Keluarga adalah unit terkecil yang memiliki peran penting dalam mendidik dan mencetak generasi hebat. Upaya ini tidak hanya dimulai saat seorang anak lahir, akan tetapi prosesnya dimulai sejak memilih pasangan hidup. Buah yang hebat tentu saja lahir dari bibit yang unggul.
Keunggulan yang dimaksud bukan berarti kesempurnaan mutlak pada diri seseorang, akan tetapi lahir dari kedua belah pihak yang saling menyempurnakan untuk menciptakan suasana sakinah yang penuh cinta dan rahmat dalam bahtera rumah tangganya.
Untuk saling melengkapi satu sama lain, tentu saja membutuhkan komitmen bersama. Tak jarang banyak pemuda dan pemudi merasa bimbang dalam memilih pasangan yang akan menemani perjalanan hidupnya. Oleh karenanya Nabi Muhammad Saw telah menyarankan baik pada laki-laki maupun perempuan dalam memilih jodoh hendaknya melihat calonnya terlebih dahulu sebelum melamar dan memutuskan untuk menikah.
Bahkan banyak pula hadist yang menjelaskan tentang kriteria memilih pasangan, salah satunya adalah hadist mashur yang terdapat dalam Shahih Al-Bukhari kitab Bad’u Al-Wakhyi bab Tazwij al-mu’sir, ‘Perempuan itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka Pilihlah agamanya, niscaya kamu akan beruntung’
Hadist itu juga berlaku dalam memilih laki-laki. Hadist ini jika diteliti lebih lanjut, sebenarnya bermakna khabar yang menggambarkan alasan perempuan dinikahi, dan diakhir redaksi menganjurkan untuk memilih karena agamanya. Faktor agama merupakan faktor yang paling dominan dan utama dalam memilih pasangan hidup. Tentu saja agama yang dimaksud adalah agama damai yang penuh cinta kasih, bukan menjurus pada pemahaman ekstrim yang membahayakan.
Namun kriteria tersebut hanya perlu dijadikan tolak ukur, bukan idealisme yang mengharapkan kesempurnaan mutlak pasangan. Untuk mengurai bagaimana memilih calon pasangan yang tepat bagi para jomlo, berikut tips yang disampaikan oleh Mbak Alissa Wahid, Tim Pakar Pengembangan Keluarga Sakinah dan Psikolog Keluarga, yang ia sampaikan pada Webinar PSGA UIN Walisongo.
Pertama, dalam memilih dan menilai calon pasangan hidup, hal yang harus kita sadari adalah bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan jika kita mengidolakan icon tertentu, kita pun harus menyadari bahwa tidak ada orang yang benar-benar akan sama sesuai dengan harapan dan ekspektasi kita. Kesadaran tersebut membawa pada realitas untuk memilih orang yang menerima segala hal dan mau bernegoisasi dalam banyak hal.
Kedua, untuk membuat penilaian apakah seseorang itu akan sesuai atau tidak, buatlah hierarki nilai yang kita miliki dan apa yang kita inginkan pada orang lain. Contohnya adalah nilai kemandirian, kebermanfaatan bagi orang banyak, dan lain sebagainya. Dari urutan catatan hieraki nilai yang kita punya tersebut, carilah yang paling mendekati dengan hierarki sesuai dengan nilai yang kita inginkan.
Kesamaan nilai dan visi misi hidup menjadi penting untuk diperhatikan agar tak banyak yang dipertentangkan saat menjalani kehidupan setelah menikah. Tak ada yang sempurna, tetapi kesempurnaan itu tumbuh dalam proses berkeluarga.
Ketiga, memastikan kesiapan diri dan calon pasangan dalam mengarungi bahtera pernikahan. Kesiapan itu sangat penting bagi yang hendak berelasi, baik kesiapan fisik, psikis, mental, dan finansial. Dengan persiapan utuh dan keyakinan penuh, akan lebih mudah dalam menjalani lika-liku kehidupan selanjutnya.
Tentu saja prinsip kesalingan tidak boleh ditinggalkan dalam berelasi, saling mengenal diri sendiri dan pasangan, saling memahami, saling mengerti menjadi kunci penting dalam menggapai sakinah, mawaddah, dan rahmah sesuai dengan tujuan dari pernikahan itu sendiri. []