• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Siti dan Penafsir Kebahagiaan

Dalam Islam, seseorang dianjurkan untuk mengejar kebahagiaan di akhirat, namun diingatkan agar jangan melupakan nasibnya dalam hidup di dunia

Moh Soleh Shofier Moh Soleh Shofier
04/03/2024
in Personal
0
Penafsir Kebahagiaan

Penafsir Kebahagiaan

883
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah. id – Siti – nama untuk lakon utama dalam cerpen Penafsir Kebahagiaan buah karya Eka. Siti perempuan Jakarta yang tinggal di Amerika selama enam bulan. Siti selama enam bulan itu melayani kebutuhan seksual enam mahasiswa Indonesia yang kuliah di Amerika. Hari Minggu adalah hari liburnya. Sementara Senin sampai Sabtu ia siap siaga “berdinas”.

Pada akhirnya, kisah Siti berakhir tragis. Ia Hamil yang tentu tidak tahu siapa bapak anaknya. Dan bahkan Jimmi dan Markum sempat membuang Siti dari Los Angeles ke Las Vegas. Sampai 8 hari kemudian ditemukan polisi patroli.

Setelah itu, Jimmi dan Markum serta 5 mahasiswa lainnya ditangkap polisi federal. Meski demikian, kehidupan di Amerika itu lebih dari cukup untuk menafsirkan kebahagiaan. Di Jakarta, bagi Siti, hidupnya tak lebih baik.

Tafsir Kebahagiaan

Memang rumit berkenaan dengan kebahagiaan. Di Amerika, tahun 1776 para pendiri Amerika Serikat menegaskan hak untuk mencari kebahagiaan sebagai salah satu dari tiga hak asasi manusia. Selain hak untuk hidup dan hak kebebasan.

Tentu saja hak tersebut adalah hak untuk mencari kebahagiaan bukan kebahagiaan sendiri – tandas Yuval Noah Harari. Sebab, kebahagiaan, selain relatif dan subjektif, juga bersifat tentatif.

Baca Juga:

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Dalam Islam, seseorang dianjurkan untuk mengejar kebahagiaan di akhirat, namun diingatkan agar jangan melupakan nasibnya dalam hidup di dunia.  Manusia didorong untuk mengejar kedua bentuk kebahagiaan itu.

Walaupun begitu, Allah menjanjikan kehidupan yang bahagia sekaligus di dunia dan di akhirat kelak untuk mereka yang beriman dan berbuat baik Sebagaimana penegasan dalam al-Qur’an surah al-Nahl ayat 97 yang berbunyi:

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya:” Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-Nahl: 97 ).

Epicurus seorang filsuf Yunani Kuno ketika menafsirkan kebahagiaan, memperingatkan murid-muridnya bahwa kebahagiaan adalah pencarian personal. Dan kerja keraslah yang bisa membawa kebahagiaan.

Kerja keras sebagai keyword dari kebahagiaan

“Kerja keras” sebagai keyword dari kebahagiaan. Dan barangkali inilah yang membuat Siti tetap menikmati pekerjaannya di Amerika yang hanya libur sehari dalam sepekan. Karena di Jakarta hak Siti untuk mencari kebahagiaan tak terpenuhi, apalagi kebahagiaannya.

Aneh bukan, Jakarta, atau Indonesia yang katanya kaya dengan segala dimensi maknanya itu tak memberi tempat Siti tuk hak mencari kebahagiaan. Rupanya Indonesia kaya tersebut hanya berlaku untuk segelintir orang, bukan orang-orang seperti Siti. Orang-orang yang senasib seperti Siti, tentu banyak.

Di Madura misalnya beberapa warganya meninggalkan tanah air demi mencari penghidupan ke Malaysia, Hongkong, dan Arab Saudi, Juga Amerika. Mencari penghidupan yang menjadi jalan mencari kebahagiaan. Di saat yang sama, negara mereka mendaku sebagai negara yang kaya, ironis!

Menggugat Untuk diskusi Para Cawapres

Ke-ironis-an itu bertambah ketika saya menonton debat cewapres saat mendiskusikan nasib-nasib para emigran, khususnya perempuan dengan sub tema ketanagakerjaan.  Rakyat yang bekerja di luar Negeri.

Tiga persoalan yang sering menimpa para pekerja tersebut yakni persoalan advokasi hukum, kesehatan mental, dan pelecehan. Jawaban seluruh cawapres kala itu tidak menyentuh pada akar permasalahan. Hampir seluruh jawabannya bersifat kuratif, bukan defensif.

Yaitu seolah “merestui” para rakyat itu untuk bekerja di luar negeri dengan seabrek regulasi sebagai jaminan. Tapi, sebagaimana lumrahnya regulasi tetap saja kurang efektif.

Baru-baru ini, Kompas merilis nasib salah satu emigran di Malaysia yang sakit dan terlantar. Sundai Ningsih (44) atau Asih, namanya. Perempuan yang dikabarkan berasal dari Kecamatan Genteng, Banyuangi. Miris bukan? Hanya saja, boleh jadi bagi Asih, hidup di Malaysia jauh lebih baik ketimbang Banyuangi karena bisa menafsir kebahagiaan.

Dan pemerintah hanya bisa mengurusi regulasi untuk perlindungan sebagaimana jawaban-jawaban para capres kala itu. Harusnya, untuk mengatasi nasib-nasib rakyat di luar negeri berangkat dari pertanyaan, “Kenapa mereka bekerja di luar Negeri?”

Dalam kaidah fikih-sosial ditegaskan, “Al-Man’u Ashalu min al-Raf’i” (bertindak defensif lebih mudah (solutif) tinimbang kuratif” – supaya tak kejadian kasus semisal Asih, maka harusnya beri akses mencari kebahagiaan di negeri sendiri yang katanya kaya ini.

Tentu saja, usaha-usaha cawapres itu tetap harus diapresiasi sekurang-kurangnya sebagai jawaban saat debat. Dan kembali lagi, terkadang hidup di luar negeri seseorang bisa menafsirkan kebahagiaan sebagaimana Siti. []

 

Tags: cerita pendekPenafsir KebahagiaanReview
Moh Soleh Shofier

Moh Soleh Shofier

Dari Sampang Madura

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID