Mubadalah.id – Hidup di era digital seperti sekarang, telah mengantarkan kita untuk lebih mudah mengakses informasi. Era digital memang tidak bisa kita hindari, tetapi mau tidak mau, kita harus bisa menyesuaikan diri.
Kecanggihan teknologi yang dapat kita akses dengan mudah dan cepat, di satu sisi dapat memberikan keuntungan dan manfaat yang lebih bagi kita semua para pengguna. Namun disaat yang sama, era digital juga dapat memberikan dampak buruk bagi para pengguna. Karena seperti kita ketahui, di dalam era digital ini tidak ada batasan dan aturan yang khusus. Hal inilah yang membuat semua para pengguna bebas mengaksesnya.
Terlebih, hal ini akan berdampak juga pada anak-anak. Misalnya, karena minimnya pengasuhan orang tua terhadap penggunaan gadget, maka hal inilah yang akan menyebabkan mereka akan mudah mengakses segala hal yang ada di dalam gadget mereka.
Termasuk, misalnya di salah satu platfrom TikTok. Di platfrom ini kalau orang tua tidak membatasi dan mengawasi, maka anak-anak akan mudah mengakses konten-konten yang tidak ramah terhadap anak, seperti konten-konten yang berbau pornografi.
Bahaya Konten Pornografi
Dari konten-konten pornografi tersebut, justru akan membuat anak-anak bisa menjadi dewasa sebelum waktunya. Sehingga dampaknya adalah, akan mempengaruh terhadap cara berfikir anak-anak untuk melakukan apa yang ia lihat dan tonton.
Kecanduan melihat konten pornografi bukan saja merugikan diri sendiri dengan rusaknya saraf otak, namun bisa juga memberikan dampak negatif pada orang lain. Misalnya, pada tahun 2016, ada salah satu kasus yang menimpa Yuyun, siswa SMP di Bengkulu, yang meninggal dunia, akibat diperkosa oleh 14 anak-anak di bawah umur.
Dari kasus yang miris tersebut, menyadarkan kita bahwa begitu besar dampak buruk dari konten pornografi terlebih sampai menghilangkan nyawa seseorang.
Terlebih dalam hal ini, yang perlu saya tekankan adalah lagi-lagi yang menjadi korban paling keji adalah perempuan. Ia sudah diperkosa, lalu dibunuh. Sungguh begitu kejamnya.
Dari kasus tersebut juga membuat kita lebih belajar lagi bahwa hingga saat ini para perempuan masih diposisikan sebagai objek seksual. Sehingga bagi para pelaku kejahatan seksual, mereka menganggap wajar kalau perempuan adalah orang yang pas untuk dijadikan pelampiasannya.
Peran Orang Tua
Oleh sebab itu, di sinilah peran orang tua dan keluarga sangat diperlukan. Orang tua sebaiknya bisa untuk terus menlindungi dan mendidik anaknya. Salah satu cara yang mudah untuk dipraktikan oleh para orang tua adalah memberikan konten-konten yang ramah dengan anak, yang layak dikonsumsi oleh anak-anak.
Selain itu, para orang tua, menurut Ibu Nurul Bahrul Ulum dalam beberapa kesempatan pernah menyampaikan, bahwa mereka juga dapat memberikan edukasi tentang seksualitas, terutama soal pentingnya menjaga alat reproduksi dan mengenalkan kepada anak-anak soal organ-organ reproduksi, fungsi-fungsinya, serta langkah-langkah melindungi diri dari kejahatan-kejahatan.
Dengan demikian, menurut saya, sudah saatnya para orang tua untuk terus mendidik anak-anaknya. Termasuk memberikan pendidikan soal seksualitas ini menjadi sangat penting. Karena dengan memberikan pendidikan seksual, akan mengajarkan kepada anak-anak bahwa mereka itu harus mengetahui otoritas atas tubuhnya.
Setelah anak-anak mengetahui otoritas atas tubuhnya, maka kemudian mereka akan mampu menjaga tubuhnya dari berbagai tindak kejahatan, termasuk kejahatan seksual. Selain itu, anak-anak juga akan lebih menghargai, menghormati tubuhnya dan tubuh orang lain. Sehingga ia akan benar-benar terlindungi dari berbagai kejahatan seksual. []