• Login
  • Register
Senin, 27 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Peduli Kesehatan Mental Manusia, Singkirkan Stigma dan Diskriminasi

Sama halnya dengan penyakit kanker, jika tidak segera diobati berujung pada kematian. Begitu juga dengan gangguan kesehatan mental. Jika tidak mendapatkan penanganan dari pihak profesional, bisa mengakibatkan depresi, dan kehilangan semangat hidup

Aisyah Nursyamsi Aisyah Nursyamsi
10/06/2022
in Personal
0
Peduli Kesehatan Mental Manusia

Peduli Kesehatan Mental Manusia

253
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada sebuah kesempatan, seorang psikolog mengatakan jika gangguan kesehatan mental serupa dengan penyakit kanker. Hanya saja tidak tampak, namun mematikan. Ia ‘menggerogoti’ jiwa dan dapat menurunkan kualitas hidup dan memengaruhi kesehatan mental. Untuk itu penting bagi kita peduli kesehatan mental manusia, guna menyingkirkan stigma dan diskriminasi.

Sama halnya dengan penyakit kanker, jika tidak segera diobati berujung pada kematian. Begitu juga dengan gangguan kesehatan mental. Jika tidak mendapatkan penanganan dari pihak profesional, bisa mengakibatkan depresi, dan kehilangan semangat hidup. Lalu pada stadium akhir, memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Isu kesehatan mental memang saat ini mulai berangsur-angsur ke arah yang lebih baik. Walau saat ini masih ada yang beranggapan jika kesehatan mental tidaklah penting, sedikit banyaknya ada yang berubah. Misalnya, pandangan jika isu kesehatan mental selalu dikaitkan dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Lebih dari pada itu, orang-orang yang alami gangguan kesehatan mental kerap disangkut pautkan dengan kurang iman, lebai dan sebagainya.

Namun makin ke sini penyematan julukan ODGJ, lemah iman dan mental ‘tempe’, kini sedikit banyaknya tidak selalu diucapkan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Lebih-lebih gangguan kesehatan mental ternyata banyak memengaruhi aspek berkehidupan. Misalnya dimulai dari dapat mengganggu produktifitas, merusak semangat hidup, hingga bisa menyakiti diri sendiri dan orang lain.

Daftar Isi

    • Peduli Kesehatan Mental Manusia, belajar dari beberapa kisah
  • Baca Juga:
  • Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama
  • Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia
  • Keragaman Alam Semesta Adalah Kehendak Tuhan untuk Manusia
  • Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya

Peduli Kesehatan Mental Manusia, belajar dari beberapa kisah

Beberapa kisah menyedihkan mungkin pernah terdengar oleh khalayak. Seperti ibu yang mengakhiri nyawa sekaligus anaknya. Atau seorang ayah yang akhirnya memilih untuk menjatuhkan diri di atas jembatan. Hal ini dikarenakan tidak sanggup menahan beban ekonomi. Dan masih banyak lagi.

Baca Juga:

Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama

Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

Keragaman Alam Semesta Adalah Kehendak Tuhan untuk Manusia

Ngaji Rumi: Patah Hati Dengan Dunia, Puasa Sebagai Obatnya

Memang masalah kesehatan mental menjadi suatu hal yang belum selesai  di tanah air hingga sekarang. Terlebih sejak pandemi covid-19, situasi kurang dari tiga tahun terakhir memang memperparah kondisi kesehatan mental. Sehingga menuntut kita lebih peduli kesehatan mental manusia.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Lalu lebih dari 12 juta penduduk di atas usia 15 tahun mengalami depresi. Berdasarkan Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Litbangkes tahun 2016 menunjukkan jika ada 1800 orang yang mengakhiri hidupnya. Atau, setiap hari ada lima orang yang bunuh diri.

Data yang membuat hati sedih adalah 47,7 persen korban bunuh diri adalah pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif. Dilansir dari website Kementerian Kesehatan masalah kesehatan jiwa masyarakat Indonesia masih sangat tinggi.

Sekitar 20 persen dari populasi Indonesia memiliki potensi masalah gangguan jiwa. Situasi ini pun dipersulit dengan fasilitas kesehatan yang masih minim. Begitu juga dengan tenaga profesional. Indonesia hanya memiliki psikolog dan psikiater sebanyak 1053 orang saja.

Tentu saja dengan jumlah itu tidak dapat menutupi kebutuhan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan layanan kesehatan mental. Di sisi lain, masalah stigma negatif tentang kesehatan mental masih saja melekat di masyarakat kita. Sehingga perlu peran bersama baik dari pihak profesional, maupun pemerintah untuk mengedukasi pentingnya kesehatan mental atau jiwa, dan peduli kesehatan mental manusia. Tidak boleh ada diskriminasi dan stigma yang menyudutkan.

Melihat besarnya dampak gangguan kesehatan pada mental, sudah saatnya mulai mengubah cara pandang. Yang masih beranggapan jika kesehatan mental tidaklah penting, mulailah berganti haluan agar lebih peduli kesehatan mental manusia.

Jangan sungkan untuk meminta bantuan pada pihak profesional. Dan apa bila ada kawan, handai taulan atau orang-orang sekitar menunjukkan gejala gangguan mental, maka ajaklah berbicara. Tunjukkan bahwa kita peduli kesehatan mental manusia. Tawarkan bantuan apa yang bisa dilakukan. Sarankan secara hati-hati untuk berkonsultasi dengan pihak profesional.

Mencari tahu, peduli kesehatan mental manusia, dan menemui pihak profesional untuk mengatasi gangguan mental adalah bentuk ikthiar. Dan di dalam Islam, selalu diajarkan untuk berusaha sungguh-sungguh, kemudian menyerahkannya pada Allah.

Dan tidak perlu takut. Sesungguhnya setelah kepahitan, pasti ada kebahagiaan. Kesulitan pun akan berganti dengan kemudahan. Yakinlah dan jangan berhenti untuk berusaha dan berdoa. Hal ini tercantum di dalam Q.S Al-Insyirah ayat 5

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” 

Menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta’dzhim al-Qur’an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, ayat ini merupakan janji Allah. Di mana secara tegas kesulitan akan berlalu, dan setelahnya akan ada kelapangan.

Sembari berusaha semaksimal mungkin, berdoa dan menyerahkan diri pada Allah, maka yakinlah selalu ada jalan keluar dari dinding yang tampak buntu. Di mana ada kesukaran, di sana pun ada kemudahan.

Oleh karena itu dapat disimpulkan jika sudah saatnya masyarakat peduli kesehatan mental manusia. Di sisi lain, stigma dan diskriminasi terkait isu kesehatan mental perlu dihilangkan. Sehingga tidak ada keraguan dari masyarakat untuk meminta pertolongan. []

DISCLAIMER: Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa. Anda bisa menghubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454).

Sumber:

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/

Tags: DepresikehidupanKesehatan MentalmanusiaODGJStres
Aisyah Nursyamsi

Aisyah Nursyamsi

Terkait Posts

Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Profil Gender

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

27 Maret 2023
Target Ibadah Ramadan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

25 Maret 2023
Memilih Childfree

Salahkah Memilih Childfree?

24 Maret 2023
Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui Saat Ramadan

23 Maret 2023
Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Akhlak dan perilaku yang baik

    Pentingnya Memiliki Akhlak dan Perilaku yang Baik Kepada Semua Umat Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik
  • Pentingnya Memahami Prinsip Kehidupan Bersama
  • Q & A: Apa Batasan Sakit yang Membolehkan Tidak Puasa di Bulan Ramadan?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist