• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Membincang 60 Hadits Shahih Tentang Hak-Hak Perempuan

Buku ini terinspirasi dari karya besar Syekh Abdul Halim Abu Syuqqah “Tahrir al-Mar-ah fi ‘Ashr ar-Risalah” mengenai penguatan hak-hak perempuan dalam Islam dari teladan Nabi Muhammad Saw dalam bentuk kompilasi 60 teks hadits yang terinspirasi dari karya populer Imam Nawawi “Arba’iin an-Nawawi”

Sulma Samkhaty Maghfiroh Sulma Samkhaty Maghfiroh
21/05/2021
in Buku
0
MembincangMembincang 60 Hadits Shahih Tentang Hak-Hak Perempuan 60 Hadits Shahih

Membincang 60 Hadits Shahih Tentang Hak-Hak Perempuan

298
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul Buku      : 60 Hadits Shahih Khusus Tentang Hak-Hak Perempuan Dalam Islam Dilengkapi Penafsirannya

Penulis             : Faqihuddin Abdul Kodir

ISBN               : 978-602-391-719-8

Penerbit           : Diva Press (Anggota IKAPI)

Editor              : Rusdianto

Tanggal terbit  : April 2019

Tebal               : 276 halaman

Genre              : Religion & Spirituality

Mubadalah.id – Artikel ini akan membincang 60 hadits shahih tentang hak-hak perempuan.  Dalam buku kompilasi ini, 60 teks hadits dikelompokkan dalam 15 tema pokok. Diawali dengan tema terkait prinsip relasi, kemudian mengenai martabat perempuan di mata Allah Swt, menyusul posisi dan hak-hak perempuan baik di ranah domestik maupun publik, hingga yang terkait dengan relasi suami-istri.

Satu persatu hadits disebutkan dengan rujukan dari sumber-sumbernya, dan penjelasan singkat mengenai isi hadits tersebut, dengan mengacu pada perspektif kesalingan. Kompilasi ini menegaskan bahwa posisi dan peran perempuan dalam Islam sebagai manusia yang utuh adalah setara dengan laki-laki.

Prinsip ini berlaku untuk hal-hal teologis-ritual, kerja-kerja publik dan domestik. Sehingga, prinsip meritokrasi yang ditegaskan dalam Islam, adalah siapa yang berbuat dialah yang akan memperoleh apresiasi dan balasan. Artinya, siapa yang berbuat baik dapat pahala, dan yang berbuat buruk mendapat dosa.

Buku ini terinspirasi dari karya besar Syekh Abdul Halim Abu Syuqqah “Tahrir al-Mar-ah fi ‘Ashr ar-Risalah” mengenai penguatan hak-hak perempuan dalam Islam dari teladan Nabi Muhammad Saw dalam bentuk kompilasi 60 teks hadits yang terinspirasi dari karya populer Imam Nawawi “Arba’iin an-Nawawi”.

Penjelasannya singkat dan sederhana dengan prinsip perspektif kesalingan dan resiprositi. Buku ini terbagi menjadi 15 tema pokok yang masing-masing berisi beberapa hadits terkait dengan tema pokok dalam bentuk yang lebih mengerucut pada judul-judul tertentu.

Baca Juga:

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Jangan Nekat! Pentingnya Memilih Pasangan Hidup yang Tepat bagi Perempuan

Tiga tema pokok pertama berisi tentang prinsip-prinsip relasi laki-laki dan perempuan, seperti kemaslahatan, berakhlak mulia dengan tidak saling merendahkan, dan menebar kasih sayang kepada sesama manusia dan alam semesta.

Islam sebagai agama meritokrasi, yang bertumpu pada iman dan amal shalih, menegaskan siapapun yang berbuat baik akan mendapatkan pahala, dan yang sebaliknya akan mendapatkan dosa, tanpa melihat jenis kelamin pelakunya. Ajaran Islam juga sangat memuliakan dan menghormati perempuan, sehingga menempatkan perbuatan baik kepada perempuan sebagai indikator orang-orang terpilih.

Tiga tema pokok kedua berbicara tentang perempuan dan kedekatan dengan Tuhan. Di mana, Nabi Muhammad Saw pernah menerima wahyu ketika bersama Aisyah Ra, shalat malam dengan Aisyah Ra tengah telentang di hadapannya, dan shalatnya Nabi sembari menggendong Umamah putri Abi al-Ash.

Perempuan dan tuntutan haknya, seperti saat Ummu Salamah Ra mempertanyakan hijrah perempuan yang tidak diapresiasi hingga diturunkannya ayat, dan saat perempuan meminta yang hak untuk belajar langsung kepada Nabi Muhammad Saw dan dipenuhi. Kemudian tentang hak perempuan untuk bebas dari tindakan kekerasan, dengan larangan Nabi Muhammad Saw pada laki-laki untuk memukul perempuan.

Tiga tema pokok ketiga membahas tentang sindiran bagi suami yang gemar memukul istrinya, layaknya seorang budak, bahkan Nabi Muhammad Saw melarang perempuan memilih calon suami yang gemar memukul, meski telah mapan secara ekonomi. Aisyah Ra juga mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw sama sekali tidak pernah memukul perempuan, budak atau siapapun.

Sebaliknya, Nabi Muhammad Saw akan bertanya pada seseorang jika ada hal yang tidak dipahaminya, sehingga beliau mengerti duduk permasalahan dan menyelesaikannya dengan bijak. Tak hanya itu, Nabi juga sering melibatkan istrinya dalam memutuskan suatu perkara.

Tiga tema pokok keempat memuat hak perempuan untuk menentukan kepada siapa ia akan menikah. Bahkan ayah sekalipun tidak dibenarkan menggunakan kekuasaannya untuk memaksa anak perempuannya untuk menikahi laki-laki yang tidak dicintainya. Selain itu, pada tema ini juga membahas bagaimana perempuan diberbolehkan melakukan ibadah berjamaah, dan tidak dibenarkan untuk melarangnya. Dan jangankan untuk beribadah, para perempuan di masa awal Islam bahkan ikut serta dalam peperangan, sebagai pemegang urusan logistik dan kesehatan pasukan.

Sedangkan tiga tema pokok kelima atau yang terakhir membincang tentang bolehnya perempuan dalam masa ‘iddah keluar rumah untuk bekerja. Nabi Muhammad Saw bahkan tidak melarang seorang perempuan bekerja di kebunnya, atau menggembalakan domba-domba, menyembelih hewan, dan bekerja di luar untuk menafkahi keluarganya.

Bahkan perempuan mendapatkan pahala atas apa yang ia upayakan untuk keluarganya. Karena sejatinya dalam rumah tangga dibutuhkan sebuah relasi yang kuat, baik dalam hal penafkahan, perlakuan yang baik di antara suami dan istri, saling melayani dan menyenangkan pasangan hingga menciptakan momen kebersamaan yang indah. Karena hanya dengan relasi kesalinganlah, perkara mu’asyarah bi-l-ma’ruf dalam banyak hal dapat tercapai.

Membincang 60 hadits shahih khusus tentang hak-hak perempuan dalam Islam karya Kiai Faqihuddin Abdul Qadir benar-benar seperti mata air di tengah gurun tandus tradisi patriaki. Karena dengan adanya buku ini, para perempuan menjadi paham bahwa segala bentuk ketidakadilan terhadap perempuan yang  terjadi pada mereka hari ini bukanlah tradisi Islam.

Karena sesungguhnya, dalam ajaran Islam yang diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Dengan memberikan hak-hak perempuan secara berimbang dengan hak-hak yang ada pada laki-laki. []

*)Tulisan ini diambil dari salah satu pemenang program ODOP ICC

Tags: 60 Hadits ShahihbukuHak PerempuanKesalinganMubadalah
Sulma Samkhaty Maghfiroh

Sulma Samkhaty Maghfiroh

Penulis Merupakan Anggota Komunitas Puan Menulis, dan berasal dari Ungaran Jawa Tengah

Terkait Posts

Herland

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

16 Mei 2025
Neng Dara Affiah

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

10 Mei 2025
Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Falsafah Hidup Penyandang Disabilitas dalam “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”

25 April 2025
Buku Sarinah

Perempuan dan Akar Peradaban; Membaca Ulang Hari Kartini Melalui Buku Sarinah

23 April 2025
Toleransi

Toleransi: Menyelami Relasi Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keberagaman

23 Maret 2025
Buku Syiar Ramadan Menebar Cinta untuk Indonesia

Kemenag RI Resmi Terbitkan Buku Syiar Ramadan, Menebar Cinta untuk Indonesia

20 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version