• Login
  • Register
Senin, 12 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Cegah Abrasi di Semarang, Eco-Peace Warrior Semarang Tanam Bibit Mangrove di Pantai Tirang

Menurut Lena, sapaan akrabnya, anak-anak muda memliki peran penting untuk mencegah kelestarian alam. Terlebih, mereka lah yang akan menghadapi kehidupan di masa depan.

Redaksi Redaksi
16/12/2024
in Aktual
0
Bibit Mangrove

Bibit Mangrove

607
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Puluhan anak muda lintas iman dari berbagai kampus dan komunitas di Kota Semarang melakukan penanaman puluhan bibit mangrove di Pantai Tirang yang terletak di Tugurejo, Kota Semarang, Sabtu 14 Desember 2024.

Tidak hanya bibit mangrove, mereka juga menanam pohon cemara sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi di Kota Semarang.

Ketua Pelaksana penanaman mangrove Eco-Peace Warrior Semarang, Lena Sutanti, mengatakan kegiatan penanaman ini merupakan respon dari adanya fenomena abrasi yang kerap terjadi di Kota Semarang.

Menurut Lena, sapaan akrabnya, anak-anak muda memiliki peran penting untuk memastikan kelestarian alam. Terlebih, mereka lah yang akan menghadapi kehidupan di masa depan.

“Kita memilih menanam mangrove karena kita tahu Semarang itu potensi terjadi abrasi. Apalagi ketika hujan lebat, banjirnya sampai kemana-mana. Makanya kita menanam mangrove biar mengurangi banjir dan abrasi,” kata Lena.

Baca Juga:

Peringati 16 HAKTP, KOPRI PB PMII Ajak Seluruh Elemen Masyarakat Cegah dan Tangani Kekerasan Seksual

JPPRA Tegaskan Komitmen Berkelanjutan Cegah Kekerasan Anak di Pesantren

Rahima Ajak Jejaring Ulama Perempuan Indramayu Cegah Perkawinan Anak

Deklarasi Pemilu Damai 2024: Upaya Cegah Konflik, Politisasi SARA dan Hoaks

Puluhan anak muda yang tergabung dalam kegiatan ini datang dari berbagai kampus, seperti Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Negeri Semarang (UNNES), UIN Walisongo Semarang, STIAB Smaratungga Boyolali, komunitas Duta Damai Jawa Tengah, Prodi Penghayat Kepercayaan Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, dan masih banyak lainnya.

Uniknya, setelah menanam bibit mangrove, mereka juga berdiskusi dengan tokoh lintas agama dan membahas tentang pelestarian alam.

“Selain menjaga lingkungan, mereka juga bisa interaksi dengan tokoh agama Buddha, dan anak muda lintas iman. Biar tahu perspekif lain, biar bisa membiasakan diri ketemu orang-orang yang berbeda,” ungkap Lena.

Bukti Mencintai Alam

Sementara itu, tokoh agama Buddha dari Boyolali, Bhante Ditti Sampano atau Budi Utomo, mengucapkan penanaman mangrove sangat penting kita lakukan sebagai salah satu bentuk mencintai alam.

Terlebih dalam agama yang ia anut, telah mengajarkan untuk mencintai semua makhluk. “Sabbe satta bhavantu sukhitatta” (Semoga semua makhluk berbahagia), diterangkan oleh Bhante Dhitti.

“Pada dasarnya pelestarian alam adalah satu hal yang penting sekali, karena hukum tabur tuai yaitu apa yang kita tanam, adalah apa yang akan kita panen,” tutur Budi.

Lebih jelas Bhante Ditti menjelaskan, menurut sejarah, dulunya pohon-pohon dimanfaatkan sebagai tempat perlindungan manusia untuk mencapai pencerahan. Bahkan, dalam sebuah kisah menyebutkan bahwa agama Buddha juga lahir di bawah pohon Bodhi.

Sehingga, ia menyebut, penanaman bibit mangrove ini sangat berdampak untuk mencegah abrasi dan kerusakan lingkungan.

“Mari kita bersama-sama untuk selalu menanam pohon untuk melestarikan alam dengan menghijaukan bumi,” ucapnya.

Salah satu peserta penanaman mangrove, Kayla, mengaku, sangat terkesan bisa ikut menanam bibit mangrove bersama puluhan anak muda lintas agama.

“Kegiatannya seru, karena ini juga pertama kali bagi saya,” ucap mahasiswi UIN Walisongo Semarang itu.

Selain itu, menurut Kayla, adanya diskusi dengan tokoh agama Buddha membuat dia bisa lebih terbuka dalam melihat perspektif lain tentang pelestarian alam.

“Menambah wawasan juga, bagaimana merawat lingkungan dari persektif Buddha. Ternyata tidak jauh berbeda dengan Islam dalam menanggapi pelestarian lingkungan, yaitu agar manusia dan alam bisa hidup berdampingan dengan baik,” pungkas Kayla. (Rilis)

*)Artikel ini ditulis oleh Sabrina, Alumni Eco Peace Semarang 2024.

Tags: AbrasiCegahEco Peace Warior SemarangMangrovePantai TirangSemarangTanam Bibit
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Media

Media Punya Peran Strategis dalam Mencegah Konflik Akibat Tidak Dipenuhinya Hak Keberagamaan

26 April 2025
Perempuan bukan Tamu di Ruang Publik

Perempuan Bukan Tamu di Ruang Publik

1 April 2025
Makhluk Intelektual

Laki-laki dan Perempuan adalah Makhluk Intelektual dan Spiritual

1 April 2025
Perempuan bisa menjadi Pemimpin

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Tafsir QS. An-Nisa Ayat 34 dalam Perspektif Keadilan Hakiki Islam

1 April 2025
Khalifah fil Ardl

Perempuan Memiliki Mandat sebagai Khalifah Fil Ardl

29 Maret 2025
Takwa

Kemuliaan Manusia Hanya Ditentukan oleh Takwa

29 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerja Rumah Tangga

    Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha
  • Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version