• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Santri dan Perlawanan terhadap Kolonialisme

Perlawanan kaum santri terhadap kekuatan kolonial terbukti dengan beberapa peristiwa di abad ke-19. Beberapa di antaranya adalah Perang Padri (1819-1832 M), Perang Ponegoro (1825-1830 M)

Redaksi Redaksi
22/10/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Santri

Santri

706
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada masa penjajahan, masyarakat santri berperan sebagai bagian dari kekuatan perlawanan terhadap kolonialisme dengan mengimplementasikan jihad di jalan Allah Swt.

Pada masa Kolonial, Islam menjelma menjadi kekuatan sosial yang mampu memberikan daya dorong kepada masyarakat untuk melakukan perubahan.

Daya dorong tersebut tampak dari berbagai perlawanan rakyat yang berlatar belakang Islam dan upaya untuk membangun suatu organisasi pergerakan yang bergerak secara sistematis.

Islam telah menjadi magnet dan daya tarik masyarakat untuk melakukan transformasi sosial dan perlawanan terhadap kolonialisme.

Perlawanan kaum santri terhadap kekuatan kolonial terbukti dengan beberapa peristiwa di abad ke-19. Beberapa di antaranya adalah Perang Padri (1819-1832 M), Perang Ponegoro (1825-1830 M), dan yang terlama adalah Perang Aceh (1873-1912 M).

Baca Juga:

Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

Peran Pesantren dalam Kehidupan Kartini

Pesan Abah KH Abdul Kholik Hasan: Hikmah Isra Mikraj yang Patut Kita Renungi

Dalam perang Diponegoro, pengikut yang paling menonjol berasal dari santri perdikan. Babad Diponegoro menceritakan banyak hal keterlibatan Kiai Mlangi dalam gerilyanya. Kiai Mojo (1792-1849 M), salah satu pengikut Diponegoro membawa sekelompok besar santri dari daerah Mojo, Baderan, dan Pulo Kadang.

Dalam sebuah survei kita temukan daftar nama sekitar 200 kaum santri yang bergabung dengan Ponegoro, 22 nama berasal dari orang yang kembali setelah menunaikan haji. Tidak sedikit dari mereka yang bergelar Syekh atau Syarif.

Kemudian, ada pula pendukung Diponegoro dari pejabat masjid dan pemimpin pondok pesantren dari Bagelen, Kedu, Mataram, Pajang, Ponorogo, dan Madiun.

Selain perlawanan tersebut, tercatat pula perlawanan oleh penganut tarekat seperti yang terjadi di Cianjur (1885 M), Cilegon Banten (1888 M). Serta peristiwa Garut (1919 M).

Kemudian, perlawanan santri tidak hanya mereka lakukan melalui perang, tetapi melalui syair, seperti gerakan KH. Ahmad Rifai (17861871 M) yang melakukan perlawanan melalui tulisan. Ia wafat saat di Tondano. []

Tags: KolonialismePerlawananSantri
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

relasi laki-laki dan perempuan yang

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

8 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

8 Juli 2025
IBu

Kasih Sayang Seorang Ibu

7 Juli 2025
Kasih Sayang Orang Tua

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Amalan Muharram

Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual

7 Juli 2025
Kewajiban dan hak

Jangan Hanya Menuntut Hak, Tunaikan Juga Kewajiban antara Orang Tua dan Anak

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Retret di sukabumi

    Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menimbang Kebijakan Nikah Massal
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi
  • Kasih Sayang Seorang Ibu
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID