• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Slow Living : Seni Menikmati Hidup yang Sederhana dan Bermakna

Dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar dari Slow Living, kita dapat mencapai gaya hidup yang lebih baik dan lebih bahagia

Layyin Lala Layyin Lala
05/10/2023
in Personal
0
Slow Living

Slow Living

1.4k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir-akhir ini saya merasakan jadwal yang lebih padat daripada biasanya, rasanya waktu begitu cepat. Seolah-olah, waktu sebanyak 24 jam sangatlah kurang bagi saya. Ternyata, hampir sebagian besar teman-teman saya merasakan hal yang sama.

Bagi saya dan mereka, hampir 80% kegiatan dihabiskan di kampus atau di tempat kerja. Pun demikian, weekend pun terasa sangat singkat hingga kami tidak benar-benar merasakan hari libur. Kadang saya berpikir, mengapa saya sendiri atau mungkin sebagian besar teman-teman yang lain merasakan hal yang serupa? Hidup saat ini seringkali terasa seperti sebuah perlombaan.

Saya dan teman-teman berusaha untuk mengejar kesempatan, mencari materi, dan memenuhi keinginan-keinginan kami yang tak terbatas. Namun, dalam kejar-kejaran tersebut, kami seringkali lupa bahwa hidup seharusnya dinikmati dengan sederhana dan bermakna. Inilah yang disebut dengan Slow Living. Yaitu gaya hidup yang menekankan pada kualitas hidup yang lebih baik dan menghargai waktu yang kita miliki.

Konsep Slow Living

Slow Living merupakan gerakan sosial yang berasal dari Italia pada tahun 1980-an. Gerakan ini bermula dari keinginan masyarakat Italia untuk melawan konsumerisme dan gaya hidup yang terburu-buru. Mereka ingin kembali ke gaya hidup tradisional yang lebih sederhana dan memprioritaskan kualitas hidup daripada kuantitas. Gerakan ini kemudian menyebar ke seluruh dunia dan semakin populer di era modern ini.

Konsep Slow Living adalah tentang mengambil waktu untuk menikmati hidup dengan cara yang sederhana dan bermakna. Ini berarti kita mencoba untuk memperlambat tempo hidup, mengurangi stres, dan menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan waktu luang. Slow Living juga berarti menghargai alam dan lingkungan sekitar kita, serta mengurangi dampak negatif kita terhadap planet ini.

Baca Juga:

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

Prinsip Dasar Slow Living

Ada beberapa prinsip dasar dari Slow Living yang dapat membantu kita mencapai gaya hidup yang lebih baik dan lebih bahagia. Pertama, Slow Living mengajarkan kita untuk memperlambat tempo hidup kita, seperti menikmati setiap momen dan tidak terburu-buru dalam melakukan segala sesuatu. Kita harus fokus untuk menikmati proses daripada hanya berfokus pada hasil akhir.

Kedua, Slow Living juga mengajarkan kita untuk mengurangi stres dalam hidup kita. Ini berarti kita harus belajar untuk mengelola waktu dengan lebih efektif serta menghindari multitasking yang berlebihan. Kita juga harus belajar untuk merencanakan waktu luang kita dengan baik dan mengambil waktu untuk melakukan kegiatan yang membuat kita bahagia.

Ketiga, Slow Living mengajak kita untuk menghargai alam dan lingkungan sekitar kita. Hal ini mengajak kita untuk belajar mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dan plastik dalam kehidupan sehari-hari kita. Hasilnya, kita dapat belajar untuk memilih produk yang ramah lingkungan dan mendukung pertanian organik.

Keempat, Slow Living mengajarkan kita untuk menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan waktu luang. Hal ini memberikan kita kesempatan untuk menentukan prioritas dalam hidup kita dan memilih kegiatan yang membantu kita mencapai tujuan tersebut. Kelima, Slow Living mengajarkan kita untuk menghargai hubungan sosial dan budaya. Termasuk belajar untuk menghargai nilai-nilai tradisional dan menghormati kebudayaan yang berbeda.

Implementasi Slow Living

Dalam praktiknya, Slow Living dapat diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan kita. Misalnya, kita dapat memulai dengan memperlambat tempo hidup kita dengan menikmati setiap momen dalam hidup kita. Kita juga dapat mengurangi stres dengan mengelola waktu dengan baik serta merencanakan waktu luang kita dengan kegiatan yang membuat kita bahagia.

Konsep Slow Living mengajak kita untuk dapat menghargai alam dan lingkungan sekitar kita dengan mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga dapat memilih produk yang ramah lingkungan dan mendukung pertanian organik.

Selain itu, kita dapat menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan waktu luang dengan menentukan prioritas dalam hidup kita dan memilih kegiatan yang membantu kita mencapai tujuan tersebut.

Dalam hubungan sosial dan budaya, kita dapat menghargai nilai-nilai tradisional dan menghormati kebudayaan yang berbeda. Kita juga dapat membangun hubungan yang sehat dengan keluarga, teman, dan komunitas kita. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar ini, kita dapat mencapai gaya hidup yang lebih baik dan lebih bahagia. []

 

 

Tags: gaya hidupKajian PsikologisKesehatan MentalSelf LoveSlow LivingWaktu
Layyin Lala

Layyin Lala

Khadimah Eco-Peace Indonesia and Currently Student of Brawijaya University.

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID