• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Sikap Indonesia Untuk Perlindungan Perempuan di Afghanistan

Suara-suara dari Indonesia banyak diharapkan memberikan dukungan untuk Afghanistan yang lebih inklusif, terbuka, dan menghargai hak-hak sipil terutama perempuan

Redaksi Redaksi
09/09/2021
in Aktual
0
Indonesia

Indonesia

118
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Taliban kembali mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada 12 Agustus 2021, lalu. Pengambilan alih kekuasaan tersebut, sudah terjadi untuk kedua kalinya. Media-media arus utama, internet dan jejaring media sosial banyak menyoroti dan memberitakan euforia “kemenangan‟ Taliban ini. Terlepas dari soal narasi “kemenangan Islam‟, banyak pihak melihat peristiwa pengambilalihan kekuasaan Afghanistan oleh Taliban ini akan berdampak pada situasi keamanan dan kebebasan masyarakat sipil, terutama perempuan.

Menurut Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah, peristiwa ini seperti membawa kembali Afghanistan di masa lalu di mana Taliban berkuasa pada 1996-2001. Saat itu kelompok Taliban menerapkan aturan ketat sesuai dengan tafsir mereka atas hukum syariah. “Sebagai contoh, Taliban memaksa para perempuan untuk menutupi diri dan hanya diperkenankan keluar rumah dengan ditemani kerabat laki-laki,” katanya, Rabu (8 September 2021).

Banyak perempuan saat itu, lanjut dia, mengalami kekerasan, dipaksa menikah, dan dilarang bersekolah. Cerita Bibi Aisha, seorang perempuan muda yang dipaksa menikah oleh Taliban pada usia 14 tahun, mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dan tidur di kandang. Wajahnya menjadi cover majalah TIME saat itu.

Cerita itu menggugah dunia, dan menjadikannya simbol kelukaan perempuan Afghanistan di bawah rezim Taliban. Rasa khawatir dan tanda tanya besar mengenai nasib perempuan di Afghanistan ke depan dijawab oleh Taliban. Dalam sebuah konferensi pers perdana, juru bicara Taliban menegaskan bahwa hak-hak perempuan akan dilindungi dalam batas-batas hukum Islam.

“Pernyatan tersebut membuat sebagian warga merasa bahwa Taliban dengan wajah baru saat ini akan tampil melindungi hak-hak perempuan untuk mendapat pekerjaan dan pendidikan, meskipun mereka belum tahu bagaimana implementasinya ke depan,” terangnya.

Namun, ungkapnya, banyak perempuan Afghanistan meragukan janji tersebut. Mereka sangat khawatir Taliban kembali menerapkan aturan hukum yang represif terhadap mereka. Berbagai organisasi dan masyarakat internasional juga menyampaikan keprihatinan dan kekhawatiran serupa. Di sisi lain, saat ini kita sedang menunggu pernyataan resmi Taliban tentang bentuk pemerintahan baru yang banyak disebut sebagai Islamic Emirate of Afghanistan.

Baca Juga:

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Meski demikian, menurutnya, pemerintahan baru ini harus menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah. Pertama, menentukan konstitusi baru yang lebih mengarah kepada perlindungan rakyat Afghanistan. Kedua, menjalankan keadilan transisi dan rekonsiliasi agar orang-orang yang pernah menjadi korban mendapatkan keadilan. Ketiga, mencegah keberulangan konflik, dan menghindari impunitas. Keempat, untuk mendapatkan kepercayaan publik, Afghanistan juga harus menjalankan proses disarmament, demobilization dan reintegration, di mana peletakan senjata, menghentikan mobilisasi masa bersenjata, dan memulai reintegrasi.

“Di Indonesia, perbincangan tentang kemenangan Taliban ini sangat marak, baik yang pro maupun kontra. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar adalah contoh yang ideal bagaimana sistem pemerintahan (demokrasi) sejalan dengan Islam,” pungkasnya.

Maka, ungkapnya, suara-suara dari Indonesia banyak diharapkan memberikan dukungan untuk Afghanistan yang lebih inklusif, terbuka, dan menghargai hak-hak sipil terutama perempuan. Menyikapi kondisi Afghanistan di tangan Taliban ini, AMAN Indonesia bersama jaringan masyarakat sipil bermaksud menyelenggarakan Open Mic bertema “Sikap Indonesia Untuk Perlindungan Perempuan di Afghanistan: Perspektif “Perempuan” Indonesia”.  Agenda akan dilaksanakan pada pukul 13.00 – 15.00 WIB, Sabtu (11 September 2021) .

Open Mic akan menghadirkan perempuan pegiat perdamaian dari berbagai latar belakang baik dari kalangan akademisi, aktivis, pengamat politik, jurnalis, pemuda dan perempuan arus bawah untuk memberikan sumbangan pemikiran, agar pemerintah dapat melakukan hal strategis untuk Afghanistan lebih baik, terutama terkait perlindungan perempuan dan anak. []

Tags: AfghanistanHak-hak perempuanIndonesiaPerdamaianPolitik DuniaTalibantoleransi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

14 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID