• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Yuk, Nonton Film Keluarga Cemara

Zahra Amin Zahra Amin
10/01/2019
in Kolom
0
Keluarga Cemara

Dok. Visinema via Youtube.

20
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga”.

Para pembaca tentu hafal di luar kepala soundtrack lagu dari sinetron Keluarga Cemara, yang pernah tayang dan menjadi hits di salah satu televisi swasta nasional era tahun 1990-an. Termasuk penulis juga, selalu menunggu pemutaran sinetron itu.

Nah, untuk mengobati kerinduan kita pada sosok Abah, Emak, Euis dan Ara, saat ini Keluarga Cemara dalam versi filmnya sudah mulai menyapa di bioskop kesayangan. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari film tersebut, maka tak ragu saya menyarankan untuk menonton film ini.

Kisah yang diangkat dalam film Keluarga Cemara tak berbeda jauh dengan versi sinteron, yakni tentang satu keluaga yang tiba-tiba jatuh miskin akibat ditipu dalam pekerjaan proyek yang sedang ditangani Abah. Sehingga seluruh rumah dan harta mereka disita oleh pihak berwenang.

Tak lagi punya tempat tinggal, mereka akhirnya pindah ke rumah peninggalan Aki atau orang tua Abah di Bogor. Cerita dimulai, ketika bagaimana Abah, Emak, Euis dan Ara harus beradaptasi dengan kehidupan baru dengan segala keterbatasan yang ada.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
  • Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini
  • Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad
  • Ibu Rumah Tangga: Benarkah Pengangguran?

Baca Juga:

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Polemik Pembahasan Childfree Hingga Hari Ini

Mati Mencari Nafkah untuk Keluarga, Lebih Baik daripada Mati Berjihad

Ibu Rumah Tangga: Benarkah Pengangguran?

Film Keluarga Cemara seperti menyampaikan pesan pada generasi milenial, bahwa menikah dan membangun rumah tangga itu tidak mudah. Ada resiko-resiko yang harus siap dihadapi bersama. Dan bagaimana mengelola komunikasi serta emosi antara satu dengan yang lain, sehingga mampu menjaga kekompakan keluarga.

Pesan lain yang bisa ditangkap dari film Keluarga Cemara, tentang pembagian peran dan tugas antara Abah dan Emak. Di mana ketika Abah mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan kakinya patah tulang dan harus digips, maka Emak yang mengambil alih peran sebagai pencari nafkah keluarga, dengan membuat dan berjualan opak.

Termasuk ketika dalam satu kesempatan Abah mengatakan jika keluarga menjadi tanggung jawabnya sebagai lelaki dan kepala rumah tangga. Pernyataan Abah itu dibantah langsung oleh sesama rekan kerjanya di ojek online. Bahwa ketika rumah tangga dibangun sejak awal oleh komitmen lelaki dan perempuan. Maka untuk bertanggung jawab menjaganya harus bersama-sama pula.

Sementara itu Euis yang masuk masa pubertas, juga mengalami gejolak emosi serta bersitegang dengan Abah. Beruntung ada sosok Emak dan Ara yang bisa meredam, sehingga perseteruan tidak semakin panjang. Malah akhirnya Euis meminta sama pada Abah. Tetapi kritik menarik dari Euis yang disampaikan pada Abah, juga menjadi kritik bagi kita semua.

Jika ada Lelaki atau Ayah yang merasa bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam keluarganya, maka siapa nanti yang akan bertanggung jawab atas diri lelaki itu. Artinya, antar satu sama lain anggota keluarga mengedepankan prinsip kesalingan. Ketika salah satu melemah, maka yang lain harus saling menopang dan menguatkan, hingga dalam kondisi tersulit sekalipun keluarga akan tetap bisa bertahan.

Di akhir cerita Film Keluarga Cemara, mereka memilih bahagia dengan tidak jadi pindah ke Jakarta. Apalagi dengan bertambahnya anggota keluarga baru bayi kecil bernama Agil, semakin melengkapi kebahagiaan mereka. Dari Keluarga Cemara kita belajar, setiap potensi anak-anak perempuan Abah dan Emak diberi ruang seluas-luasnya, mendapat dukungan dan jalinan komunikasi yang baik, dengan pelibatan Abah dalam pengasuhan bersama.

Salah satu yang saya suka dari film ini, tidak ada kisah cinta segi tiga, lelaki lain atau perempuan lain yang hadir di tengah keluarga. Monogami menjadi pilihan, dan nilai-nilai keluarga yang sangat dijunjung dengan baik, sehingga melewati badai sekencang apapun, dengan pola pengasuhan seperti Keluarga Cemara kelak akan mampu menghadapinya. Dan saya bangga telah menonton Keluarga Cemara. Kalau kamu kapan?[]

Tags: FilmkeluargaKeluarga CemaraKeluarga Sakinahkeluarga samararumah tanggaSinetron
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Perayaan Nyepi

Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

22 Maret 2023
Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kerja Istri

    Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Juga Wajib Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist