• Login
  • Register
Sabtu, 5 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Tafsir Feminisme dan Kaitannya dengan Historis Medusa

Sebagian besar penafsir feminis mengkritik dominasi laki-laki dalam penafsiran al-Qur’an, yang telah membentuk pandangan patriarki terhadap Islam

Zavitri Zavitri
18/11/2023
in Personal
0
Tafsir Feminisme

Tafsir Feminisme

916
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id- Medusa adalah salah satu dari makhluk mitologi Yunani yang terampas haknya walau bukan karena kesalahannya. Ia merupakan gambaran dari tafsir feminisme masa lalu yang kembali marak lagi kini.

Medusa

Merupakan makhluk yang berambut ular. Awalnya ia sosok yang cantik dan merupakan seorang pendeta di kuil Athena. Lalu dia menerima kutukan  dari dewi Athena karena bersetubuh dengan Poseidon dan melanggar sumpahnya sebagai pendeta sebab berhubungan badan.

Oleh karena itu, ia terkutuk menjadi perempuan berambut ular dan tatapannya bisa membuat siapa saja yang melihatnya menjadi batu.

Feminitas

Ia merupakan ekpektasi orang-orang atas peran perempuan. Berbeda dengan feminisme yang merupakan gerakan untuk mendapatkan persamaan hak antara hak perempuan dan laki-laki.

Feminisme

Pada dasarnya merupakan implementasi dari kesadaran untuk menciptakan keadilan gender dalam kerangka demokratisasi dan HAM.

Baca Juga:

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Feminisme berasal dari kata “Femina” yang berarti perempuan dalam bahasa latin. Dalam artian luas gerakan perempuan yang menuntut hak yang sama dengan laki-laki dalam segala aspek.

Hal tersebut terjadi karena adanya keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan dalam gendernya baik dalam aspek relasi personal, hingga kehidupan sosial.

Tafsir Feminisme

Kelahiran tafsir feminis berdasarkan atas rasa ketidakpuasan terhadap produk-produk tafsiran para ulama klasik maupun kontemporer yang mayoritas merupakanmufassir laki-laki sehingga lebih banyak mengutamakan dan menguntungkan kepentingan laki-laki (tafsir yang bias gender).

Sebagian besar penafsir feminis mengkritik dominasi laki-laki dalam penafsiran al-Qur’an, yang telah membentuk
pandangan patriarki terhadap Islam. Kritik ini menyoroti ketidaksetaraan gender dan merasa bahwa pandangan ini memberikan inferioritas kepada perempuan serta mengangkat superioritas laki-laki.

Sudut pandang feminis dengan tafsir feminis

Medusa  sebagai seorang perempuan yang tertindas namun masih berjuang agar hak hak kaum perempuan setara dengan laki-laki. Medusa telah bersetubuh secara paksa  oleh Dewa Poseidon di dalam kuil atena yang membuat Dewi Atena marah, sehingga Medusa mendapat hukuman dari dewi atena.

Hal ini menggambarkan bagaimana perlakuan perempuan oleh para laki-laki pada masa itu. Di mana selama ribuan tahun itu jika terjadi pelecehan seksual, perempuan yang disalahkan. Bukan laki-laki.

Pandangan tersebut jika menetap secara mendasar, maka akan semakin luas  persepsinya. Pada dasarnya, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kisah tersebut dapat menggambarkan posisi laki-laki yang dahulu kala sampai sekarang selalu menganggap lebih atas dari perempuan, sehingga apabila terjadi ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan, maka pandangan masyarakat umumnya lebih membela laki-laki.

Posisi perempuan yang selalu dianggap rendah, seringkali terjadi ketika ada masalah antara laki-laki dan perempuan, maka perempuan akan selalu disalahkan atau disuruh untuk mengalah.

Ini layaknya laki-laki yang kita anggap sebagai pemimpin atas Perempuan sebagaimana yang penafsiran sebagian ulama, sehingga wanita cukup taat saja dengan laki-laki. Medusa dianggap menjadi simbol perempuan yang tertindas, namun masih terus melakukan perjuangan agar hak hak kaum perempuan setara dengan laki-laki. []

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: feminismeGenderhakmedusaMitologi Yunani
Zavitri

Zavitri

Saya merupakan salah satu mahasiswa di UIN WALISONGO SEMARANG.

Terkait Posts

Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID