Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, Arjawinangun, KH. Husein Muhammad yang akrab disapa Buya Husein akan dianugerahi Doktor Honoris Causa (DR HC) bidang Tafsir Gender dari Universitas Negeri Islam (UIN) Walisongo, Semarang pada 26 Maret 2019. Ulama yang menguasai keilmuan klasik dan keadilan gender.
Mendengar kabar tersebut, Doktor Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Pascasarjana Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ), Jakarta DR. Nur Rofiah, Bil Uzm menilai, KH. Husein Muhammad adalah tokoh agama yang sangat langka. Karena ia menguasai khazanah keilmuan klasik, tetapi mengimani keadilan gender.
“Beliau (Buya Husein) adalah tokoh yang sangat langka. Bahkan belum tentu ada padanan-nya di negara-negara muslim lainnya,” kata Mbak Nur sapaan akrabnya, kepada Mubadalah, Senin, 18 Maret 2019.
Ia menilai, Buya Husein merupakan seorang tokoh agama yang sangat menguasai khazanah keilmuan klasik tapi mengimani keadilan gender. Sebab, Buya Husein menggunakan keadilan gender sebagai perspektif dalam melihat kembali khazanah keilmuan Islam.
Oleh sebab itu, Mbak Nur menyampaikan sudah selayaknya salah satu pendiri Yayasan Fahmina, Buya Husein mendapatkan penganugerahan gelar DR HC bidang Tafsir Gender di UIN Walisongo Semarang.
“Saya ikut bersyukur sebab, Kiai (Buya) Husein Muhammad memang sangat layak mendapatkan penganugerahan tersebut,” tuturnya.
Karena, lanjut dia, rekam jejak kepedulian Buya Husein pada isu keadilan gender Islam sangat panjang dan masih terus dilakoni dengan berbagai cara. Salah satu yang penting adalah melalui karya tulis yang sangat produktif.
Atas karya dan pemikirannya tersebut, Mbak Nur mengaku, seperti dituntun untuk menemukan kembali mutiara ajaran Islam yang terpendam bertahun-tahun. Bahkan berabad-abad lamanya oleh ideologi patriarkhi.
“Dan ini merupakan capaian sangat luar biasa karena beliau adalah seorang laki-laki,” ucapnya.
Maka dari itu, Mbak Nur berharap agar Buya Husein semakin banyak menemukan mutiara-mutiara ajaran Islam terkait keadilan gender di samudera khazanah keilmuan klasik yang lebih dalam lagi.
“Terima kasih pak kiai (Buya) sudah menjadi tidak hanya doktor, tapi sudah jadi guru besar dalam universitas Islam kehidupan saya. Saya mendoakan semoga beliau bisa pula memperoleh gelar Guru Besar HC,” tutupnya. (RUL)