• Login
  • Register
Kamis, 19 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Stigma Janda dan Konstruksi Sosial

Anifatul Jannah Anifatul Jannah
16/06/2020
in Personal
0
(sumber foto hariansib.com)

(sumber foto hariansib.com)

61
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Apa yang ada dipikiran kalian jika mendengar kata “janda”? Apakah sebuah status perempuan yang telah menikah kemudian mengalami perceraian, suaminya meninggal dunia atau pelabelan negatif lainnya?, seperti tukang penggoda, perempuan tidak berdaya, dan lainnya.

Seperti yang banyak dicitrakan oleh media mainstream di Indonesia akan stigma yang melekat pada seorang janda, kemudian diaminkan oleh kita semua sebagai dasar pembenaran untuk menghakimi seorang perempuan yang sudah tak bersuami? .

Seorang perempuan yang menyandang status janda itu bisa memiliki peran banyak hal sebagai manusia, di ingkungan sosial dia tinggal dan harus mendapatkan dukungan yang setara. Namun, seringkali sebagian orang sudah terkonstruksi pemaknaan status janda karena tayangan sinetron di televisi yang sering menampilkan citra negatif.

Munculnya berita-berita negatif tentang janda, yang akhirnya menggeneralisir makna yang berujung pada diskriminasi status janda. Perempuan yang sudah tidak memiliki suami karena alasan tertentu, tetaplah perempuan dan manusia, yang kita harus lihat sesuai fungsi dan peran kemanusiaannya, bukan hanya pelabelan negatif yang sering dilanggengkan oleh kaum patriarkis.

Perempuan Kepala Keluarga

Baca Juga:

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

Ketika seorang perempuan yang telah menikah sudah tidak memiliki suami lagi, dan kepergian suaminya meninggalkan anak-anak yang harus ditanggung untuk dirawat dan dibesarkan dengan baik, tentu peran kepala keluarga otomatis tergantikan oleh perempuan.

Meski menyandang status sebagai seorang janda, tetap peran dan fungsinya mampu menjadi kepala keluarga. Sebab perempuan juga manusia yang memiliki kemampuan yang sama sebagai manusia, dan dapat berperan dalam lingkungan sosialnya yang harus diterima dengan setara tanpa ada stigma dan diskriminasi karena status “janda”.

Warganet twitter membagikan pengalaman pribadi tentang Ibunya yang berstatus janda dengan sangat positif, yang mampu membuka perspektif kita lebih luas soal janda agar tidak terus melanggengkan konotasi negatif akan perempuan berstatus janda.

Dalam akun twitter @SuthaMuhd menuliskan “Ibuku ditinggal mati ayah, menghidupi kami bertiga, laki-laki semuanya, dengan membuka kios kecil dan pensiunan ayah, aku pikir ibu bukan janda tapi supermom.”

Kemudian lanjut tulis akun bernama @mysatyawati “Ibu saya dokter gigi, Bapak meninggal karena kanker tahun 2009. Anak pertama sarjana ekonomi tahun 2011, ibu pensiun tahun 2013, anak kedua sarjana tehnik tahun 2014, anak terakhir masuk kedokteran tahun 2014.”

Maka, dengan begitu banyak kisah positif dan inspiratif perempuan menyandang status janda, dapat membuka pikiran kita dalam melihat realitas sosial yang nyata. Bukan hanya sekadar konstruksi sosial yang dibangun melalui layar kaca atau headline berita media yang kadang mengada-ngada agar menarik masyarakat untuk membacanya.

Diskriminasi status janda harusnya sudah tidak ada, sebab kita lebih fokus melihat seorang janda pada fungsi kemanusiaannya sebagai sosok ibu dan perempuan, bukan pelabelan status karena satu dua berita negatif yang beredar dan menimpa orang yang kebetulan menjanda.

Jika di lingkungan kalian ada seorang perempuan yang ditinggal pasangan karena cerai hidup atau mati, lalu melakukan perbuatan tidak atau kurang baik, maka yang salah bukan karena dia berstatus janda, melainkan perbuatan yang telah dilakukan individu tersebut. Sehingga kita tidak bias dalam melihat sebuah realitas. []

Anifatul Jannah

Anifatul Jannah

Terkait Posts

Lelaki Patriarki

Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

19 Juni 2025
Kesalehan Perempuan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Catcalling

Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

15 Juni 2025
Jadi Perempuan

Katanya, Jadi Perempuan Tidak Perlu Repot?

14 Juni 2025
Perempuan Berolahraga

Membaca Fenomena Perempuan Berolahraga

13 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • SIS Malaysia

    Berproses Bersama SIS Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Doa, Dukungan dan Solidaritas untuk Sister in Islam (SIS) Malaysia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nelayan Perempuan Madleen, Greta Thunberg, dan Misi Kemanusiaan Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Tak Pernah Membenarkan Pemukulan Terhadap Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya
  • Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur
  • Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan
  • Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID