• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Harun Yahya dan Terbongkarnya Pemikiran Pseudosains

Harun Yahya telah membunuh banyak kehidupan. Menyuguhkan ketakutan akan masa depan yang suram bagi para korban.

Rena Asyari Rena Asyari
21/01/2021
in Aktual, Rekomendasi
0
Harun Yahya

Harun Yahya

254
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Jika Chairil Anwar ingin hidup seribu tahun lagi, barangkali tidak begitu dengan Adnan Oktar. Awal tahun 2021 ini, Adnan Oktar yang di Indonesia dikenal luas sebagai Harun Yahya dijatuhi hukuman penjara 1075 tahun. Lantas, kejahatan macam apa yang dilakukannya hingga Pengadilan Turki mengganjarnya dengan hukuman yang tidak masuk akal?

Harun Yahya, pertama kali saya mengenal namanya ketika kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) salah satu kampus negeri di Jatinangor-Sumedang. Layaknya primadona, Harun Yahya kerap diperdengarkan di segala ruang. Di laboratorium, di ruang kelas, di mushola fakultas, di kantin, di kost-kostan. Kepopulerannya membuat teman-teman dan senior saya getol sekali menggelar bedah buku dan pemikirannya.

Saat itu, bukunya “Atlas Penciptaan”, “Keruntuhan Teori Evolusi”, “Negeri-Negeri yang Musnah”, seolah menjadi harta karun yang membuat setiap orang yang menentengnya selalu nampak keren. Tak terhitung lagi banyaknya selebaran yang dibagi secara cuma-cuma dan bisa didapat dengan mudah di pintu mushola fakultas.

Tak hanya itu, ebook ilegal Harun Yahya menjadi softfile yang lebih wajib dimiliki ketimbang file pelajaran kuliah. Tersebar dengan begitu cepat, berpindah dari personal computer yang satu ke lainnya. Begitupun dengan video-video Harun Yahya yang dengan sukarela saya dan teman-teman tonton berjamaah di kost-kostan. Tak peduli jika itu akan menghabiskan waktu kami berjam-jam, yang seharusnya dapat kami pakai untuk menonton video sains lainnya serial “Cosmos” Carl Sagan, misalnya.

Harun Yahya menjelma menjadi intelektual sains yang mencuri perhatian karena teorinya berkiblat pada agama. Sosok yang dicari-cari, ketika banyak tokoh sains menganut atheism. Banyak orang terbius dengan upayanya meruntuhkan teori evolusi Charles Darwin.  Teori yang dianggap sesat karena mengusung ‘manusia berasal dari monyet’.

Baca Juga:

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Budaya Seksisme: Akar Kekerasan Seksual yang Kerap Diabaikan

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

Guru Besar dan Penceramah Agama Ketika Relasi Kuasa Menjadi Alat Kekerasan Seksual

Ketidakterimaan atas dangkalnya pengetahuan pada teori Charles Darwin membuat Harun Yahya mulus sekali melancarkan teorinya. Rendahnya pemahaman masyarakat umum, bahkan kami mahasiswa di Fakultas MIPA untuk menerima bahasa sains yang dianggap terlalu tinggi, membuat Harun Yahya mudah mengambil hati kami, remaja-remaja yang haus akan pengetahuan baru.

Yang menyedihkan, kecanduan akan pemikiran Harun Yahya, membuat saya dan teman-teman hanya menempatkan pemikiran-pemikiran sainstis Albert Einsten, Stephen Hawking, Carl Sagan, Charles Darwin berhenti di ruang kelas ketika pelajaran berlangsung. Kami tak menyisakan ruang lain untuk mereka hadir.

Di sisi lain, pustakawan humaniora di Jatinangor dengan mimik muka sedih sekaligus marah mengeluhkan minimnya minat baca mahasiswa fakultas MIPA. Perpustakaannya hampir tak pernah kedatangan tamu dari MIPA. Seolah-olah ada dinding yang begitu tebal antara humaniora dan sains.

Ia mengaku tak menyediakan satu pun buku Harun Yahya. Ia hanya menyediakan buku-buku sains dari ilmuwan yang kredibel, sekalipun tumpukan buku tersebut tidak pernah ada yang meminjamnya.

Keluhannya tidak bisa saya bantah, ketika saya menyadari bahwa saya dan teman-teman di kampus lebih memilih berkumpul di mushola untuk berbincang tentang Harun Yahya, kadang pula tentang gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Perpustakaan sama sekali tidak menarik. Ia hanya ruang yang penuh dengan kesunyian.

Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Ungkapan ini ternyata harus saya percayai meskipun butuh waktu yang lama. Setelah dielu-elukan bak nabi oleh jutaan pengikutnya, segala euphoria tentangnya yang mulai muncul di awal tahun 2000-an mendadak redup ketika di tahun 2018 pemerintah Turki menangkap dan mendakwanya dengan puluhan tuntutan.

Tak main-main, ia dituntut mendirikan dan memimpin organisasi kriminal, mencuri data pribadi, melanggar hak orang atas pendidikan. Dan yang paling membuatnya pantas diganjar hukuman sangat berat yaitu selain melakukan penyiksaan, ia pun melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan dewasa dan anak di bawah umur.

Hukuman 1075 tahun tidak pernah sepadan dengan kejahatan yang dilakukannya, terlebih pada kejahatan seksual. Harun Yahya telah membunuh banyak kehidupan. Menyuguhkan ketakutan akan masa depan yang suram bagi para korban.

Selain itu, Ia juga harus bertanggung jawab atas pemikiran pseudosains (kebohongan sains) yang diusungnya. Pemikiran yang telah membunuh nalar kritis remaja-remaja yang seharusnya dapat tumbuh dengan liar. Ia mencuri uang, tenaga, perhatian, dan waktu kami. Hal yang tidak mungkin ia dikembalikan.

Butuh dua dekade untuk membunuh kebohongan Harun Yahya. Waktu yang sangat panjang. Harga yang harus dibayar mahal. Pengalaman ini dapat menjadi gambaran bagaimana seharusnya kita menjadi pemilah agar orang-orang seperti Harun Yahya alias Adnan Oktar tidak lagi mendapat ruang. []

Tags: Harun YahyaHumanioraKekerasan seksualPemerintah Turkisains
Rena Asyari

Rena Asyari

Dosen. Pengelola www.seratpena.com. Podcast dan youtube Seratpena.

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version