• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Toleransi Ala Nabi dan Kisah Perjanjian Najran

Barangkali apa yang diulas Prof. Quraish Shihab masih sulit diterima banyak muslim, tentang sikap toleransi ala Nabi dan kisah perjanjian Najran.

Listia Listia
09/05/2021
in Hikmah
0
Perjanjian Najran

Perjanjian Najran

329
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Barangkali apa yang diulas oleh Prof. Quraish Shihab dalam video ini masih sulit diterima oleh banyak muslim, tentang sikap toleransi ala Nabi dan kisah perjanjian Najran. Jangankan membantu memperbaiki gereja yang rusak, sekedar datang memberikan sambutan bernada tausiyah saja, banyak netizen yang menghujat Gus Miftah.

Perjanjian Najran dalam ulasan  Prof.Quraish Shihab juga adalah ungkapan rasa terimakasih Nabi. Sebagaimana umumnya muslim yang belajar sejarah Nabi mengingat, pada awal masa kenabian, ketika beliau dan para sahabat masa awal mengalami penolakan keras dan selalu mendapatkan ancaman di Makkah, beliau sempat hijrah dan mendapat perlindungan dari penguasa Habasya yang beragama Kristiani.

Sayang, tampaknya banyak muslim saat ini, kurang atau bahkan tidak berminat belajar dari sejarah Perjanjian Najran (bukan sekedar tentang sejarah) dan mengambil uswah, tauladan dari sana: Hutang budi di balas dengan budi, ini tampak jelas dalam pernyataan “…seperti keluarga sendiri..” dan “…sampai akhir zaman”.

Al Quran sendiri memiliki pandangan yang sangat simpatik pada keragaman. Misalnya dalam Al Maidah 8, 48  dan masih banyak yang lain. Terkait dengan rumah ibadah bisa dicek dalam surat al Hajj 40.

Dulu saya sering heran mengapa ayat-ayat seperti ini jarang disinggung, padahal masyarakat Indonesia pendengarannya  sangat akrab dengan semboyan bhinneka tunggal ika?

Baca Juga:

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Dokumen Abu Dhabi: Warisan Mulia Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Tayyeb Bagi Dunia

Two State Solution: Solusi Perdamaian bagi Palestina-Israel atau Tantangan Integritas Nasional Terhadap Pancasila?

Sudah dipahami umum, air beriak tanda tak dalam. Maka dapat dipahami pula mengapa mereka yang suka menghujat mengira bahwa soal keyakinan itu seperti selera pada mode baju yang mudah menular seluruh jagat. Atau mereka mengira bila bergaul akrab dengan kalangan umat beragama lain akidahnya melemah.

Orang-orang yang memiliki anggapan seperti ini sangat mungkin mereka mendapat asupan informasi agama bernada  Islamisme-politis, dan  minim menjalin hubungan dengan penganut agama yang berbeda sehingga banyak sekali kekhawatirannya.

Sebenarnya terdengar agak lucu bila dinalar,  sesuatu yang mudah menular tentu namanya bukan keyakinan yang membutuhkan penyadaran kuat. Atau justru di sini masalahnya. Banyak yang belum selesai dengan dirinya yang berdampak pada cara beragamanya.

Ketakutan dan kekhawatiran biasanya terjadi karena besarnya ketidaktahuan, bukan hanya secara kognitif, tetapi secara batiniah tertutup pada liyan, yang menunjukkan ada yang belum selesai dalam proses menjadi diri yang dewasa, yang berdampak pada proses pendewasaan dalam beragama. Bila telah selesai dengan diri sendiri tentu tidak ada lagi kekhawatiran, apalagi ketidaksukaan pada liyan dan pergaulan yang sebenarnya soal biasa.

Mereka yang telah selesai dengan dirinya, mereka yang beragama dengan ikhlas melihat tauladan seperti ini akan merasakan betapa Sang Panutan berjiwa besar mencontohkan merdeka dari himpitan ego. Inilah welas asih.

Dan saya tidak sepakat dengan sikap membalas hujatan dengan hujatan atau nyinyiran dan ejekan. Menurut saya itu tidak membantu banyak orang. Banyak netizen yang membutuhkan kebijaksanaan anda, terutama anda yang banyak ilmu.

*)Catatan : Informasi dari Prof. Muhamad Machasin dari laman Fb beliau, materi yang disampaikan Prof. Quraish Shihab terdapat juga dalam kitab Tariikh al Madiinah, ulasan ‘Umar ibn Syaibah (wafat 262 H). []

Tags: Kisah NabiPerdamaianPerjanjian NajranSejarah Islamtoleransi
Listia

Listia

Pegiat pendidikan di Perkumpulan Pendidikan Interreligus (Pappirus)

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Islam Harus

Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

3 Juli 2025
Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID