• Login
  • Register
Jumat, 11 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Tragedi Kosambi dan Cara Islam Mengangkat Kaum Lemah

Abdul Rosyidi Abdul Rosyidi
03/11/2022
in Aktual
0
Tragedi Kosambi

Tragedi Kosambi dan Cara Islam Mengangkat Kaum Lemah

9
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Artikel ini akan membahas terkait tragedi Kosambi dan cara Islam mengangkat kaum lemah.  Tragedi Kosambi menyisakan luka yang sangat dalam. Ledakan ini setidaknya membuat 48 orang meninggal dunia. Berikut penjelasan Tragedi Kosambi, di Tangerang.

Dooor…, pabrik kembang api di Kosambi, Kabupaten Tangerang, meledak Kamis (26 Oktober 2017) lalu. Ledakan yang disusul dengan kebakaran hebat itu menewaskan tidak kurang 48 orang. Ada sekitar 46 orang luka-luka dan 10 orang hilang. Kabar kerakhir menyebutkan, tujuh dari 10 korban hilang ditemukan dalam keadaan sehat.

Peristiwa itu menyedot perhatian masyarakat. Selain karena banyaknya korban tewas, publik terperanjat karena banyaknya pekerja anak di pabrik tersebut. Kebanyakan mereka tergiur dengan upah yang lumayan, Rp. 55 ribu sehari. Tapi ternyata itu muslihat. Upah terakhir sekira Rp. 21 ribu per hari saja.

Membaca berita ledakan dan kebakaran di Kosambi ini membuat ngeri sekaligus empati. Tapi yang paling membuat sedih adalah saat mencermati profil para korban.

Mereka kebanyakan orang marginal, yang terpinggirkan oleh sistem, terlemahkan secara ekonomi, lalu dalam kejadian itu menjadi korban. Ditambah, kebanyakan mereka adalah perempuan dan anak-anak. Kelompok paling rentan di masyarakat kita.

Baca Juga:

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam

Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

Untuk memberikan sedikit gambaran, salah satu korban yang belum ditemukan diketahui bernama Siti Juliana (20 tahun). Berdasarkan keterangan orangtuanya, Juli telah menikah dan memiliki anak berumur 4 tahun. Juli menikah pada usia 17 tahun dengan serang kernet kendaraan operasional sebuah pabrik.

Bekerja di pabrik kembang api bukanlah jejak kerja pertama Juli. Selepas menyelesaikan sekolah dasar (SD), Juli merantau dan bekerja di Banten dan Ibu Kota Jakarta. Juli putus sekolah karena orang tuanya tak sanggup lagi untuk membiayai pendidikannya.

Korban lainnya yang juga belum ditemukan diketahui bernama Rahmawati. Usianya baru 16 tahun dan baru lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Rahma ‘memaksakan diri’ bekerja dan berhenti sekolah karena tujuan yang sungguh mulia: ingin membantu keuangan keluarga. Sebuah pilihan yang tak akan diambil andai keluarga mereka tak punya masalah finansial.

Juli dan Rahma adalah potret nyata betapa kehidupan begitu kejam pada mereka. Juli dan Rahma juga membeberkan fakta betapa pendidikan kita belum ramah untuk semua. Kemiskinan memang bukan penyakit menular, tapi dengan pendidikan yang rendah, ia bisa terwarisi hingga generasi berikutnya.

Lingkaran kemiskinan pun terus berputar dan korbannya tak akan mampu mentas andai masyarakat dan pemerintah tak membantunya. Islam sendiri memerintahkan umatnya untuk saling menolong, terutama terhadap orang yang berada pada posisi sosial-ekonomi lemah, orang-orang yang dilanda nasib buruk.

Ada sebuah hadits yang menekankan pentingnya saling menolong tersebut hingga Allah menjanjikan balasan yang setimpal.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa melapangkan kesulitan orang yang beriman dalam hal urusan dunia, maka kesulitannya di akhirat akan dilapangkan Allah. Barangsiapa yang membantu seseorang yang sedang bernasib buruk, maka ia akan dipermudah Allah segala urusanya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka aibnya akan ditutup Allah di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong seseorang yang selalu menolong orang lain”. (Sahih Muslim no. 7028, Sunan Abu Dawud no. 4948, Sunan at-Turmudzi no. 1491, Sunan Ibn Majah no. 230 dan Musnad Ahmad no. 7545).

Dalam konteks kehidupan bernegara, memprioritaskan orang lemah sendiri bukanlah bentuk ketidakadilan negara pada rakyatnya, sebaliknya ia adalah substansi keadilan itu sendiri.

Filsuf politik, John Rawls menegaskan bahwa keadilan bukan ihwal bagi rata. Menurutnya, keadilan itu memiliki dua sayap. Pertama, bahwa semua orang –tanpa kecuali– memiliki hak yang sama dan setara. Kedua, semua orang tidak perlu mendapatkan yang sama. Tapi negara harus mengutamakan yang lemah.

Konsep keadilan yang kedua itu sering disebut dengan difference principle. Sebuah landasan etis yang wajib diaplikasikan pada negara demokrasi saat ini.

Pemerintah yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat lemah pernah dicontohkan sahabat Umar bin Khattab saat mengetahui ada rakyatnya yang kelaparan.

Mengetahui ada ibu dan anak-anaknya kelaparan, pada malam itu juga, Umar yang sedang ‘blusukan’ segera bergegas balik ke Madinah, menuju Baitul Mal.

Khalifah Umar segera mengangkat sendiri sekarung gandum yang besar di pundaknya. Gandum itu pun dibawanya, dia masak dan makanan itu dihidangkan sang khalifah untuk rakyat yang papa. Sisa gandumnya dia diserahkan pada sang ibu.

Ibu yang masih tidak mengenali khalifah itu pun berterima kasih kepada Umar sambil tetap tidak mengetahui identitas asli sahabat Umar.

‘Blusukan’ dengan cara seperti yang dilakukan sahabat Umar memang tak menyelesaikan seluruh masalah. Tapi, yang dilakukannya bisa menjadi inspirasi para pemimpin untuk mendobrak birokrasi.

Cara demikian yang akhir-akhir ini menjadi gaya memimpin beberapa tokoh politik bangsa ini. Semoga ini bukan cuma tren, tapi benar-benar sebuah ikhtiar untuk menyelesaikan masalah dengan merasakan langsung penderitaan rakyatnya agar kelak tak ada lagi Juli dan Rahma lainnya.[]

Tags: Abdul RosyidiBirokrasiislamJohn RawlsKaum LemahKaum MarginalKembang ApiKemiskinanPabrik MerconpendidikanSahabat UmarTragedi Kosambi
Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi

Abdul Rosyidi, editor. Alumni PP Miftahul Muta'alimin Babakan Ciwaringin Cirebon.

Terkait Posts

Marzuki Wahid

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

6 Juli 2025
Samia

Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

6 Juli 2025
Ulama Perempuan

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

6 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan ISIF

ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

5 Juli 2025
kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kopi yang Terlambat

    Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Horor, Hantu Perempuan dan Mitos-mitos yang Mengikutinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sudah Saatnya Menghentikan Stigma Perempuan Sebagai Fitnah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung
  • Tauhid: Fondasi Pembebasan dan Keadilan dalam Islam
  • Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji
  • Islam: Membebaskan Manusia dari Gelapnya Jahiliyah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID