Mubadalah.id – Seorang anak yang terlahir dari keluarga broken home akan cenderung memiliki problem-problem internal dalam dirinya. Broken home mengacu pada situasi di mana orang tua secara permanen terpisah atau bercerai, sehingga anak-anak broken home tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil dan sering kali penuh konflik.
Salah satu problem yang timbul adalah gangguan terhadap kepercayaan pada diri si anak atau kita bisa menyebutnya dengan istilah trust issue.
Pengertian Trust Issue
Trust issue adalah suatu kondisi seseorang yang krisis akan kepercayaan orang lain, yakni kecenderungan menjauhkan diri dari lingkungannya karena merasa terancam ataupun terintimidasi (Welander, 2017).
Orang yang mengalami trust issue juga merasa bahwa dirinya terbaikan, terkhianati, bahkan merasa orang lain hanya memanfaatkan dirinya. Anak broken home yang mengalami trust issue biasanya karena adanya ketidakharmonisan orang tuanya pra-pasca perceraian, pernah mengalami kekerasan, atau hal yang lainnya yang memicu trauma si anak.
Ciri-ciri Anak yang memiliki trust issue
Pertama, Mudah curiga. Yaitu suatu kondisi dimana si anak akan menganggap sekelilingnya sebagai ancaman. Kedua, Overthinking pada sekelilingnya, yaitu memiliki banyak pikiran dan praduga terhadap orang lain. Ketiga, Posesif, yakni perasaan cemburu dan kekhawatiran ditinggalkan.
Keempat, sulit memaafkan dan pengingat yang tajam pada orang yang telah menyakitinya. Kelima, susah bersosialisasi (cenderung menutup diri).
Solusi Al Qur’an untuk Menghadapi Trust Issue
Untuk menghadapi problem trust issue di atas, Al-Qur’an memberikan alternatif solusi. di antaranya adalah penerimaan terhadap diri sendiri. Hal ini tercantum dalam QS Lukman, Ayat 12
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِۗ وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ١٢
“Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Lukman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”
Selain itu, menumbuhkan sikap percaya diri. Yakni percaya terhadap dirimu sendiri dan mencoba untuk membaur dan bersosialisasi pada sekitar. Sebagaimana tertulis dalam QS. Ali Imran : 139
وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Menurut Thantawy dalam kamus istilah bimbingan dan konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada diri untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan.
Kemudian senantiasa mengingat Allah bersama kita. Yakni bahwa setiap yang kita lalui dalam hidup ini Allah senantiasa menyertai kita.
لا تحزن إن الله معنا
“Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita”. (QS. At-taubah: 40)
Ayat tersebut secara eksplisit mengingatkan kita untuk tidak bersedih karena Allah tidak mungkin membiarkan jatuh dan bersedih sendiri begitu saja.
Takdir Tergantung Pada Upaya Kita
Sebagai seorang hamba sudah semestinya kita menerima apapun yang telah Allah takdirkan baik maupun buruknya, karena yang terpenting bagaimana kita menyikapi setiap persoalan dan problem yang ada sesuai yang Al Qur’an dan hadis anjurkan.
Allah berfirman, QS. Ar-Ra’d Ayat 11
لِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ…
“…Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Semoga anak-anak yang terlahir dalam kondisi keluarga broken home bisa terus melanjutkan hidupnya, tanpa terbebani oleh sekian persoalan yang pernah dihadapi oleh kedua orangtuanya. []