Mubadalah.id – Zakat dalam tradisi Islam bukanlah sekadar kewajiban ritual, melainkan instrumen fundamental untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Filosofi dasarnya terletak pada prinsip redistribusi kekayaan, di mana setiap harta memiliki dimensi sosial yang mengharuskan mereka yang berkecukupan untuk memperhatikan saudara-saudara mereka yang kurang beruntung.
Dalam konteks regional Lampung, Lazisnu PWNU Provinsi Lampung hadir sebagai institusi yang kreatif menerjemahkan spirit zakat ke dalam program-program konkrit dan inovatif. Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (Lazisnu) Provinvi Lampung, tidak sekadar menjadi saluran pengumpulan dana, tetapi bermisi menjadi agen perubahan sosial yang transformatif.
Salah satu terobosan signifikan mereka adalah program kotak koin barcode yang mencerminkan upaya modernisasi sistem zakat melalui teknologi digital. Konsep ini bukan sekadar tentang angka, melainkan membangun ekosistem kepedulian yang terukur, transparan, dan akuntabel.
Melalui zakat digital dan teknologi barcode, setiap donasi dapat terlacak, kita dokumentasikan, dan kita pertanggungjawabkan secara sistematis. Setiap kode yang discan menghadirkan narasi tentang kepedulian dan solidaritas, menghubungkan para muzakki (pembayar zakat) dengan penerima manfaat melalui mekanisme digital yang canggih.
Inovasi kotak koin barcode memiliki beberapa keunggulan strategis. Pertama, ia memudahkan proses donasi dengan menggunakan teknologi yang familiar. Kedua, menciptakan mekanisme transparansi yang tinggi. Ketiga, membangun kepercayaan publik melalui akuntabilitas digital.
Zakat dalam Perspektif Mubadalah
Dalam praktik mubadalah, zakat tidak kita pahami sebagai hubungan vertikal antara yang kaya dan miskin, melainkan hubungan horizontal yang saling memberdayakan. Setiap donasi zakat digital melalui barcode tidak hanya memberikan bantuan finansial, tetapi menciptakan siklus potensi di mana penerima zakat memiliki kesempatan untuk berkembang. Hingga pada gilirannya kelak dapat memberikan kontribusi kepada komunitas.
Mekanisme program ini mencerminkan filosofi kesalingan melalui beberapa dimensi:
Pertama, Pemberdayaan Berkelanjutan Dana zakat tidak sekadar kita distribusikan untuk konsumsi sesaat, melainkan kita investasikan dalam program-program yang memungkinkan penerima mengembangkan kapasitas diri. Misalnya, bantuan modal usaha kecil tidak hanya memberikan uang, tetapi menciptakan peluang wirausaha di mana penerima dapat mandiri dan berkontribusi kembali pada ekosistem sosial.
Kedua, Transformasi Mutual Setiap penerima zakat kita pandang sebagai subjek aktif, bukan objek pasif. Melalui pelatihan keterampilan, beasiswa pendidikan, dan pembinaan berkelanjutan, mereka kita persiapkan untuk tidak sekadar menerima, tetapi juga memberi.
Ketiga, Jejaring Solidaritas Digital Teknologi barcode yang kita gunakan bukan sekadar alat teknis, melainkan medium untuk membangun jejaring kesalingan. Setiap donasi tersambung dalam narasi besar tentang gerakan bersama menciptakan kesejahteraan.
Keempat, Dimensi Spiritual Kesalingan Konsep mubadalah menghadirkan zakat sebagai ibadah transformatif. Bukan sekadar menunaikan kewajiban, tetapi menciptakan siklus keberkahan di mana setiap kontribusi memiliki potensi spiritual dan sosial yang mendalam.
Dengan adanya hal di atas inovasi atau terobosan di atas, NU Care-Lazisnu memiliki prinsip utama yang terangkum dalam konsep MANTAP: Modern, yaitu sikap, cara berpikir, dan bertindak yang sesuai dengan tuntutan zaman. Akuntabel, yaitu pertanggungjawaban terhadap aktivitas kelembagaan keuangan yang sesuai dengan Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat dan Syariah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Transparan, yaitu keterbukaan sesuai dengan prinsip yang berlaku dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat dan Syariah Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Amanah, yaitu dapat kita percaya dalam pengelolaan dana dari para donatur baik berupa zakat, infak, sedekah, CSR, dan DSKL.
Profesional, yaitu pengelolaan dana zakat, infak, sedekah, CSR, dan DSKL secara efektif dan efisien dengan standar terbaik. NU Care-Lazisnu selalu mengedepankan layanan yang berkualitas dan memberikan manfaat maksimal bagi umat.
Tantangan
Namun, program ini tidak tanpa tantangan. Implementasinya memerlukan sosialisasi komprehensif, terutama bagi masyarakat yang kurang akses teknologi. Mereka tetap menyediakan metode tradisional untuk memastikan inklusivitas donasi.
Dalam praktiknya, yang dikumpulkan bukan sekadar nominal, melainkan potensi perubahan. Dana tersebut kita investasikan untuk memberikan dampak jangka panjang, bukan sekadar konsumsi sesaat. Setiap rupiah kita harapkan mampu menciptakan multiplier effect yang signifikan dalam pemberdayaan masyarakat.
Filosofi dasar mereka sederhana namun mendalam yaitu zakat bukanlah sekadar perpindahan uang, melainkan perpindahan kesempatan. Melalui program ini, Lazisnu PWNU Provinsi Lampung tidak hanya mengumpulkan dana, tetapi membangun ekosistem solidaritas digital yang bermartabat.
Setiap barcode yang discan adalah simbol harapan. Setiap donasi adalah langkah konkrit menuju masyarakat yang lebih berkeadilan, di mana teknologi dan kepedulian sosial berpadu dalam satu gerakan transformatif.
Dengan demikian, program kotak koin barcode Lazisnu PWNU Provinsi Lampung bukan sekadar inovasi teknologi, melainkan manifestasi modern dari ajaran Islam tentang kepedulian, keadilan, dan pemberdayaan sosial. []