Mubadalah.id- Medusa adalah salah satu dari makhluk mitologi Yunani yang terampas haknya walau bukan karena kesalahannya. Ia merupakan gambaran dari tafsir feminisme masa lalu yang kembali marak lagi kini.
Medusa
Merupakan makhluk yang berambut ular. Awalnya ia sosok yang cantik dan merupakan seorang pendeta di kuil Athena. Lalu dia menerima kutukan dari dewi Athena karena bersetubuh dengan Poseidon dan melanggar sumpahnya sebagai pendeta sebab berhubungan badan.
Oleh karena itu, ia terkutuk menjadi perempuan berambut ular dan tatapannya bisa membuat siapa saja yang melihatnya menjadi batu.
Feminitas
Ia merupakan ekpektasi orang-orang atas peran perempuan. Berbeda dengan feminisme yang merupakan gerakan untuk mendapatkan persamaan hak antara hak perempuan dan laki-laki.
Feminisme
Pada dasarnya merupakan implementasi dari kesadaran untuk menciptakan keadilan gender dalam kerangka demokratisasi dan HAM.
Feminisme berasal dari kata “Femina” yang berarti perempuan dalam bahasa latin. Dalam artian luas gerakan perempuan yang menuntut hak yang sama dengan laki-laki dalam segala aspek.
Hal tersebut terjadi karena adanya keyakinan bahwa perempuan mengalami ketidakadilan dalam gendernya baik dalam aspek relasi personal, hingga kehidupan sosial.
Tafsir Feminisme
Kelahiran tafsir feminis berdasarkan atas rasa ketidakpuasan terhadap produk-produk tafsiran para ulama klasik maupun kontemporer yang mayoritas merupakanmufassir laki-laki sehingga lebih banyak mengutamakan dan menguntungkan kepentingan laki-laki (tafsir yang bias gender).
Sebagian besar penafsir feminis mengkritik dominasi laki-laki dalam penafsiran al-Qur’an, yang telah membentuk
pandangan patriarki terhadap Islam. Kritik ini menyoroti ketidaksetaraan gender dan merasa bahwa pandangan ini memberikan inferioritas kepada perempuan serta mengangkat superioritas laki-laki.
Sudut pandang feminis dengan tafsir feminis
Medusa sebagai seorang perempuan yang tertindas namun masih berjuang agar hak hak kaum perempuan setara dengan laki-laki. Medusa telah bersetubuh secara paksa oleh Dewa Poseidon di dalam kuil atena yang membuat Dewi Atena marah, sehingga Medusa mendapat hukuman dari dewi atena.
Hal ini menggambarkan bagaimana perlakuan perempuan oleh para laki-laki pada masa itu. Di mana selama ribuan tahun itu jika terjadi pelecehan seksual, perempuan yang disalahkan. Bukan laki-laki.
Pandangan tersebut jika menetap secara mendasar, maka akan semakin luas persepsinya. Pada dasarnya, kita dapat mengambil pelajaran bahwa kisah tersebut dapat menggambarkan posisi laki-laki yang dahulu kala sampai sekarang selalu menganggap lebih atas dari perempuan, sehingga apabila terjadi ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan, maka pandangan masyarakat umumnya lebih membela laki-laki.
Posisi perempuan yang selalu dianggap rendah, seringkali terjadi ketika ada masalah antara laki-laki dan perempuan, maka perempuan akan selalu disalahkan atau disuruh untuk mengalah.
Ini layaknya laki-laki yang kita anggap sebagai pemimpin atas Perempuan sebagaimana yang penafsiran sebagian ulama, sehingga wanita cukup taat saja dengan laki-laki. Medusa dianggap menjadi simbol perempuan yang tertindas, namun masih terus melakukan perjuangan agar hak hak kaum perempuan setara dengan laki-laki. []