tergambarkan sebagai sosok yang tidak bermoral. Justru pengetahuan dan keterampilannya mengenai dunia kretek beserta karakter lainnya mengantarkan Jeng Yah menjadi sosok perempuan teladan.

Terlepas dari semua yang saya sampaikan, kelahiran film atau series semacam ini menjadi satu semangat dan optimisme tersendiri. Yakni optimisme atas lahirnya pemberian kesempatan bagi perempuan. Edukasi maupun sosialisasi bisa kita lakukan secara laten dari film Gadis Kretek semacam ini.

Film bisa menjadi sarana yang tepat, menghibur dan tidak menggurui. Barangkali, ini juga menjadi satu hal yang bisa banyak pihak lakukan untuk menyebarluaskan pengetahuan yang penting. Tujuannya agar tersampaikan pada masyarakat. sekian. []

 

 

Tags: Film NetflikGadis KretekperempuanReview Filmstigma
Khoniq Nur Afiah

Khoniq Nur Afiah

Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek R2. Tertarik dengan isu-isu perempuan dan milenial.

Terkait Posts

Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Film Bida'ah

Film Bida’ah: Ketika Perempuan Terjebak Dalam Dogmatisme Agama

14 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version