• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Stigma Bunuh Diri Harus Dihilangkan Untuk Cegah Jatuhnya Korban

Salah satu stigma yang cukup erat adalah menanyakan perihal keinginan bunuh diri pada seseorang malah semakin terdorong untuk melakukannya

Aisyah Nursyamsi Aisyah Nursyamsi
19/09/2022
in Personal
0
Bunuh Diri

Bunuh Diri

380
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Baru-baru ini, dunia baru saja memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Peringatan tersebut jatuh setiap 10 September dan ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 2003. Meski telah diperingati setiap tahunnya, pandangan negatif masih saja melekat pada kasus bunuh diri.  Sehingga, stigma soal bunuh diri harus kita hilangkan untuk cegah jatuhnya korban.

Permasalahan kasus bunuh diri ini tidak dapat dianggap angin lalu. Korban terus saja berjatuhan tanpa henti. Kembali, menurut data WHO, tercatat telah ada 703.000 jiwa yang meninggal karena memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Tragisnya, setiap 100 kematian di dunia, satu di antaranya karena bunuh diri.

Terlintasnya pikiran ingin menyudahi kehidupan di dunia ini secara umum akibat masalah stres yang ia hadapi. Diri tidak dapat mengurai permasalahan tersebut. Sulit untuk memanajemen emosi dan masalah sehingga yang tampak adalah jalan buntu. Pada tahap ini korban mengalami depresi parah dan tidak memiliki pilihan lain.

Baca Juga:

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

Stigma Bunuh Diri

Hal yang memperparah situasi ini adalah pandangan negatif yang ada di lingkungan kita. Salah satu stigma yang cukup erat adalah menanyakan perihal keinginan bunuh diri pada seseorang malah semakin terdorong untuk melakukannya. Lalu, menanyakan keadaan seseorang yang menunjukkan isyarat bunuh diri juga harus kita hindari karena malah mendorong ke arah sana.

Padahal, menghindari atau menyela pada situasi ini tidak kita anjurkan. Karena dengan bertanya, atau mengungkapkan apa yang ia rasakan justru dapat mendorong pencegahan.

Ini pula yang disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Prof Budi Anna Keliat, pada acara Kementerian Kesehatan yang penulis ikuti. Menurutnya, kalau ada yang membahas terkait kematian atau bunuh diri, jangan kita hindari.

Justru, ia menyarankan agar orang tersebut kita dengarkan seutuhnya. Sehingga tahu, apa yang menjadi permasalahan dari orang tersebut. Dengan mengetahui masalah yang ia hadapi, pendengar bisa melakukan upaya pencegahan.

Akhiri Stigma pada Penyintas

Sayangnya, saat ini masih saja orang yang mencoba menghindar. Atau menganggap orang yang berbicara soal kematian atau bunuh diri adalah bentuk ‘drama queen’. Parahnya lagi, memberikan sebuah judgmental pahit seperti ah kamu kurang iman atau kamu sih, jauh dari Tuhan.

Pandangan negatif atau stigma ini justru membuat mereka merasa semakin terpuruk. Dampak lain dari mengakarnya pandangan negatif pada bunuh diri adalah korban merasa enggan atau takut untuk terbuka.

Dianggap lemah, tidak beragama, tiada iman dan tidak bersyukur menjadi bentuk tudingan yang masih banyak kita temukan pada masyarakat kita. Alhasil, mereka yang memiliki pikiran bunuh diri menjadi semakin tertutup.

Padahal bisa saja, di dalam hati mereka sangat ingin bercerita dan ‘meminta pertolongan’. Menurut Prof Anna, masih di acara yang sama, korban sebelum mengakhiri hidupnya pernah berada di tahap cry for the help. Dalam artian meminta pertolongan dalam diam.

Tidak hanya pada korban, stigma turut menyambangi keluarga mereka. Bukan mendapatkan simpati atau penguatan dari sekitar, masyarakat masih berpikir jika tindak bunuh diri karena ‘ketidakmampuan’ keluarga.

Sehingga ada rasa bersalah, malu, menyalahkan diri dan sebagainya. Stigma negatif dari bunuh diri ini sudah semestinya kita hilangkan. Karena selain menghambat upaya pencegahan, stigma juga menghambat pemulihan korban.

Bagaimana tidak? Mereka yang misalnya selamat dari upaya bunuh diri menjadi tidak berani mencari pertolongan. Jelas jika mereka yang usai melakukan percobaan bunuh diri, kondisi kesehatan mentalnya belum membaik.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Ucapan buruk, hingga kalimat berisi tudingan yang tidak mengenakkan tentu saja menurunkan proses pemulihan kesehatan mental penyintas. Enggan mengakses layanan kesehatan mental karena takut didiskreditkan oleh sosial masyarakat.

Lantas apa yang dapat kita lakukan ketika menghadapi orang yang baru saja melakukan percobaan bunuh diri, atau menunjukkan isyarat bunuh diri? Prof Anna, langkah utama yang perlu kita lakukan adalah mendengarkan secara utuh.

Tidak menyela atau memotong pun bersikap tidak percaya. Sehingga ketika mendengarkan cerita secara lengkap, diri tahu apa yang harus diperbuat. Jangan sekali-kali menyebut apa yang ia ungkapkan tidak masuk akal, dan jangan menghindar.

Oleh karenanya dapat kita simpulkan, jika sudah saatnya menghilangkan stigma yang masih beredar di tengah kita terkait bunuh diri. Karena dapat memberikan banyak dampak negatif. Hilangnya pandangan negatif di sekitar kita juga dapat menghentikan jatuhnya korban bunuh diri. []

 

Tags: Bunuh DirikemanusiaankesehatanKesehatan MentalmanusiaSelf Lovestigma
Aisyah Nursyamsi

Aisyah Nursyamsi

Melayu Udik yang Ingin Abadi

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan
  • Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID