Mubadalah.id – Melansir dari Kompas.com. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengemukakan, berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 dan 2022 atau Rapor Pendidikan 2022 dan 2023, sebanyak 24,4 persen peserta didik mengalami berbagai jenis perundungan (bullying). Selain itu, hingga saat ini anak-anak juga masih rentan menjadi korban perundungan fisik, verbal, relasional, ataupun secara daring (cyberbullying).
Verbal bullying merupakan tindakan menggunakan kata-kata atau perilaku yang merendahkan, menghina, atau menyakiti perasaan orang lain. Hal ini bisa berupa olok-olokan, ejekan, sindiran atau bahkan ancaman. Tindakan ini memiliki dampak buruk terhadap korban, baik prestasi, mental maupun perilaku sehari-hari.
lingkungan yang menormalisasi verbal bullying itu juga yang menyebabkan kita sukar untuk menghilangkan perilaku tersebut. Hal itu dapat kita buktikan dengan diamnya orang-orang di lingkungan kejadian pembulian. Seakan-akan hal tersebut merupakan hal yang sudah lumrah kita lakulan.
Meskipun verbal Bullying tidak masuk pada ranah kekerasan, tapi dampak yang korban rasakan cukup fatal. Memang secara fisik, korban tidak mengalami luka-luka dan terlihat baik-baik saja. Namun, dampak dari verbal bullying adalah mengarah kepada mental. Fisik orang dalam kasus bunuh diri mungkin bail-baik saja, tapi sejatinya mental orang tersebut tidak baik-baik saja.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya jika kita sebagai korban yang berada di tengah-tengah lingkungan yang friendly terhadap verbal bullying?
Sayyidah Maryam dan Kisahnya
Sayyidah Maryam adalah sosok yang sudah familiar di telinga umat muslim. Karena Allah telah mengabadikan namanya menjadi salah satu nama surah di dalam kitab suci Al-Qur’an, yakni surah yang ke-19. Tak hanya umat muslim saja, umat Kristiani juga amat mengenal sosok beliau. Karena beliau adalah ibunda suci Nabi Isa A.S yang di kenal dengan Al-Masih.
Seorang Nabi yang terkenal dengan mukjizat penyembuhannya pada orang sakit. Bahkan yang lebih kerennya lagi di antara mukjizatnya adalah bisa menghidupkan orang mati.
Sedari kecil, Maryam sudah menjadi pengabdi dan menuntut ilmu di Baitul Maqdis. Dengan pendidikan disiplin, dan penempaan yang sangat berat. Hal itu telah membentuknya menjadi pribadi yang baik serta tidak sembarangan berdekatan dengan laki-laki yang bukan mahramnya.
Ketika Allah mengkaruniai Sayyidah Maryam dengan mengandung seorang bayi, ia bersama kandungannya terseok-seok pergi jauh dari keluarganya dan kaumnya. Karena merasa kesakitan akibat kandungannya yang akan segera lahir, Maryam akhirnya terduduk di bawah pohon kurma sembari mengharap kematiannya pada Allah karena sudah tidak kuat lagi menjalani hidup.
Bagaimana tidak, seorang wanita yang sedang hamil melewati kegetiran dan ujian hidup dari Allah tanpa bantuan seseorang pun menemani.
Verbal bullying yang Ia Alami
Untungnya Allah maha baik, yang kemudian memberi kemudahan kepada Maryam dengan memberi tahu adanya sumber air dan Dia juga menyuruh untuk menggoyang-goyangkan pohon kurma di sisi Maryam hingga jatuhlah buah kurma. Hal itu terabadikan dalam Q.S An-Nisa:
فَاَجَآءَهَا الۡمَخَاضُ اِلٰى جِذۡعِ النَّخۡلَةِۚ قَالَتۡ يٰلَيۡتَنِىۡ مِتُّ قَبۡلَ هٰذَا وَكُنۡتُ نَسۡيًا مَّنۡسِيًّا
“Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, alangkah (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (Q.S An-Nisa ayat 23)
وَهُزِّىۡۤ اِلَيۡكِ بِجِذۡعِ النَّخۡلَةِ تُسٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبًا جَنِيًّا
“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Q.S An-Nisa ayat 24)
Setelah melahirkan Maryam kemudian membawa putra kecilnya kembali menuju kaumnya. Lalu, yang terjadi selanjutnya sudah bisa kita tebak, bahwa Maryam dan putra kecilnya dicaci-maki oleh kaumnya. Allah mengabadikan cacian mereka dalam Q.S An-Nisa ayat 27 dan 28:
فَاَتَتۡ بِهٖ قَوۡمَهَا تَحۡمِلُهٗؕ قَالُوۡا يٰمَرۡيَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَيۡـًٔـا فَرِيًّا
Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.
يٰۤـاُخۡتَ هٰرُوۡنَ مَا كَانَ اَ بُوۡكِ امۡرَاَ سَوۡءٍ وَّمَا كَانَتۡ اُمُّكِ بَغِيًّا ۖ ۚ
Wahai sauadara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.” (Q.S An-Nisa ayat 28).
Berdasarkan kisah tersebut dapat kita ketahui bahwa verbal bullying sebenarnya telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan tokoh terhormat pun tak akan lepas menjadi sasarannya. Oleh sebab itulah kita membutuhkan cara jitu untuk menangani hal tersebut.
Melawan Verbal Bulliyng ala Sayyidah Maryam
Saat Allah memberikan ujian, Dia juga tak lupa memberikan solusi atas ujian tersebut. Begitulah yang Sayyidah Maryam alami. Pada saat badai ujian menerpanya, Allah telah memberikan petunjuk untuk melewati ujian tersebut. Jadi ketika verbal bulliying datang silih berganti ia mampu melewatinya sebab telah diberi petunjuk oleh Allah.
Hal tersebut dapat kita ketahui dari firman Allah:
فَكُلِىۡ وَاشۡرَبِىۡ وَقَرِّىۡ عَيۡنًا ۚ فَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الۡبَشَرِ اَحَدًا ۙ فَقُوۡلِىۡۤ اِنِّىۡ نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمٰنِ صَوۡمًا فَلَنۡ اُكَلِّمَ الۡيَوۡمَ اِنۡسِيًّا
Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (Q.S An-nisa ayat 26)
Pada ayat tersebut Allah telah memberikan petunjuk kepada Sayyidah Maryam terkait dengan apa yang akan dihadapinya yaitu verbal bulliying. Berdasarkan ayat tersebut setidaknya ada beberapa poin yang dapat kita jadikan solusi terkait verbal bulliying.
Pertama, Anjuran untuk bersenang hati dan tidak memedulikan apa yang orang lain katakan. Kedua, Anjuran untuk berpuasa, sebab berpuasa itu menahan hawa nafsu. Sehingga amarah tidak mudah terpancing dengan bergagai perlakuan. Ketiga, diam, tidak menanggapi dan tidak membalas olok-olokan yang tertuju pada kita.
Sebenarnya, saat Allah menurunkan ujian pada kita, Allah juga tak lupa memberikan petunjuk pada kita. Semua tergantung pada persangkaan kita terhadap Allah. Jadi, terkait dengan verbal bullying terdapat beberapa cara mengatasinya ala Sayyidah Maryam. Beliau saja kuat melewatinya, masa kita tidak? []