• Login
  • Register
Rabu, 29 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

5 Prinsip Dasar Perkawinan

Nur Anisa Nur Anisa
11/02/2019
in Kolom
0
Picture: Pixabay.com

Picture: Pixabay.com

17
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Perpustakaan adalah tempat berderet rak buku dengan tatanan buku yang begitu rapih. Di Perpustakaan ISIF mata saya tertarik dengan judul sebuah buku, “Muslimah Sejati,” saya penasaran dengan kata “Muslimah Sejati” itu.

Saya berfikir isi dalam buku ini tentang tuntutan perempuan untuk menjadi seorang muslimah yang sejati dengan menuruti perintah suami. Karena penasaran, akhirnya saya pun meminjamnya dan ternyata benar apa yang saya duga itu salah besar. Karena ternyata malah sebaliknya, buku ini menjelaskan tentang bagaimana seharusnya laki-laki menghormati seorang perempuan.

Penulis buku ini bernama Prof. Dr. Hj. Siti Musdah Mulia, MA, dengan 347 halaman, cetakan pertama, dan diterbitkan oleh Marja pada tahun 2011.

Dalam buku ini dijelaskan tetang prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam Islam, 5 prinsip perkawinan, kemudian ketauhidan yang seharusnya tidak hanya secara vertikal (kepada sang kholik), namun juga horizontal (dengan sesama makhluk), prinsip yang menciptakan agama yang ramah kepada perempuan, dan masih banyak lagi.

Nah sekarang yang akan saya bahas adalah 5 prinsip dasar perkawinan, berikut uraiannya:

Baca Juga:

Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara

13 Pasal Krusial RUU KUHP yang Berpotensi Mafsadat Jika Disahkan

Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!

Pertama, prinsip mitsaqan gholidzo (komitmen besar). Pada prinsipnya sebuah pernikahan harus ada keseriusan antara dua belah pihak. Berserius untuk tidak hanya berucap janji suci, melainkan juga terhadap kehidupan baru setelah mengucap janji suci.

Kedua, prinsip mawadah wa rahmah (cinta dan kasih sayang yang amat tulus). Dalam artian, harus setia pada satu pasangan,  dalam kondisi atau keadaan apapun. Entah itu pada masa sulit atau sedang jaya-jayanya.

Masa sulit bisa dimisalkan salah satu pasangan suami istri ada yang tiba-tiba mengalami sakit berat atau bahkan ada kemandulan diantara suami dan istri, maka dari salah satunya tidak dianjurkan untuk bercerai atau berkhianat dalam sebuah pernikahan yang sudah dibangun bersama.

Ketiga, prinsip equality (persamaan). Telah ditegaskan dalam Al-Qur’an tentang hubungan suami istri yang harusnya sama-sama memahami satu dengan yang lain, seperti yang ada pada ayat-ayat: azd-Dzariyat [51]: 49; Fathir [53]: 11; an-Naba’ [78]: 8; an-Nisa’ [4]: 20; Ya Sin [36]: 36; as-Syura [42]: 11; az-Zukhruf [43]: 12; dan al-Baqarah [2]: 187.

Pada surah al-Baqarah [2]: 187; yang artinya “Istri kalian adalah pakaian kalian dan kalian adalah pakaian bagi istri kalian” ayat ini begitu mubadalah. Arti pakaian itu sebagai penutup aurat/ aib. Dan bisa diartikan sebagai pelindung dari hal-hal yang merugikan.

Keempat, prinsip mu’asyarah bi al-ma’ruf (pergaulan yang sopan dan santun), baik dalam relasi seksual maupun relasi kemanusiaan. Di sini suami dan istri harus ada keterbukaan dengan adanya keterbukaan antar keduaanya, maka akan ada sebuah kejujuran dan kepercayaan satu dengan yang lain, dan dalam bergaul tidak boleh adanya kekerasan, diskriminasi ataupun eksploitasi.

Kelima, prinsip monogami. Islam lebih berpihak bagi penganutnya untuk monogami bukan poligami. Sebelum adanya prinsip monogami, pada bangsa jahiliyah hanya ada poligami, dimana laki-laki begitu mudah untuk menyakiti perempuan pertama yang menjadi istrinya dan telah bersedia sehidup semati denngannya, kemudian laki-laki juga begitu bebas dalam jumlah menikahi perempuan.

Nah, ketika datang agama Islam, poligami itu mulai dibatasi dengan jumlah 4 istri, itu pun tidak mudah, karena harus ada keadilan antara suami dengan istri-istrinya dan juga dalam berbagi nafkah lahir maupun batin.

Mungkin dalam hal nafkah bisa saja adil, tapi dalam hal batin itu hanya Allah dan istrinya saja yang tahu. Pasti ada kecemburuan dari salah satu istrinya, dan ini sudah dianggap tidak adil dalam hal rasa (batin).[]

Tags: Gendermaria ulfahperempuanpernikahanprinsip perkawinan
Nur Anisa

Nur Anisa

Nur Anisa, Mahasiswi Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) asal Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.

Terkait Posts

Krisis Iklim

Peran Anak Muda Dalam Mencegah Krisis Iklim

29 Juni 2022
Perempuan yang tidak sempurna

Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

29 Juni 2022
Relasi Gender

Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara

29 Juni 2022
Dampak Negatif Skincare

Dampak Negatif Skincare terhadap Ekosistem Bumi

28 Juni 2022
Nikah Muda

Ingin Nikah Muda? Jangan Gegabah Sebelum Memenuhi Syarat Berikut Ini!

28 Juni 2022
RUU KUHP

13 Pasal Krusial RUU KUHP yang Berpotensi Mafsadat Jika Disahkan

28 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit

    Kisah Istri Taat Suami tidak Kunjungi Ayah yang Sakit sampai Wafat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Masa Tua adalah Masa Menua Bersama Pasangan
  • Bacaan Doa Ketika Melempar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah
  • Peran Anak Muda Dalam Mencegah Krisis Iklim
  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist